Sebuah Usaha Menulis Surat Lamaran

Oleh : Ahmad Zaidi
Kepada Dik Raras yang kecantikanmu membuat lelaki jadi tidak waras.
Apa kabar kamu, dik? Semuanya berawal dari status di fesbuk yang kamu unggah belum lama ini. Status yang menyebut-nyebut kata lamaran. La-ma-ran. L-a-m-a-r-a-n. Lamaran. Aku belum tahu bagaimana status itu. Aku hanya tahu, setelah membaca statusmu salah seorang temanku tampak sumringah. Akhirnya, setelah menunggu terlalu lama kode itu tiba.
Dik Raras yang senyummu seindah  senja di dermaga Panarukan.
Bolehkah aku mendahului temanku mengirim lamaran, padamu? Kamu tenang saja, meski aku tidak sepopuler temanku, tidak bisa menulis sebaik temanku, aku masih yakin bisa bekerja lebih baik darinya. Kamu bisa mempekerjakanku 25 jam dalam sehari penuh. Akan kujaga perasaanmu, tak boleh seorang pun menyakiti kamu, dan biarlah hanya aku yang terluka.
Aku juga suka membaca buku, sastra terutama. Bila perlu, kamu bisa mengajakku berdiskusi soal buku. Tentang penulis-penulis terkenal, kecuali Tere-Liye. Karya-karya luar biasa yang abadi dalam peradaban. Kamu bisa ikut diskusi Gerakan Situbondo Membaca, yang sebenarnya lebih keren dengan Gerakan Sayang Mantan dan membaca perasaan seorang wanita. Itu lebih diperlukan bagi seorang lelaki daripada berkumpul sesama jenisnya dan saling bertanya, "mak lalakek mloloh?" Kamu bisa datang menemui mereka bersamaku sebagai bentuk jawaban atas pertanyaan 'apa pentingnya membaca karya sastra?'
Kamu juga bisa mengajariku bagaimana menulis yang baik, bila sifat keibuanmu sedang muncul. Akan kuajak juga kamu, ke Rumah Baca Damar Aksara dan melihat bagaimana lucunya seorang anak bernama Kinara. Kinara yang lutu, yang Ayahnya adalah seorang tokoh posmo di Situbondo. Kinara yang menggemaskan dan tak jarang membuat Mas Imron baper setiap kali menemani Kinara bermain. Kamu bisa berbagi apa saja, mengajakku mengunjungi tempat-tempat di Situbondo. Kamu kenali satu-persatu tempat itu lebih dalam lagi kemudian menuliskannya. Cerpen. Esai. Catatan perjalanan. Atau sekalian pamer foto melalui fesbuk tentang betapa bahagianya kamu bersamaku. Seperti yang dilakukan Wahyu Widyarmovic kepada pacarnya.
Aku tahu, akan ada beberapa orang yang tersinggung. Tidak masalah. Sekali-kali seseorang perlu diingatkan dengan cara disinggung, atau ditikung. Seperti yang sering diingatkan oleh Yudik Nurus kepadaku: hidup ini keras.
Benar, hidup bukan tempat bagi orang-orang penakut. Kamu harus berani. Berani membuka pintu hatimu untuk kumasuki. Meski setelah itu kamu bisa saja mengusirku keluar. Tidak masalah. Aku sangat terlatih dengan hal semacam itu.
Dan jangan takut bila sekali waktu kamu terjatuh, terpuruk seolah tidak bisa bangun lagi. Aku tidak akan menertawakanmu. Bila kamu sedang bersedih, akan kuupayakan untuk membuatmu nyaman dan aman. Akan kuusahakan untuk menjadi teman, sahabat, atau apa pun tergantung keinginanmu.
Maka, sebelum ini menjadi terlalu panjang semisal status yang ditulis Uwan Urwan dan Irwant. Ijinkan aku menyatakan semua ini seperti yang dituliskan Sapardi: aku akan melamarmu dengan takanta. Dengan kata yang tak sempat tumbuh jadi bunga. Yang menjadikannya tiada.
Jadi, Dik Raras yang tatapanmu sedingin pagi di Puncak Rengganis. Ini hanyalah sebuah usaha menulis surat lamaran. Tak perlu kamu repot-repot membalasnya.[]
____
Sumber foto : blog.chictags.com
Sebuah Usaha Menulis Surat Lamaran Sebuah Usaha Menulis Surat Lamaran Reviewed by Takanta ID on Juli 24, 2017 Rating: 5

Tidak ada komentar