Komunitas Biola Situbondo: Sebuah Capaian dan Tantangan

Oleh: Mei Artanto
Lantunan lagu-lagu nasional terdengar begitu lugas di antara suara lalu lalang truk dan kendaran lain di Jalan Pemuda, Situbondo. Bisingnya suara lalu lalang truk dan kendaraan, tidak menurunkan khidmatnya lantunan dua lagu yang dimainkan oleh Komunitas Biola Situbondo di areah Taman Makam Pahlawan Situbondo. Komunitas yang beranggotakan warga Situbondo lintas usia ini tak mau luput dari upaya partisipasinya dalam memperingati Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72. Mengambil momentum di hari kemerdekaan ini, Wahyu Aves, sebagai pendiri Komunitas Biola Situbondo menginisiasi pergelaran musik dengan tajuk Refleksi dalam Harmoni. Pergelaran kali ini merupakan pergelaran perdana bagi komunitas yang pada tanggal 4 September 2017 bulan depan telah genap berumur satu tahun. Selain itu pergelaran Refleksi dalam Harmoni ini juga merupakan bentuk nadzar dari seorang Wahyu Aves ketika dulu mendirikan komunitas ini.
Berkumandangnya lagu Indonesia Raya yang berpadu dengan latarbelakang susunan nisan para pahlawan seakan memberi pengalaman yang begitu mendalam bagi kita yang hadir saat itu. Bagi Wahyu Aves sendiri, pemilihan ruang pergelaran yang tak biasa ini (makam), ia anggap sebagai bentuk pemanfaatan ruang alternatif yang kemudian didukung dengan hadirnya momentum yang tepat. Pemilihan Taman Makam Pahlawan sebagai tempat pergelaran beserta adanya momentum memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini turut memberi daya tarik tersendiri bagi pergelaran musik kali ini. Refleksi dan pemaknaan atas perjuangan para pahlawan yang telah gugur dalam merebut kemerdekaan menjadi pesan penting yang ingin mereka sampaikan dalam pergelaran malam itu.
Setelah berkumandangnya Lagu Indonesia Raya sebagai pembuka acara, selanjutnya disusul penampilan Komunitas Biola Situbondo dengan membawakan dua lagu nasional, yaitu Bagimu Negri dan Tanah Air secara ansambel. Komunitas-komunitas lain pun juga turut berpartisipasi dalam acara malam itu, seperti penampilan pembacaan puisi dari Komunitas Penulis Muda Situbondo dan perwakilan Dewan Kesenian Situbondo, serta sajian repertoar untuk solo flute, solo biola, maupun duet biola. Kesuksesan seluruh rangkaian acara tersebut kiranya perlu mendapat apresiasi tinggi, terlebih untuk teman-teman Komunitas Biola Situbondo yang hampir satu tahun berlatih dan mempersiapkan penampilan musiknya.
Satu tahun dengan menyajikan dua repertoar secara ensembel kiranya menjadi sebuah pencapaian yang baik bagi komunitas ini, terlebih para anggotanya kebanyakan berlatar belakang non pendidikan musik klasik Barat secara khusus. Munculnya ketertarikan warga Situbondo yang tergabung dalam Komunitas Biola Situbondo terhadap musik klasik Barat ini, khususnya intrumen biola, kiranya menjadi capaian yang baik dalam perkembangan musik klasik Barat di wilayah Jawa bagian Timur. Untuk perkembangan musik klasik Barat saat ini di wilayah Jawa Timur masih di ominasi oleh kota-kota besar, seperti Surabaya dan Malang. Hadirnya komunitas musik ini di Situbondo setidaknya memberi warna bagi perkembangan musik klasik Barat di wilayah Jawa bagian Timur, sekaligus kembali memasyarakatkan musik klasik Barat kepada masyarakat, khususnya kota Situbondo.
Selain sebuah pencapaian yang digapai oleh komunitas ini, dalam pandangan saya juga turut menyisakan sebuah persoalan yang kedepannya perlu dipikirkan. Persoalan ini terkait dengan disiplin, teknik dan metode dalam proses mempelajari musik ini. Kebutuhan penguasaan teknik yang baik dengan didukung disiplin dan metode berlatih merupakan suatu hal yang harus dipenuhi dalam mempelajari dan memainkan musik ini. Hal ini menjadi penting karena berurusan dengan kualitas permainan yang dihasilkan ke depannya. Artinya ke depannya memang perlu diupayakan untuk mencari pendekatan metode dalam berlatih agar para anggota komunitas ini berkembangang dengan pesat.  Hasil dari apa yang ditampilkan malam itu oleh Komunitas Biola Situbondo kiranya menjadi pemicu semangat teman-teman untuk giat berlatih, dan membenahi yang menjadi pekerjaan bersama, seperti persoalan tone, intonasi, dan ketepatan ritme.  Tiga hal ini yang kiranya menjadi point dan perhatian lebih dalam berlatih, karena tanpa terpenuhinya ketiga hal ini secara optimal dalam sebuah sajian musik nampaknya turus berdampak pada pengalaman apa yang diperoleh oleh penonton..
Anggota komunitas yang saat ini masih didominasi oleh anak-anak nampaknya juga perlu mendapat perhatian khusus, terlebih dalam urusan metode berlatih dan memicu rasa mereka untuk mencintai intrumen dan musiknya, karena dengan begitu si anak juga akan bersemangat ketika berlatih. Salah satu alternatif untuk membuat anak giat berlatih dapat dilakukan melalui upaya mengolah dan memberi repertoar dengan berbagai variasi. Selain itu hal yang terpenting terletak pada peran serta keluarga untuk terus memotivasi si anak untuk giat berlatih, tentu memotivasi melalui cara pendekatan yang menyenangkan bagi si anak, bukan malah seakan-akan menjadi sebuah paksaan bagi si anak dalam berlatih musik. Selanjutnya juga dapat diupayakan untuk membangun jejaring dan bekerjasama dengan sesama komunitas musik yang bergerak dibidang musik klasik Barat, agar para anggota komunitas tersebut mendapat ilmu dan pengetahuan baru. Bentuk kerjasama dapat berupa berlatih bersama, bertukar pikiran dan strategi berlatih, dan jika perlu mendatangkan mentor yang ahli di bidangnya untuk belajar bersama. Hal semacam ini yang kiranya kedepan perlu untuk dirancang diupayakan sebagai strategi untuk meningkatkan kualitas bermain para anggotanya.
____

Sumber Foto : Mas Cho Ky

Komunitas Biola Situbondo: Sebuah Capaian dan Tantangan Komunitas Biola Situbondo: Sebuah Capaian dan Tantangan Reviewed by Redaksi on Agustus 19, 2017 Rating: 5

Tidak ada komentar