Membaca Telembuk; Membaca Cinta yang Keparat

Beberapa waktu lalu, seorang teman meminjamkan bukunya pada saya Buku itu bersampul warna putih agak kebiru-biruan dengan gambar seorang perempuan tengah memegang mikrofon. Di tengah-tengahnya, tulisan Telembuk dicetak tebal dan barulah saya 'ngeh' kalau itu judul buku. Novel, lebih tepatnya.



Buku ini ditulis oleh Kedung Darma Romansha. Alasan mengapa saya mereviewnya, nanti saya ceritakan lebih lanjut.

Saya membaca buku ini tanpa ada maksud lain, seperti belajar gaya penulisan baru atau gaya-bercerita-seperti-yang-saya-lakukan-pada-biasanya. Tidak. Saya hanya membaca. Tanpa menandai kalimat-kalimat penting yang ‘quotable’, tanpa berusaha mengingat nama tokoh, tempat kejadian dan hal-hal yang membuat kenikmatan membaca berkurang. Hasilnya, saya membaca buku ini dengan puas dan tuntas. Cara membaca yang bagi saya teramat menyenangkan dan saya suka buku ini.

Hingga pada suatu hari, seorang Imam Besar yang bajinguk, memaksa saya mereview buku yang sudah saya kembalikan. Ya sudah, terpaksa saya mesti mengingat apa yang telah saya baca: tokoh, nama tempat, peristiwa dan segala macam hal dalam buku tersebut.

Jadi, beginilah hasilnya….

Telembuk bercerita tentang kehidupan yang terkadang masih dirasa tabu untuk kita perbincangkan. Tentang dangdut, tentang sebuah kampung yang dihuni oleh anak-anak muda bengal dan kurang kerjaan serta kehidupan seorang perempuan bernama Safitri sebagai penyanyi organ tunggal merangkap sebagai PSK.
Ini adalah lanjutan dari novel Kedung sebelumnya yakni Kelir Slindet. Itu dijelaskan pada bagian awal secara singkat untuk mengantarkan pembaca dan mungkin supaya pembaca tidak kebingungan.

Mengambil latar di tempat kelahiran penulisnya sendiri, membuat kehidupan tokoh-tokoh di dalam kisah ini begitu hidup, dekat dan sangat nyata seolah kejadian-kejadian yang berkelindan itu sedang terjadi di hadapan mata kepala pembaca. Perpaduan kejadian tragis dan menggelitik begitu seimbang dan penulis berhasil membawa saya ke pertujukan organ tunggal, melihat penyanyi sedang meliuk dan suara-suara nyanyian khas dangdut.

Kedung menghadirkan juru kisah yang apik. Seorang bernama Aan yang menyajikan sebagian besar cerita dalam Telembuk. Terkadang tokoh-tokoh lain muncul pula sebagai pencerita. Ada beberapa sudut pandang yang dijajaki oleh Kedung secara bergantian. Dan hati-hati, di bab-bab tertentu pembaca akan dikejutkan dengan berkumpulnya semua tokoh juga penulis yang terlibat dalam percakapan. Itu menarik. Cerita yang dibumbui dengan  bau parfum murahan, umpatan kotor, adegan panas tetapi tidak vulgar dan juga kisah cinta yang benar-benar keparat.

-----

“Lalu bagaimana cerita dalam buku ini?” Tanya Imam Besar pada saya.
“Silakan baca sendiri, Kirik.”

 @annisafyz



Membaca Telembuk; Membaca Cinta yang Keparat Membaca Telembuk; Membaca Cinta yang Keparat Reviewed by Zaidi on November 06, 2017 Rating: 5

Tidak ada komentar