Sastra Vs Game : Dinamika Peradaban


Judul Buku : Ideologame : Pengaruh Video Game Atas Budaya
Penulis : Aziz Darma, dkk
Penerbit : Ekspresi Buku
Cetakan : Pertama, Februari 2017
Tebal : xxvi + 190 Halaman
ISBN : 978-979-99631-7-8
Oleh : M Ivan Aulia Rokhman
Perkembangan game di Indonesia dari zaman dahulu sudah mengalami fase-fase yang naik pada tingkatan editor dan design game. Bahkan literasi pada jauh terhadap kebiasaan permainan tersebut. Sastra Indonesia meniru adegan dalam berbagai permainan puisi, prosa, cerpen, dan novel dikonversi menjadi video game. Padahal budaya permainan tersebut sangat unggul dibandingkan dengan menulis dan membaca. Sebut saja tingkatan pemikiran manusia sangat dominan disebabkan dimensi permainan makin marak terjadi.
Ideologame : Video Game Atas Budaya berisi tentang penafsiran dan pengaruh game terhadap pengembangan teknologi dan komunikasi di masa sekarang. Isi tulisan ini menyerupai stigma dan paradigma game yang sengaja menjadi tiruan manusia ke dalam dunia nyata. Dibandingkan dengan karya sastra begitu khawatir dengan kondisi adegan yang berlebihan. Sehingga para gamers tetap hati-hati dalam permainan video game.
Semua itu setelah memunculkan nilai tersendiri atas permainan. Untuk lebih menyakinkan, boleh sambil dibuka Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang juga menyajikan pengertian-pengertian tersebut. Dari kamus itu pula dijelaskan, kalau permainan-permainan merupakan hal yang dilakukan secara tidak sungguh-sungguh alias sebatas “main-main”.
Setidaknya ada beberapa sifat yang telah termuka dari penjabaran Huizinga. Pertama, permainan sebagai perbuatan yang bebas. Perlu digaris-bawahi di sini, segala kegiatan yang berdasarkan perintah bukan lagi permainan. Itulah sebabnya, permainan dibilang melampui jalan proses yang alami.
Sifat permainan selanjutnya adalah sementara. Alam bawah sadar kita sudah mengerti bahwa permainan adalah perbuatan yang “seolah-olah”. Kita iseng-iseng saja di sana. Permainan berdiri sendiri. Ia memisahkan diri dari tempat dan waktu. Hal itu dapat kita baca sebagai sifat permainan yang selanjutnya, yakni terbatas. Ia memang dimainkan sampai selesai. Akan tetapi ia melewati serangkaian proses di dalamnya. Ada cerita, strategi, pergantian, dan proses-proses lain yang menyertainya. Meskipun waktunya bebas, ia tetap jadi satu bentuk yang diingat, sehingga akan terus berulang dari waktu ke waktu. Soal tempat, permainan punya ruang gerak yang telah ditentukan.
Aturan yang telah diciptakan dalam permainan berpengaruh terhadap sifat permainan yang lain, yakni ketertiban. Waktu yang digunakan memang khusu, begitu pula dengan tempat. Namun dalam sifatnya yang sementara, ia berhasil memunculkan kondisi yang tertib.
Aturan lain juga berlaku di segala jenis permainan yang secara otomatis menjadi kesepakatan bersama. Jika ada yantg berontak atau tidak setuju, ia akan berada di pihak yang tereliminasi. Namun sebaliknya, jika menyetujui tata tertib, dengan mudah ia bisa mengikuti (Hal 1-4).
Budaya permainan video game sangat diterapkan dengan etika budi pekerti terhadap usia sekolah. Bayangkan di seluruh kalangan sangat ketagihan dengan permainan tersebut. Saat ini pria terus mengoyah pikiran dan salah dalam bernalar dalam kebiasaan tersebut. Mungkin diperkirakan hal yang terjadi bila ketagihan game beralih menjadi preman yang tidak berpendidikan.
Padahal pendidikan yang penting bagi nusa dan bangsa. Sastra Indonesia sejak 1945 terus bergulir serta mengonversikan dalam berbagai karya dan menciptakan karya game yang begitu kuat dengan kronologi dan simpatik. Sayangnya budaya game lebih unggul dengan literasi. Seandainya literasi sebagai ilmu dan refrensi untuk menjadi seorang pakar yang sesuai dengan bakat dibutuhkan.
Unsur-unsur permainan punya cerita. Mereka bermula sejak zaman pemujaan terhadap dewa-dewa. Kisah ini tidak menutup kemungkinan bahwa data dan fakta yang ditemukan sebetulan masih sangat temporal, sehingga peristiwa di masa lampau nyata tak jauh berbeda dengan kondisi sesudahnya (Hal 5).
Apalagi dinamika peradaban sudah mulai berkembang dan menjadi nilai poros terhadap kemampuan dan keterampilan. Masa penjabat rakyat tak lagi beropini karena menyakini bahwa apresiasi tidak akan bertambah jika ada salah satu kriminal yang makin marak terjadi. Lihatlah langit kota menjadi korban disebabkan permainan game. Tentu menjadi salah cara dalam melakukan penerapan budi pekerti. Jadi Sastra Indonesia jangan sampai bermigrasi ke dalam permainan tersebut hingga berputar pada ke depan tanpa menyimbulkan kontroversi.

Biodata Penulis
M Ivan Aulia Rokhman, Lahir di Jember, 21 April 1996. Alumnus SMAN 10 Surabaya. Karyanya dimuat di koran lokal dan Nasional. Beberapa puisinya juga dimuat dalam antologi Masa Depan Waktu (2017), Bukan Kita (2017), Cerita 3 Masa (2017). Bergiat di FLP Surabaya, dan Remas Al-Akbar Surabaya. Seorang Penulis ditengah Berkebutuhan Khusus. Telepon/WA : 083830696435. Email : rokhmansyahdika@gmail.com. Facebook : M Ivan Aulia Rokhman. Alamat Korespondensi : Jalan Klampis Ngasem VI/06-B, Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, 60117.
Sastra Vs Game : Dinamika Peradaban Sastra Vs Game : Dinamika Peradaban Reviewed by takanta on Maret 23, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar