Maret yang Bimbang dan Puisi Lainnya Karya Mahfud RD



Puisi Puisi Mahfud RD

TITIMANGSA

bila malam menurunkan tirainya
aku membuka kembali catatan besar yang kecil di retinamu
membaca ulang kata demi kata dan mengabadikannya dalam penggalan waktu
kita pernah saling mendakwa sebelum akhirnya saling tertawa dalam buaian udara dan belaian semu
betapa kita begitu fana
dalam kelapkelip kota yang merana
sebelum akhirnya lelap kita tak lagi buram dan memaki kolong ranjang yang sama
menata ulang ingatan dalam baris waktu membawaku melesat dalam kecepatan ilusi tanpa bisa berhenti layaknya ketepatan nadi
di mana segala tengah meronta dan harap duduk bersua
lalu, mendengar sepi di udara adalah cara kita menyatukan dosa yang telah basi dan berceceran di pelupuk usia

Nusa Dua, Mei 2018



JEDA

senja terbakar di beranda
mengistirahatkan kaki kita
yang kebas atas risau perjalanan
dalam komat kamit zikir dan rapal doa

kabar tiada tersangkut di telingamu
tak pula pada hujan yang memeluk kampungku
sebelum magrib meniupkan takbir
dan kita bersimpuh menyusun air mata

di luar, kering belum nampak akan beranjak
sedang angin kian tajam
sedia mencincang dada
pada setarikan nafas dan sepi akan celaka

sebelum kaki kita makin kebas
dicumbu perjalanan selanjutnya
barangkali jurusan harus berlaianan
barangkali pulang hanya renjana
atau kita duduk saja di serambi untuk berceloteh
sambil memeras air mata pada gelas gelas kopi

2018


LAKON PUTUS ASA

tubuhku jatuh pada naskah naskah komedi tragedi sebuah pertunjukan
sutradara serupa Tuhan
mengobrak abrik alur cerita
hingga bangku penonton riuh tawa
lolong dukacita
atau semarak tepuk tangan.

adakah yang lebih sepi dari panggung tanpa pertunjukan?
atau naskah naskah yang macet tanpa penyelesaian?

aku berjalan dalam gelap
adegan-adegan putus asa
bergerak menuju fase tanpa tawa
dalam naskah melodrama.

aku lupa pada babak dan dialog
dan bangku penonton melempar olok-olok
tubuhku kering improvisasi
dan pertunjukkan selesai
sebelum drama usai.

2018.


ELEGI

/1/
aku menyegerakan beberapa mantra setelah terjaga dari mata yang kuyub
serta bekunya udara mendekap degub 
tanpa uluk salam
dan pulang tiada isyarat tenggelam
sepertiga malam masih paripurna
gelap purba di antara kedipan rembulan pucat menembus jendela
rindu dendam menghunus
adu urat dan kerut di sela-selanya

/2/
tubuhku terlampau kurus untuk menampung rindu dendammu
kata-kata hanya sepintas lalu dan hanyut di sela jemari
sebelum akhirnya kita telanjang di beranda
dan orang-orang mengaminkan dalam puisi 

/3/
tiada angin di kebun untuk sekadar salam pada daundaun
semesta sepakat mengetuk jeda pada rantingranting kering
debudebu menjelma keramat  ketika jarak serupa keranda
dengan titik temu sebagai kabar dukacita tanpa tahu di mana jasad layak bermukim

Tempursari, 2018


Kepada Kawan, Puisi dan Perjalanan
untuk Alfiandana

kita kerap mengelabuhi matahari
untuk sembunyi dari dusta-dusta
sembari menuhankan diri
pada cangkir kopi yang tandas
di kedai seberang persimpangan

kaki kita kerap gemetar
pada sebuah perjalanan
untuk mencari setangkai puisi
atau menerka sepucuk cerita
di lorong jogja yang purba
di bawah hujan yang tersangkut deru sepeda

jogja bukan sekadar diksi
jogja adalah kedai kopi yang kerap kita singgahi untuk bertegur sapa, bertukar pesan
hingga lupa di mana tubuh kita layak diistirahatkan

2018

MARET YANG BIMBANG
                : a.t

kita jatuh pada Maret yang bimbang sebab kemarau dan hujan tak saling mendamaikan
waktu menyeret kita pada kepulangan dan perpisahan yang selalu dirayakan dengan rapal rapal doa tentang teduh perjumpaan.

aku menjelma lalu lalang terminal di mana jurusan hanya kabar dukacita dan bus serupa keranda
sedang loket dan tiket menjelma malaikat mautnya.

kita selalu merayakan perpisahan dengan air mata yang sama
yang terhapus polusi
di beranda pada sore yang mati suri. 

kita adalah sebab dari berbagai sub-bab caci maki
yang menunggu di jurang
menanti eksekusi.

kita adalah mimpi mimpi
yang terjaga sebelum pagi
lalu jatuh di Maret yang gusar dengan kabar yang tiada tanda bersabar.

2018.

GARWO
                : Anis Tamaru

kita: kopi dan gula
yang diaduk dalam tamasya
dan disuguhkan pada meja dansa dansi
yang terdampar di pantai-pantai bali

maka sebelum segalanya menjadi gendut
mari bersepeda
memenjarakan waktu
untuk berburu senja
dan kita tenggelamkan dalam selimut

Tempursari, 2018


MATAMU MATAKU

sejumput puisi kucerabut dari matamu
kala lelapmu jatuh di pangkuan dingin zaman
sehelai duka purna dari mataku

Paltuding, April 2018


Biodata Penulis

Mahfud RD, lahir di Lumajang, 22 februari 1993. Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Seorang suami dan penjual buku. Beberapa puisinya dimuat di media daring (kibul.in). Puisinya berjudul Secarik Mimpi di Blambangan termaktub di antologi Senyuman Lembah Ijen (Taresi Publisher, 2018) Festival Sastra Banyuwangi.
Narahubung: 081358105283 (WA) mahfudrid@gmail.com
Twitter/Instagram: @mahfudrd
Facebook: Mahfud R (Mahfud RD) facebook.com/mahfud.r.98

Maret yang Bimbang dan Puisi Lainnya Karya Mahfud RD Maret yang Bimbang dan Puisi Lainnya Karya Mahfud RD Reviewed by takanta on Juni 17, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar