Ideologi dan Pandangan



Oleh : Sholikhin*
Disadari atau pun tidak, saat ini kita sedang didera penyakit kurang bahkan gagal paham tentang penggunaan bahasa dan kata-kata. Sering kali kesalahan dalam memahami bahasa membuat diantara masyarakat saling curiga. Maka, kata Dr. Anies Rasyid Baswedan, Ph.d adalah :
"Jangan Pernah Remehkan Kata-Kata. Bahkan Kitab Suci pun Juga Kata-Kata."
Maksudnya apa? Bahwa tanpa disadari generasi bangsa kita ini sedang mengidap penyakit yang disebut kurang pemahaman terhadap sebuah ungkapan dalam wujud kata-kata. Sering membolak-balikan arti kata, salah menggunakan diksi, dan bahkan tidak memahami penggunaan kata yang tepat dan benar adalah fenomena yang akrab kita temui dalam ranah mikro maupun makro.
Tanpa kata-kata, kita sulit menjelaskan maksud dari pada isi hati kita. Tanpa kata-kata dunia akan buta. Lalu mengapa kita sering meremehkan kata-kata? Maka berdialog (komunikasi) itu penting.
Seperti judul daripada tulisanku ini :Ideologi dan Pandangan.
Secara sekilas mungkindua kata ini hampir sama. Tetapi, jika kita telaah kembali dari segi etimologi, kata Ideologi dan Pandangan ini sudah sangat berbeda maknanya. Ideologi, berasal dari unsur kata Yunani Ideos (pikiran) dan logos(bahasa), maksudnya, ideologi adalah berbicara tentang cara/metode berpikir seseorang yang memiliki fitrah dan bisa jadi dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, kemudian lahir sebuah ide atau gagasan-gagasan tertentu. Sedangkan Pandangan, adalah mengenai cara/sudut pandang yang digunakan oleh seseorang dalam melihat suatu obyek kemudian lahir sebuah kesimpulan-kesimpulan subjektif.
Berbeda pandangan belum tentu berbeda ideologi. Semua elemen yang ada di negara Indonesia adalah satu ideologi yaitu Pancasila, namun beragam pandangan. Parpol, ormas, dan seluruh lapisan kenegaraan semua satu kesepakatan ideologi, Pancasila. Akan tetapi saat ini, banyak orang kembali menunjukkan bahwa berbeda pandangan berarti berbeda ideologi. Semua kembali disebabkan oleh ketidak pahaman tentang penggunaan kata-kata.
Sehingga jelas tidak bisa disamakan antara cara berpikir dengan cara melihat. Karena berpikir adalah proses merenungkan setelah apa yang seseorang lihat atau pun belum pernah dia lihat. Sedangkan melihat, adalah generalisasi atas hal visual apa yang berhasil dia tangkap melalui indera penglihatannya.
Di sini terlihat adanya kesenjangan yang terjadi di dalam masyarakat kita. Bahkan kesenjangan tersebut bukan hanya lagi terjadi di kalangan masyarakat awam, namun juga menjalar pada pejabat-pejabat publik kita. Sehingga fenomena saat ini, perbincangan pada dunia publik (politik) menjadi perbincangan yang tidak lagi sedap dan santun untuk didengar oleh anak-anak di meja makan atau ruang tamu keluarga. Akibatnya, dunia politik menjadi dunia yang dipandang sangat kotor dan tidak ada kesantunan di dalamnya. Sebagian besar masyarakat menjadi apriori dalam melihat dunia politik.
Semua headlines media masa dipenuhi dengan hujatan-hujatan penuh kepalsuan dan kebencian. Masyarakat mungkin saja bercermin pada tokoh-tokoh politik kita yang kadang tidak memberikan tauladannya sebagai pejabat publik yang dilihat oleh semua masyarakat.
Salah satu hal yang sering kali di salah pahami oleh masyarakat di negara kita adalah penggunaan kata LAWAN dan MUSUH. Mungkin diantara kita juga baru tau bahkan belum pernah tahu tentang definisi dari dua kata ini.
LAWAN - adalah teman bermain. Semua cabang olahraga menggunakan istilah lawan. Sebab dengan adanya lawan permainan menjadi lebih hidup dan memiliki ruh. Seorang pemain badmintoontanpa adanya lawan tidak akan bisa bermain dengan apik, karena lawan disini adalah sebagai teman bermain. Berdebat dan berdiskusi juga demikian, tanpa adanya lawan maka tidak akan ada teman bertukar pikiran dalam forum tersebut.
Tetapi MUSUH - adalah seseorang yang harus/wajib dikalahkan, apapun caranya. Menang adalah tujuannya.
Dalam proses berdemokrasi, istilah yang paling tepat untuk digunakan adalah LAWAN. Sebab, tanpa adanya lawan proses demokrasi kita tidak akan pernah hidup. Sekalipun pada masa sebelumnya si A adalah teman si B, hal itu tidak lagi menjadi masalah ketika mereka sama-sama memahami arti kata LAWAN dan KAWAN dalam berdemokrasi. Karena lawan disini adalah teman dalam bertukar pikiran dan merajut benang Ke-Bhinekaan.
Permasalahannya adalah bukan siapa yang akan menduduki jabatannya, karena jika bukan budaya masyarakatnya yang diubah. Siapa pun pemimpinnya kondisinya akan tetap SAMA.
Islam adalah agama perdamaian yang sayapnya terbentang dari Margrib sampai dengan Nusantara atau Maroko sampai dengan Merauke. Indonesia terdiri dari lebih dari 700 bahasa, dan 400 suku bangsa. Bukan keberagaman yang menjadikan Indonesia hebat, tapi ke-Bhinekaan dan persatuan yang menjadikan Indonesia hebat.(Anies Baswedan). []

*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura.
Ideologi dan Pandangan Ideologi dan Pandangan Reviewed by takanta on Januari 07, 2019 Rating: 5

Tidak ada komentar