Cerpen : Kehilangan Tas di Kota Pasundan Karya M Ivan Aulia Rokhman



Menyambut pagi cerah di Surabaya aku berada di Stasiun Wonokromo. Di tengah keramaian penumpang yang hendak menuju ke tempat tujuan hampir numpuk di ruang tunggu. Tak selang lama kereta telah berhenti di stasiun. Berbagai persiapan yang dibawa seperti tas besar, tas slempang, hingga barang bawaan lainnya. Ketika memasuki gerbong empat menduduki kursi paling belakang. Begitu menemukan nomor kursi lalu aku menaruh tas besar di atas kemudian duduk yang empuk. Kereta pun berjalan menuju ke kota Bandung. Selama berada di perjalanan aku menyempatkan waktu untuk menandatangani formulir cita-cita sebanyak delapan puluh lembar. Sebelumnya aku sempat buka WA Group terus bilang ke teman-teman relawan Kelas Inspirasi Bandung bahwa mau menempuh perjalanan ke Bandung. Teman berpesan “hati-hati di jalan. Semoga sampai ke tempat tujuan”.  Akhirnya teman-teman relawan hendak menunggu kedatanganku di Bandung. Melanjutkan pekerjaan di dalam kereta membuat si penumpang lain yang berasal dari Tasikmalaya hampir melihat tatapanku.

“Dek, kok daritadi tanda tangan formulir. Emang buat apa?”
“Oh, ini mau menyelesaikan tanda-tangan formulir buat mengajar di Bandung besok.”
“Ada acara apa di Bandung?”
“Kelas Inspirasi Bandung di SDN 002 Karangmulya.”
“Ada teman di sana?”
“Ada.”
Setelah obrolan panjang dengan penumpang lainnya bakal mengerti. Penumpang yang bernama Jana aktif mengajar di Tasikmalaya. Rupanya menemukan teman perjalanan sampai malam. Inilah keakraban di dalam kereta di sudut alam yang indah. Selain penumpang dari Tasikmalaya ada juga dua penumpang yang berasal dari Purworejo dan Banjar. Setelah dialog panjang penumpang lainnya pada sahut bergantian. Nyatanya memuat kalimat yang lucu dan menggelitik tawa. Di dalam kereta pasti menemukan suasana yang beragam. Disusul penumpang paling barat yang merupakan warga timur leste yang sengaja berkunjung di Bandung. Dua penumpang tidak tahu identitas ini tahu-tahunya ikut cerita dengan kami. Mungkin ia ke Bandung dalam rangka menggali ilmu dasar negara yang akan dibangun di negara sebelah. Aku menangkap pembicaraan bahwa saat ini negara timur leste sedang membutuhkan kedamaian dan kesejahteraan. Menemukan ide kepada kedua penumpang untuk merumuskan ideologi pancasila terlebih dahulu lalu ditularkan ke negara sebelah demi merumuskan  ideologi di negara sana. Tidak lama kemudian ia sudah banyak obrolan yang dapat menjadi sebuah keakraban. Tapi ada beberapa teman hendak turun di stasiun karena sudah sampai ke tempat tujuan. Melanjutkan perjalanan menuju tempat stasiun berikutnya tak terasa berpisah dengan teman penumpangku. Apa yang diceritakan oleh penumpang senantiasa memberikan manfaat dan pulang dengan keadaan selamat.
Pada malam hari suasana di Jawa Barat sedang turun hujan tapi tidak menyulutkan semangat belajar di esok hari. Sayangnya aku butuh tidur di kursi kereta tetapi hasilnya tidak kantuk. Sebagai alternatif aku membuka tas slempang yang berisi dompet, buku bacaan, headset, dan handphone. Sehabis mengeluarkan buku lalu hendak membaca buku di dalam kereta. Sayang ditengah jam perjalanan berhenti sambil menunggu persilangan kereta lain. Melarut malam yang kian sunyi membuatku memandang pandangan gelap di sudut alam. Lalu melanjutkan perjalanan kembali. Membutuhkan dua jam untuk sampai di stasiun akhir. Di dalam gerbong kereta dari keramaian penumpang kini menjadi sepi sebab sebagian penumpang hendak turun di Stasiun Tasikmalaya. Susah tidur gara-gara pengumuman di atas speaker jadi terganggu. Tiba di tujuan akhir stasiun Kiaracondong Bandung aku hendak turun lalu mencari tiket untuk melanjutkan perjalanan ke Stasiun Bandung. Tidak ramai di stasiun tetapi penumpang hendak naik kereta untuk menempuh perjalanan pulang ke rumah masing-masing. Sampai di stasiun sebelum kehilangan hp saya sempat foto di stasiun. Aku berjalan keluar lewat selatan dekat dengan pusat perbelanjaan di kecamatan Andir. Sayangnya saya buka grup WA ternyata tidak respon, sela beberapa menit atau jam rupanya teman-teman relawan hendak tidur di rumah masing-masing sedangkan aku mau mencari tempat untuk beristirahat.
Tempat pertama mengunjungi masjid Al-Falah Ciroyom. Aku memesan grab ke tempat tujuan yang telah disebutkan tadi. Begitu turun di lokasi suasana masjid terkunci pintu di sekitar masjid. aku menanyakan penjaga yang sedang bertugas di lapangan.
“Mas, boleh izin meminjam tempat untuk beristirahat?”
“Aduh, maaf mas untuk tempat ini kagak orang yang berada di tempat ini. Nah, coba kamu berjalan di masjid terdekat yang tak kalah jauh.”
“terima kasih mas.”
Aku telah menemukan tempat lain untuk menuju ke sana. Sayangnya masjid yang telah ditunjukkan oleh penjaga tadi hampir tutup. Pasrah dan mudah gelisah saya memaksa beristirahat di Masjid Raya Bandung menaiki grab. Tidak tahan dengan barang bawaan membuat bebanku mudah capek. Sampai di lokasi driver siap berjalan di lokasi. Kondisi jalan raya Bandung kian sepi. Sampai di masjid Raya Bandung saya menatap tempat untuk tidur. Buktinya di tengah warga gelandangan yang tidur di pinggir aku mau tidur dengan lelap. Selang beberapa jam tas slempang dibawa itu akhirnya hilang. Aku pun mencari tas slempang akhirnya hilang seketika. Saya tanya ke warga mengenai kejadian tersebut.
“Permisi, ada yang lihat tas slempang?”
“Wah, bapak nggak lihat dek.”
“Emang tasnya isinya apa dek?”
“Dompet, HP, Buku bacaan, uang saku, kartu identitas, headset, cas, dan barang lainnya.”
Astaghfirullahal adzhim. Itu barang kesayanganmu hilang akibat kamu tidur.”
Permisi pak Takmir ada yang lihat tas slempangku.”
“Tidak tahu dek, kamu terlalu lalai mengawasi barang jadi akhirnya hilang.”
Setelah bertanya berkali-kali kepada warga dan takmir Masjid Raya Bandung soal ketidak-tahuan lokasi tas slempang ia bawa. firasat dari kesenangan berujung keresahan total. Akhirnya saya tidak bisa berkomunikasi dengan keluarga maupun teman-teman grup WA itu. Selama dua hari di Bandung hanya bisa pasrah melewati segala kepahitan yang amat dalam. Menempuh jalan takdirku aku berjalan kaki menuju ke Polsek Regol untuk melaporkan kehilangan tas slempang tersebut. Sebagai pembelajaran di kota Pasundan bahwa aku menemukan jalan pahit menuju jalan pulang dalam keadaan sedih.

Bandung, 20 Februari 2019

BIODATA PENULIS
M Ivan Aulia Rokhman, Anggota Divisi Kaderisasi FLP Surabaya. Lahir di Jember, 21 April 1996. Hobby menulis puisi, esai, dan resensi. Karya tulisan telah terbit di media massa serta online. Saat ini berdomisli di Surabaya. Buku telah terbit antologi puisi Sajak Poedjangga untuk Palestina. Kini kuliah di Universitas Dr Soetomo.

Alamat : Jln Klampis Ngasem VI / 6B RT 006, RW 001, Klampis Ngasem, Sukolilo Surabaya, 60117. No Telp : 081330851986. Email : rokhmansyahdika@gmail.com

Cerpen : Kehilangan Tas di Kota Pasundan Karya M Ivan Aulia Rokhman Cerpen : Kehilangan Tas di Kota Pasundan Karya M Ivan Aulia Rokhman Reviewed by Redaksi on Maret 17, 2019 Rating: 5

Tidak ada komentar