Doa Petani Tembakau dan Puisi Lainnya Karya M. Syamilul Hikam

pixabay


Di Lautmu

Laut ini tampak indah dipandangi
Orang orang boleh saja menyelaminya sesuka hati
Seribu pintu tersedia Cuma-cuma
Tapi, harus punya kunci paling rahasia

Banyak sekali nelayan yang silih berganti datang
Untuk memanen ikan ikan
Bahkan, ada yang hanya bermain kejar kejaran di tepi pantai
Atau, sebatas memandanginya dari kejauhan
Selepas itu mereka bergegas pulang

Kemarin malam aku datang seorang
Tanpa lampu, pantai ini amatlah remang
Bahkan, sunyi kerap mengusikku dari kejauhan
Menyuruhku untuk sekedar berendam

Sebagai nelayan aku harus tahu bagaimana cara berenang
Bila di tengah perjalanan badai tiba tiba saja menerjang
Meski hanya berbekal tabah
Pada ombak yang bergantian membuncah

Ketika ikan ikan semakin liar
Jika gelombang tak bosan bosan datang
Aku harus lekas bergegas
Sebelum  perahuku tehempas

Annuqayah, 2019


Belajar dari Air

Hujan luruh
Dikeningku namamu kembali gemuruh
Gersang tanah kenangku perlahan basah
Kubiarkan ia menerima dengan pasrah

Kusaksian daun daun tabah diguyur hujan
Sebag ia paham mesti ada panas dan dingin kehidupan
huruf hurufku kini juga telah gagal
Menggaipaimu yang terbang dan aku kau tinggal

Aku laksana sekuntum kembang
Dan kau tak ubahnya seekor kumbang
Bermusim sudah putik sari kau hisapi
Kaupun pamit pergi dan berpesan tak kan kembali

Ya. Istilah kita berakhir kemarau lalu
Lepas sudah segala yang melekat antara kau-aku
Dan, bila hujan mampu melubangi batu batu
Patutlah aku membunuh rindu.

Annuqayah, 2019


Pohon

Tanamlah pohon ini anakku
Agar kelak buahnya bisa kau pungut
Carikan habitat paling hijau
Agar mampus segala kemelut

Bila kau mau, ambillah
Sematkan di lubuk kalbu paling basah
Jaga dan rawatlah ia
Sebagaimana ibu sayang anaknya

Pahami geliat benalu yang tiba tiba hadir
Sebab, tiap pohon mesti beranting dan bercabang
Jangan biarkan ia mengakar bahkan menjalar
Bersihkan sebelum Maut bertandang

Bila nanti pohon itu sudah berbunga
Tetap siram dengan air bernama dzikir
Agar ia hijau senantiasa
Walau serangga datang bergilir

Tanam, tanam dan ambillah anakku
Sebagai tempat berteduh
Kelak saat langit tak lagi biru
Dan hujan perlahan luruh


Annuqayah, 2019


Doa Petani Tembakau

“kemarau adallah doa tunggal
Yang kerap dirapal petani tembakau”

Sebelum ritual di ladang dimulai
Riwayat matahari tak pernah lelah kami maknai
Terkadang mengajak burung burung mendiskusikan
Kapan langit benar benar gigih menggenggam hujan

Saat angin barat tiba tiba datang
Dan pucuk Oktober perlahan berguguran
Kabut kabut akan tampak menyesaki
Tiap petak sawah kami
Sedang nasib terlanjur diikat
Diantara ruas tanah liat

Hingga disaat awan benar benar lelah merawat hujan
Doa kami tetap tunggal :
Turunkanlah hujan kemarau


Annuqayah, 2019



Biodata penulis: M. Syamilul Hikam. Santri Pondok Pesantren Annuqayah daerah Labangsa asal Gapura Barat. Belajar menulis puisi bersama Komunitas Menulis Pasra (Kompas). Karyanya pernah dimuat di koran Radar Madura, Galeri Pesantrian, Buletin Kompak, Buletin Inspirasi, Antologi bersama dalam acara kuratorium sastra nasional festival MASA, dll. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa Institut Sains dan Teknologi di Pondok Pesantren Annuqayah.

Doa Petani Tembakau dan Puisi Lainnya Karya M. Syamilul Hikam Doa Petani Tembakau dan Puisi Lainnya Karya M. Syamilul Hikam Reviewed by takanta on Juni 23, 2019 Rating: 5

Tidak ada komentar