Posisi Komunitas Muda Kreatif Situbondo dalam Revolusi Industri 4.0


Sejarah Revolusi Industri
Sejauh ini, kita telah mengalami revolusi industri selama 3 (tiga) kali. Revolusi industri pertama ditandai dengan ditemukannya mesin uap dan kereta api pada tahun 1750 s.d. 1930-an. Tenaga manusia sebagai pekerja digantikan oleh mesin-mesin yang bisa bergerak secara otomatis sehingga barang-barang dapat diproduksi secara massal. Munculnya mesin-mesin pada abad ke-18 telah mengubah kondisi perekonomian dunia dengan ditandai peningkatan pendapatan perkapita negara-negara di dunia karena setiap pekerjaan bisa berjalan efektif dan efisien.
Di Kabupaten Situbondo revolusi industri pertama ini dapat dilihat dari pembangunan 5 (lima) pabrik gula, yaitu De Maas (1896), Wringin Anom (1881), Olean (1846), Panji (1884), dan Asembagus (1891). Di waktu bersamaan juga dibuka akses jalur transportasi kereta api (1897 – 2004).
Revolusi industri kedua terjadi pada tahun 1870 s.d. 1900-an ditandai dengan ditemukannya listrik, alat komunikasi, dan minyak bumi. Produksi besi dan baja dalam industri manufaktur meningkat pesat, penggunaan mesin uap semakin meluas, dan mulai digunakan mesin telegraf yang kemudian berkembang menjadi mesin telepon. Pada era ini biaya produksi barang menjadi lebih murah dan komunikasi antarmanusia semakin mudah. Orang-orang di Situbondo akhirnya bisa menikmati aliran listrik dan komunikasi melalui sambungan telepon.
Kemudian, revolusi industri ketiga ditandai dengan penemuan komputer, internet, dan telepon genggam pada tahun 1960-an. Periode ini ditandai dengan pergeseran bisnis industri manufaktur menjadi bisnis digital. Pola dan relasi komunikasi di masyarakat berubah karena rentang jarak dan waktu bukanlah menjadi suatu persoalan lagi. Banyak masyarakat, termasuk di Situbondo, yang memanfaatkan komputer dengan internet untuk membantu pekerjaannya. Tidak hanya di kantor perusahaan atau instansi pemerintahan, di kalangan institusi pendidikan, pelajar dan mahasiswa juga sudah memanfaatkan teknologi tersebut dalam kegiatan belajar mengajarnya.
Lalu, bagaimana dengan revolusi indistri 4.0 atau yang keempat ini? Sedangkan isu yang berkembang, yang saya ketahui ialah akan hilang sekian pekerjaan karena digantikan oleh robot yang sudah dibekali kecerdasan buatan (artificial intelligence). Yang digadang-gadang dalam revolusi 4.0 ialah munculnya super komputer dengan big data dan cybersecurity, perdagangan berbasis e-commerce, rekayasa genetika, teknologi nano, mobil otomatis, dan inovasi-inovasi lainnya yang bersifat otomatis atau non-manusia.

Tantangan Revolusi Industri 4.0
Kerisauan atas adanya revolusi industri 4.0 ini salah satunya ialah fenomena disrupsi atau ketercerabutan dalam setiap sendi kehidupan manusia dari akarnya. Ambil contoh di bidang jasa transportasi dengan munculnya ojek daring yang berhadapan dengan ojek tradisional. Di bidang perdagangan, dengan munculnya e-commerce yang mengubah cara transaksi jual-beli. Fenomena politik penuh hoaks yang mengusung ideologi-ideologi tertentu. Munculnya gerakan-gerakan baru yang dimotori oleh ideologi-ideologi yang berkembang di dunia. Eksploitasi sumber daya alam sebagai penopang energi untuk kebutuhan persebaran teknologi dan informasi. Dan selain itu, persoalan sampah/limbah dari barang-barang teknologi ke depan akan semakin susah ditangani.
Dampak disrupsi dengan adanya revolusi 4.0 ialah ancaman pengangguran, pengusaan dan kerusakan sumber daya alam, hegemoni segala macam bisnis oleh pemilik modal, politik adu domba, ancaman keamanan siber, ancaman kepunahan ekologi, dan sebagainya.
Posisi Komunitas Muda Kreatif Situbondo
Adanya fenomena revolusi industri tentu saja akan berdampak pada komunitas muda kreatif Situbondo. Sebagaimana penjelasan di atas, tentang sejarah revolusi industri yang ternyata juga terjadi di Situbondo. Perkembangan teknologi tentu tak bisa ditolak kehadirannya. Bisa saja tanpa sadar, tanpa kita ketahui ternyata revolusi industri sudah berada dan terjadi di dekat kita.
Oleh karena itu, kita perlu membangun kesadaran bersama, lintas komunitas, lintas potensi kreatif, dan lintas pengetahuan. Antarkomunitas perlu bersinergi untuk saling bahu-membahu membangun dialog/diskusi bersama. Antarkomunitas perlu meningkatkan keterampilan/skill kreatifnya secara berkelanjutan. Selain itu, antarkomunitas juga perlu untuk meningkatkan pengetahuannya terhadap upaya-upaya kreatif yang sudah ditekuni saat ini.
Resolusi untuk Komunitas Muda Kreatif di Situbondo
Kita perlu mengangkat lagi nilai-nilai gotong royong dalam persatuan. Yang saya maksud dengan persatuan ini sebagaimana dalam filosofi sapu lidi. Sejauh ini, yang kita ketahui simbol persatuan ialah sapu lidi. Kalau satu lidi akan mudah dipatahkan dan kurang bisa dimanfaatkan, contohnya untuk menyapu. Tetapi kalau lidi-lidi diikat tali, disatukan, maka tidak akan mudah dipatahkan dan akan berguna untuk menyapu kotoran-kotoran. Jadi, yang terpenting ialah tali sebagai ikatan sebagai simbol persatuan dalam gotong-royong.
Namun, ada satu pendapat yang perlu saya utarakan dalam kesempatan ini. Bahwa persatuan dalam gotong-royong itu ternyata fokusnya ialah hanya pada satu pengikat/tali. Maka, fenomena yang muncul kemudian ialah diperlukan adanya sosok patron/teladan. Persoalannya ialah, patron atau teladan, sejauh ini, hanya dimaknai pada satu sosok kekuasaan/penguasa. Artinya, yang perlu diperhatikan/yang terpenting ialah siapa sosok penguasanya atau talinya, bukan lidi-lidinya. Akhirnya lidi-lidi itu dianggap tidak memiliki kuasa dan tentu saja akhirnya tidak terperhatikan. Padahal, sebenarnya, munculnya kekuatan dan kegunaan sapu itu, terletak pada lidi-lidi yang bersatu, bukan hanya tali pengikatnya.
Oleh karena itu, kita perlu menggeser sedikit pandangan kita untuk memperkuat individu-individu dalam suatu komunitas. Jadi, bukan hanya tali yang terpenting, tetapi lidi-lidi itu juga sangat penting.
Menurut saya, komunitas muda kreatif Situbondo telah banyak berkontribusi bagi geliat dan perkembangan pembangunan di Kabupaten Situbondo. Hanya yang perlu kita pikirkan saat ini ialah bagaimana di antara komunitas ini memiliki kesadaran bahwa satu komunitas hanyalah satu lidi, kurang berdaya dan belum cukup bermanfaat.
Alangkah baiknya kita bersatu dalam satu sinergi kreatif menjadi sapu dengan lidi-lidi yang terikat kuat. Saya kira sinergi kreatif ini penting dilakukan untuk membangun kesadaran bersama. Untuk saling menguatkan, mengapresiasi, meningkatkan kemandirian, dan keberdayaan masing-masing individu dalam komunitas-komunitas kreatif di Kabupaten Situbondo. Tujuannya ialah agar dengan dimulainya revolusi industri 4.0 ini kita memiliki kesiapan dan kemampuan untuk menghindari dampak buruknya. Tabik. []

Situbondo, 28 Agustus 2019

*)Marlutfi Yoandinas , pendiri Rumah Baca Damar Aksara Situbondo
Tulisan ini disampaikan dalam acara Talk Show Mata Inspirasi #2 bertajuk Buta Gaya Kaya Akan Karya: Bebas Berkarya, yang diselenggarakan oleh Dinas Kominfo dan Persandian Kabupaten Situbondo.


Pustaka Jurnal
Prasetyo, Banu dan Umi Trisyanti. (2018). Revolusi Industri 4.0 dan Tantangan Perubahan Sosial. Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Perubahan Sosial (Semateksos) 3 – Institut Teknologi Supuluh November. 1-6. http://www.iptek.its.ac.id/index.php/jps/article/view/ 4417/3156
Satya, Venti Eka. (2018). Strategi Indonesia Menghadapi Industri 4.0. Info Singkat: Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual dan Strategis – Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Vol. X. 19-24. https://bikinpabrik.id/wp-content/uploads/2019/01/Info-Singkat-X-9-I-P3DI-Mei 2018-249.pdf
Nursiyah dan Dewi Salindri. (2013). Pasang Surut Pabrik Gula De Maas di Desa Kalimas Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo Pada Tahun 1977 – 2000. Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Jember. 1-13. https:// repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/60785/Nursiyah.pdf?sequence=1

Pustaka Laman
http://etheses.uin-malang.ac.id/2450/8/08510055_Bab_4.pdf
http://muritas.blogspot.com/2008/11/sejarah-singkat-pt-telkomn.html
http://ptpn11.co.id/page/pabrik-gula
https://situsbudaya.id/sejarah-pabrik-gula-olean/
https://situsbudaya.id/sejarah-pabrtik-gula-panjdie/
https://id.wikipedia.org/wiki/Jalur_kereta_api_Kalisat%E2%80%93Panarukan
https://pixabay.com/id/photos/kota-panorama-smartphone-kontrol-3213676/ (gambar)
Posisi Komunitas Muda Kreatif Situbondo dalam Revolusi Industri 4.0 Posisi Komunitas Muda Kreatif Situbondo dalam Revolusi Industri 4.0 Reviewed by Redaksi on Agustus 28, 2019 Rating: 5

Tidak ada komentar