Merengkuh Bahagia di Bulan Maulid


Tidak terasa ya, Dik, bulan maulid telah tiba. Pasar buah mulai ramai sejak minggu kemarin. Dijejali ibu-ibu yang bejibun datang berbelanja buah untuk acara maulid. Ada yang membeli setandan pisang, sebungkus apel, salak sekilo, anggur setengah kilo (karena mahal hehe) dan buah-buahan lainnya laris manis diborong ibu-ibu.
Tapi namanya juga ibu-ibu, Dik. Proses tawar-menawar mereka sungguh di luar nalar dan bikin pusing bakul buah menyiasatinya. Tersenggol sedikit batas harga yang mereka pasang, maka ibu-ibu segera balik badan pura-pura tidak jadi beli. Aku yang memanfaatkan momen maulid ini untuk berjualan buah tentu bingung, Dik. Dilepas sayang, dibiarin jadinya gak laku. Cukup kamu saja yang ku lepas ke pelukan lelaki lain (bohooong), pelanggan ibu-ibu itu jangan. Hehe
Toko baju di dalam pasar juga mulai ramai sejak minggu ini, Dik. Ada bapak-bapak dan ibu-ibu yang berbondong-bondong membeli sarung dan baju koko untuk dipakai ke masjid di hari maulid. Berbahagialah para palapak baju di pasar Situbondo mendapati serbuan musiman dari ibu-ibu dan bapak-bapak ini, Dik.
Maulid adalah berkah, karena pada momen ini junjungan kita dilahirkan. Kadang aku sering ditanya, kenapa yang diperingati adalah hari kelahiran, bukan hari wafat seperti kebanyakan orang besar lain yang momen wafatnya dijadikan tanggal merah di penanggalan mereka.
Sekli lagi, maulid itu berkah, Dik. Berkah karena pada momen ini orang-orang bersuka cita, berbahagia saling berbagi. Lantas kamu kapan mau berbagi sebongkah perasaan menyambung rasa ku yang sudah tersirat bergitu terang ini?
Dik,  dari bulan maulid aku juga bisa tau banyak hal. Pertama adalah kebiasaan ibu-ibu yang sering memborong buah menjelang maulid, ya memborong buah muda menjelang maulid ketika harganya masih berada di harga standart. Lantas diokep agar matang dan layak dibawa ke acara maulidan.
Hal selanjutnya yang aku ketahui, Dik. Banyak orang yang terlahir setiap hari, banyak pula yang pergi mendahului kita setiap harinya. Di bulan maulid ini pun banyak sanak saudaraku yang diberi kebahagiaan dengan lengkapnya bahtera rumah tangga mereka dengan kehadiran buah hati kecil pucuk kasih sayang mereka.
Sedangkan aku? Mungkin lebih baik kau tanyakan jawabanmu atas ungkapan kasih sayangku dari semua tulisan yang pernah aku tuliskan untukmu. Ya. Untukmu!
Karena kebahagiaan mereka, bayi-bayi yang terlahir di bulan maulid ini biasa diberi nama Maulida jika perempuan dan diberi nama Maulidi jika laki-laki. Aku tau hal ini bukan karena aku melakukan penelitian, tapi karena aku memperhatikan namanu yang diawali dengan Maulida, kemudian dilanjutkan Rahmatul dan diakhiri dengan Ilmi. Sebuah nama indah yang diberikan kepada seorang wanita yang dilahirkan di bulan maulid. Berbeda denganku yang diberi nama seadanya karena dilahirkan di bulan takepe’.
Dik, hari ini hari maulid. Sejak semalam sudah banyak speaker masjid yang menyuarakan seruan untuk segera menuju masjid untuk menghadiri acara maulidan. Di alun-alun situbondo juga ada acara serupa yang dimulai dengan arak-arakan Ancak Agung.
Sejak semalam, terhitung sudah 2 masjid yang kudatangi untuk ikut acara maulidan dan saling bertukar buah dan penganan yang dibawa ke acara itu. Tapi dik, ada satu lagi masjid yang  akan aku datangi. Masjid yang letaknya ada di dekat rumahmu. Karena aku tau seorang wanita bukanlah hal lumrah mengikuti acara maulidan, maka aku hanya ingin bersua denganmu. Walau diwakilkan oleh buah yang dibawa oleh ayah atau adikmu ke acara maulid itu.
Dik, mari berbahagia. Ini bulan maulid. Bulan kelahiran junjungan kita semua yang beragama Islam. Hari dimana sang panutan sejati tersebut lahir dan diturunkan ke muka bumi sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Mari berbahagia. Mari, Dik.
-------------------------------------
*) penulis merupakan blogger. Suka memotret kenangan.

Merengkuh Bahagia di Bulan Maulid Merengkuh Bahagia di Bulan Maulid Reviewed by takanta on November 09, 2019 Rating: 5

Tidak ada komentar