Puisi Mored: Di Ujung Senja yang Abadi




Pengasih dan Penyayang

Manusia seperdetik seperti rintik hujan tanpa titik
Meramu hari dengan antologi dan persepsi sendiri-sendiri tentang masa kini
Berbekas dan tercatat atas segala hak yang ditindas dan semena-mena tanpa batas oleh pihak atas

Kita, kaum terpelajar harus menuntut diri untuk menjadi sosok penyelamat bagi kaum yang beradab
Mengerahkan segala hal tentang kemanusiaan tanpa paham kiri atau kanan
Tidak menindak setiap kaum layaknya iblis tanpa ampun

Kita, harus menuturkan apa artinya kebersamaan dan menjunjung tinggi nilai antar sesama
Meraih penghargaan tentang kebajikan dan tidak semena-mena pada keburukan
Merangkul yang buruk untuk dirubah bentuk
Bukan menjadi iblis yang terkutuk



Di Ujung Senja yang Abadi

Kini, waktu merentangkan detiknya
Melampiaskan segala hal kepada sang surya
Ia tampak gundah, gelisah, bercampur bahagia

Merindukanmu ? Mungkin adalah jalan yang ia tempuh
Melihatmu tertawa ? Mungkin itu yang ia suka
Memelukmu ? Mungkin itu cara ia memberimu kehangatan

Kini, ia menghentikan geraknya
Memberimu hadiah
Hadiah yang terukir indahnya
Terlukis warna jingga keunguan diatasnya
Melambangkan cinta yang teramat besarnya



Cinta yang Sederhana

Mencintaimu dengan sederhana,
adalah cara yang "sederhana" sendiri pun sulit mengucapkannya dengan sesederhana mungkin



Waktu yang Tak Berpenghuni

Detik pun berhenti saat menatapmu
Menorehkan rasa yang sulit terungkap oleh menit
Dan membuat linglung para pengamat jam

Waktu itu fana
Waktu itu tak berpemilik
Waktu itu hampa
Waktu itu aku

_________________
*) Alumni SMAN 1 Situbondo. Pegiat Sastra SMASA. Penyuka karya Puthut EA.


Puisi Mored: Di Ujung Senja yang Abadi Puisi Mored: Di Ujung Senja yang Abadi Reviewed by takanta on Mei 09, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar