Cerpen: Berhenti Bekerja





Halaman rumah kotor. Daun-daun kering berserakan. Sudah dua hari halaman tidak disapu. Lastri yang biasa menyapu, kini pulang kampung. Hal yang biasa terjadi, jika pembantu tidak ada, keadaan rumah menjadi tak terawat. Jika sudah begitu, para majikan seolah baru menyadari, peran pembantu sangat besar. Jangankan halaman, segala ritme seisi rumah akan terganggu jika pembantu sedang pergi.

Berbeda dengan Nilam, sejak dia memakai pembantu, dari awal dia menyadari kondisi yang demikian. Meskipun dia wanita berkarier, namun tidak ingin meninggalkan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Dia tidak mau tergantung pada pembantu. Prinsipnya, peran pembantu cukup hanya membantu, bukan menempatkan pembantu sebagai yang utama.

Nilam selalu trengginas menyelesaikan semua pekerjaan rumah jika pembantunya sedang tidak ada. Seperti halnya yang telah dilakukan pagi ini. Ricecooker telah bekerja menanak nasi, kompor telah menyala untuk membuat sayur dan lauk. Sebentar lagi mencuci baju, menyapu dan mengepel lantai, kecuali menyapu halaman, karena baginya menyapu halaman bisa ditunda dalam beberapa hari. Tapi, apakah dia melupakan sesuatu? Hari ini dia bisa mengerjakan pekerjaan itu karena libur. Apakah besok dia juga bisa begitu? Tentu saja bisa jika dia ambil cuti. Entahlah, apa yang dipikirkan. Mungkin dia sudah punya rencana.

Hujan sejak sore belum reda. Suami Nilam baru nonton tivi. Sementara Nilam, setelah kedua anaknya tidur, dia melepas lelah, duduk santai di teras rumah. Tampak nyaman, terlihat dari cara duduknya. Menikmati suasana. Tempias hujan yang sampai ke tubuhnya semakin membuatnya keenakan. Cukup lama pandangan Nilam menerawang jauh ke depan.

“Ada apa, Sayang?”  tanya suaminya yang menyusul di teras.

“Ya ampun, Mas. Kaget aku,” sahut Nilam.

Suaminya tertawa. "Sepertinya ada yang kamu pikirkan?"

“Ndak pa pa kok, Mas,” sahut Nilam.

“Benar, tidak ada apa-apa?” tanyanya lagi.

“Iya. Ndak ada apa-apa.”

Benar, kamu tidak mikir apa-apa?” suaminya penasaran.

“Hmm.”

“Ada apa?” suaminya bertanya lagi.

“Aku ingin berhenti kerja, Mas,” jawab Nilam.

“Lho, ada apa?” suaminya terkejut.

“Aku ingin fokus melayani keluarga, Mas.”

“Ada masalah di kantor?”

“Tidak, Mas.”

Sekarang sudah sebulan sejak Nilam berhenti kerja. Berarti telah sebulan juga Nilam berada di rumah. Namun entah kenapa, selama ini Nilam justru tidak mengerjakan tugas-tugasnya sebagai ibu rumah tangga dengan baikDia lebih banyak tidur. Segala pekerjaan rumah diserahkan pada pembantu. Dia menempatkan dirinya seperti seorang atasan yang otoriter.

Apa yang dulu jadi prinsipnya, kini sudah tidak berlaku, justru pada saat dia tidak bekerja. Semakin hari sikapnya justru semakin tidak bertanggung jawab. Selain sering tidur, dia suka menyendiri. Merenungi sesuatu.

Perubahan sikap Nilam itu dianggap sesuatu yang aneh oleh suaminya, dan menganggap ada yang tidak beres pada diri Nilam. Di senja yang gerimis, suaminya mengajak Nilam untuk berbincang.

“Ada apa, sayang?”  tanya suaminya, yang tiba-tiba telah berada di sampingnya.

“Ya ampun, Mas. Kaget aku,” sahut Nilam.

Suaminya tertawa. "Sepertinya ada yang kamu pikirkan?"

“Ndak pa pa kok, Mas,” sahut Nilam.

“Benar, tidak ada apa-apa?” tanyanya lagi.

“Iya. Ndak ada apa-apa.”

Benar, kamu tidak mikir apa-apa?” suaminya penasaran.

“Hmm.”

“Ada apa?” suaminya bertanya lagi.

“Aku ingin kerja lagi, Mas,” jawab Nilam.

“Lho, ada apa?” suaminya terkejut.

“Aku tidak tahu, Mas. Aku hanya ingin kerja lagi.”

“Apa di rumah ada masalah?”

“Tidak, Mas.”

Sepekan kemudian Nilam telah bekerja lagi. Tapi baru tiga hari bekerja, tanpa proses peringatan, Nilam diberhentikan oleh instansi di mana dia bekerja. Alasan pemecatan itu karena selama di kantor, Nilam tidak menjalankan tugas-tugasnya. Waktunya lebih banyak dihabiskan dengan melamun. Sepekan setelah pemecatan, Nilam ditemukan mati gantung diri di rumahnya. Dia meninggalkan surat untuk suaminya. Surat yang singkat, terbacaMas, aku ingin berhenti bekerja.  (*)



 

Yuditeha. Pegiat Komunitas Kamar Kata Karanganyar. Telah menerbitkan 16 buku. Buku terbarunya Sejarah Nyeri (Kumcer, Marjin Kiri, 2020).


Cerpen: Berhenti Bekerja Cerpen: Berhenti Bekerja Reviewed by takanta on Januari 17, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar