Kemarau Tiba, Hati-Hati Kekeringan

freepik


Oleh: Fendy Sa’is Nayogi

Dari pendekatan apapun, kemarau telah menampakkan realitasnya. Kekeringan mulai tampak dimana-mana tak menutup kemungkinan juga menutupi sebagian akal sehat masyarakat di Indonesia, sedikit yang sadar bahwa banyak tetangga kering haus kerongkongannya. Seperti biasanya, bahwa ancaman kemarau hanya sampai di media-media konvensional dan modern. Padahal, jika disebutkan dampak kekeringan yang akan tiba ini menjanjikan banyak sekali issue, minimal issue gagal panen petani akibat kekeringan. 

Bagaimana kah kemarau di Jakarta? Ya, issue banjir bukanlah lagi jadi objek cemohan kegagalan dan alat politik kebencian untuk menurunkan nilai. Seperti halnya pancaroba atau berubahnya musim penghujan menuju kemarau akan juga berpengaruh terhadap perubahan penilaian untuk kepentingan masing-masing individu maupun kelompok.Tentunya perlu kita hindari ini biarlah kekeringan di beberapa daerah menjadi perhatian khusus dari instansi terkait, untuk kekeringan atas akal kita, ini kita yang urus. Jangan sampai akal sehat kita menurun akibat pancaroba ini, kita perlu pastikan; bahwa sudut pandang kita terhadap apapun tanpa dipengaruhi oleh pandangan-pandangan kosong tanpa isi.

Awal Tahun menjauh tiba, seperti sepasang yang mulai bosan dengan asmaranya, apa-apa yang di depan masih menjadi rahasia dan manusia penuh dengan keabsurdan dalam kegamangan realitasnya. Kemarin adalah cermin dan menjadi sebab apa-apa yang akan terjadi di depan (merujuk kausalitas). Entah di Bulan, Tahun kapanpun masalah pasti ada (sunnahtullah). Ibarat soal ujian, mungkin hanya angkanya yang berbeda namun rumusnya sama, bijak-bijak kita mau menyikapi dengan cara apa. 

Juni 2021 bukan hanya pertengahan Tahun saja, tetapi pertengahan masa periode masa bakti Presiden. Jadi, bukan hanya awal Tahun yang menjauh tetapi juga berita-berita atau issue-issue negatif dari beberapa tokoh akan pergi tergusur diganti dengan opini yang membangun (citra) nilai positif. Dan banyak dari kita akan bertarung nantinya, Seolah-olah kita lupa, bahwa rasa kecewa, kesal dan lain-lainnya pernah kita dapati. Seperti hal nya sepasang kekasih, berawal dari benci menjadi cinta pun banyak terjadi. Meskipun selebihnya, putus ditengah jalan harus menjadi pilihan. Alasan putus ditengah jalan pun beragam: dari pihak ketiga, ekonomi atau pun hanya sekedar rasa bosan. Lagi-lagi membahas musim kemarau ini bisa melalui pendekatan apapun.  

Kekeringan semacam ini perlu kita hindari, beberapa cara untuk mengatasi hal tersebut dengan cara perlu kita membuat sumur-sumur resapan ketika musim hujan tiba, agar air kembali masuk kedalam tanah (sunnatulah) Ataupun, kita menanam pohon yang memiliki fungsi sebagai penahan air agar tercipta banyak lagi sumber-sumber air di daerah. Sehingga, kehausan kerongkongan kita nantinya tidak tercekik dan mau melakukan apa saja asal ada duit. 

Karena manusia telah utuh secara fisik, maka yang dipaksa akan berubah mengikuti Tahun adalah pola pikirnya. Bentuk fisik manusia telah paripurna tetapi tidak dengan isi kepalanya. Jika dikaitkan dengan teori Survival of the fittest maka Variasi yang tidak berguna atau merugikan tidak terpengaruh oleh seleksi alam dan tetap menjadi elemen yang berfluktuasi (Charles Darwin). Cara-cara propaganda; isu-isu; konspirasi; dll dengan tujuan toxid, baik langsung maupun tidak dengan pola yang sama maka akan ditolak dengan manusia yang mengatur pikirannya sendiri (resisten). Baik sebagai subjek ataupun objek manusia selalu di uji resistensinya. Tetap hati-hati!

Kemarau Tiba, Hati-Hati Kekeringan    Kemarau Tiba, Hati-Hati Kekeringan Reviewed by Redaksi on Juni 10, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar