Bulan: Juli 2017

  • Sundari Keranjingan Puisi dan Cerita-cerita Lainnya: Santai, Namun Serius Berkelakar

    Oleh : Yudik Wergiayanto Tokoh-tokoh rekaan Gunawa Tri Atmodjo dalam kumpulan cerita ini adalah mereka yang berkubang dalam kesialan hidup lalu menyiasatinya dengan cara yang tidak biasa. Penyiasata unik merekka terhadap dunia yang bedebah ini sekilas akan terbaca sebagai kekonyolan , tapi sesungguhnya adalah sikap dan tindakan yang serius. Sundari Keranjingan Puisi adalah kumpulan cerita…

    selengkapnya…

  • Lelaki di Tepian Pantai yang Memandang Gunung

    Oleh : Yudik Wergiyanto N. Satu per satu warung-warung mulai tumbuh berjejeran di sepanjang jalan. Rumah-rumah penginapan juga perlahan berdiri dan mengambil lahan sembarangan. Semakin tampak sesak suasana pantai itu. Pohon-pohon jadi enggan tumbuh. Perlahan keadaannya berubah dan berangsur menyedihkan. Tetapi tidak bagi seorang lelaki yang duduk di atas batu karang. Baginya, tak ada yang…

    selengkapnya…

  • Memeluk Bayangmu di 1250 MDPL

    Oleh : Ipul Lestari Aku, Ruby dan Rufin. Kami bermaksud mendaki salah satu gunung yang berada di Situbondo, namanya Gunung Ringgit atau Putri tidur Situbondo. Mungkin kalian bertanya, mengapa disebut putri tidur? Karena, kalau dilihat dari sisi timur dan barat Situbondo, akan terlihat seperti seorang putri cantik sedang tidur menghadap ke langit. Dengan rambut terurai…

    selengkapnya…

  • Sajak Orang Gila

    Oleh : Uwan Urwan Mereka adalah sekumpulan tabuhan dinding. Kelinting… Kelontong… Kelenteng…. Bunyinya berganti setiap detik. Ada yang berdangdut, berdansa, cuci kepala, sampai memotong leher sendiri. Mereka tetap anak-anak dalam wujud bohay dan gembrot. Mungkin mereka selalu hidangkan anjing mati dalam kudapan siang. Beramai-ramai ada kuda, cacing, lintah, kucing, ular, buaya, kadal, monyet, hingga kekasih…

    selengkapnya…

  • Para Bajingan Yang Menyenangkan: Benar-benar Bajingan!

    Oleh : Yudik Wergianto Pertama kali saya membaca tulisan Puthut EA yaitu di buku kumpulan cerpen pilihan Kompas. Judul cerpennya “Ibu Pergi ke Laut”. Saya menyukai cerpen itu. Sejak saat itu pula saya tertarik untuk membaca tulisan-tulisan Puthut yang lain. Lalu, saya pun berkesempatan membaca buku-bukunya yakni Kupu-kupu Bersayap Gelap, Sebuah Usaha Menulis Surat Cinta,…

    selengkapnya…

  • Sebuah Usaha Menulis Surat Lamaran

    Oleh : Ahmad Zaidi Kepada Dik Raras yang kecantikanmu membuat lelaki jadi tidak waras. Apa kabar kamu, dik? Semuanya berawal dari status di fesbuk yang kamu unggah belum lama ini. Status yang menyebut-nyebut kata lamaran. La-ma-ran. L-a-m-a-r-a-n. Lamaran. Aku belum tahu bagaimana status itu. Aku hanya tahu, setelah membaca statusmu salah seorang temanku tampak sumringah.…

    selengkapnya…

  • Wahyu Agus Barata dan Ipul Lestari ; Senior Kesepian

    Oleh : Moh. Imron Saya mempunyai dua sahabat.  Di tahun 2017 ini, keduanya mendapat anugrah  atau semacam titel dari saya pribadi: Senior Kesepian. Indikator penialaian utama dari saya tentunya soal asmara. Yang pertama sering dipanggil Wahyu Agus Barata, sedang berikutnya sering dipanggil Ipul Lestari. Persamaan kedua sahabat saya; merupakan pengurus Backpacker Situbondo yang berdiri pada…

    selengkapnya…

  • Damar Aksara; Puing-Puing Asmara

    Hari itu dua tahun yang lalu. Keluarga keduaku. Rumah ketigaku. Saudara-saudara terbaikku. Kampung Langai, Rumah Baca Damar Aksara beserta isi dan kenangannya. Aku benar-benar merindukannya. Dapur favorit untukku memasak. Dapur sederhana beralaskan tanah. Di sebelahnya adalah sebuah gudang. Sebenarnya ia masih satu ruangan. Hanya di sisi lain dari barangan dapur itu adalah perkakas yang sudah…

    selengkapnya…

  • Kepada Yth. Bapak Bupati

    Oleh : Ahmad Zaidi Tubuh dekil itu terburu-buru menyusuri trotoar. Songkok nasional di kepalanya terbang dihempas angin. Tangannya menggapai-gapai, mencoba meraih, agar penutup kepalanya tak jatuh ke aspal kemudian dilindas ban kendaraan yang lalu-lalang. Tubuh kumal itu kembali berjalan, kali ini lebih cepat, lalu hilang ditelan gedung besar di tengah kota. Siapa pun bisa membaca tulisan besar di halamannya yang…

    selengkapnya…

  • Eeufemisme: Antara Maling dan yang Kurang Maling

    Oleh Marlutfi Yoandinas Eufemisme atau penghalusan kata menjadi hal lazim ketika kata telah dikategorikan dalam strata maksud. Seperti halnya ketaklaziman kita untuk menyebut koruptor sebagai maling atau perampok atau begal. Padahal kalau dicermati kata tersebut sama-sama berarti perilaku mengambil yang bukan haknya. Namun, apa daya, kita telah dijebak untuk selalu menggunakan kata-kata manis dibanding kata-kata…

    selengkapnya…