Bulan: Maret 2023

  • Puisi-puisi Safari Maulidi: Pasar Malam yang Hilang

      Pasar Malam Yang Hilang   Aku tak akan lagi mengirimimu pesan pagi ini Sebab sudah terlalu gelap awan di langit   Mungkin dengan ini Burung depan rumahmu akan tenang Sebab tukang koran yang biasa hinggap hilang   Bunga di tamanmu sekarang telah lebih riang Ketika mentari menjalar di pagi hari Sebab selang yang biasa…

    selengkapnya…

  • Cerpen: Kunang-kunang di Atas Perahu

    Oleh: Rahman –Teruntuk Kawanku– “Adin, bangun nak! Sudah subuh,” suara halus Ibunya membangunkan Adin yang sedang terlelap dalam mimpi Indah. Dalam mimpinya, Ia sedang berlayar menelusuri lautan ganas penuh dengan ombak besar dengan begitu gagah. Tidak jauh berbeda dengan Columbus sang pelaut terkenal, mirip seperti Luffy sang bajak laut bertopi jerami. Sedikit malas, Adin perlahan…

    selengkapnya…

  • Ramadan: Korban Keisengan Saat Tidur di Langgar

      Oleh: Rusdi Mathari Hampir setiap akhir pekan, kami selalu tidur bersama di langgar kakek. Kami akan mulai berkumpul di langgar sekitar sejam selepas tadarusan dengan membawa sarung. Itu adalah waktu yang selalu kami tunggu-tunggu setiap Ramadan, menjadi sebuah kegembiraan tersendiri karena sebelum tidur, ada-ada saja yang kami lakukan. Ada yang main gaple dengan hukuman…

    selengkapnya…

  • Tarawih: Pakai Sarung tanpa Celana Dalam

      Setiap kali Ramadan, saya sering terkenang saat-saat bersalat tarawih di langgar (musala di kampung halaman bersama teman-teman sewaktu kami masih anak-anak. Ada dua langgar di kampung kami. Satu langgar didirikan Haji Rivai (kami memanggilnya Ji Ripai) dan satu langgar yang didirikan kakek. Oleh: Rusdi Mathari Langgar Ji Ripai yang terletak di barat kampung di…

    selengkapnya…

  • Analisis dan Lirik Lagu Kala Benyak: Waktu yang Tepat untuk Bersedih

    Pertama kali mendengar lagu ini pada acara pernikahan (parlo) di desa saya di akhir tahun 2022. Waktu itu, saya tidak tahu judulnya. Saya juga tidak fokus menikmati lagu karena sedang bertugas sebagai juru tulis keter. Tapi saya tahu bahwa lagu tersebut merupakan lagu adaptasi dari lagu India, Hum To Dil Se Haare, ost film Josh…

    selengkapnya…

  • Suka Duka Menjadi Anak Pejabat

    freepik Oleh: Hafizh Rafizal Adnan Kasus penganiayaan oleh anak pejabat kantor pajak belakangan ini sangat menghebohkan. Tidak hanya tentang betapa sadis penganiayaan yang dilakukan, tapi juga sudah merembet ke sumber kekayaan pejabat yang fantastis dan cenderung kurang wajar. Tak heran, para netizen mulai berpikiran dan menggeneralisasi bahwa semua anak pejabat memang tidak ada yang berkelakuan…

    selengkapnya…

  • Resensi: Cinta, Ritual dan Balas Dendam

    Oleh: Indarka P.P. Pernahkah kita terbangun dari mimpi yang mengerikan? Dikejar sekawanan pasukan, berperang, bahkan bercinta. Secara mengejutkan, Menukam Tambo menawarkan pembacaan ke semesta antah-berantah, ganjil, juga mistik. Alurnya yang melompat-lompat sempat membuat kepala saya diserang pusing. Terus terang, demi mencari pada fragmen mana kisah ini berpangkal, saya harus membacanya sebanyak empat kali, sembari menyusun…

    selengkapnya…

  • Puisi-puisi Ilham Wiji Pradana: Rumah Pak RT

      RUMAH PAK RT   1// Dekat pohon-pohon bambu Angin melamban pelan menyusuri gang-gang rumah. Dekat pohon bambu itu Rumah Pak RT berdiri sederhana. 2// Suatu ketika, rumah Pak RT dikerumuni warga. Warga yang datang penuh persoalan. Persoalan perselingkuhan, persoalan surat cerai sekaligus persoalan hak waris. 3// Di rumah Pak RT Ada satu yang hanya…

    selengkapnya…

  • Cerpen: Di Langit, Sore Masih Jingga

    Oleh: Aldi Rijansah Putra Semua hal di sekelilingnya berantakan, tercerai-berai, dan berbau kematian. Bus terbalik dan terbakar. Mayat-mayat penumpang yang tergeletak, serta banjir darah merah gelap. Hal pertama yang dia lihat ketika membuka mata adalah langit sore yang jingga, dengan kepulan asap hitam yang membumbung tinggi ke cakrawala. Samar-samar dia juga mencium aroma daging hangus.…

    selengkapnya…

  • Cerpen Mored: Secangkir Kopi

      Oleh: Nurmumtaz Sekar Ramadhan Pertama kalinya, kau meminta dibuatkan kopi. AKu bilang, kalau aku tak mau membuat kopi selain untukku sendiri, meski sebenarnya aku tak ingin jika orang lain meminum kopi buatanku. “Memangnya kenapa? Kenapa tidak mau membuat kopi untuk orang lain?” Kau bertanya penuh penasaran. Sementara aku diam tak menjawab tanpa memberi alasan.…

    selengkapnya…