Resensi: The Murder At Shijinso

 


Oleh: Putri Oktaviani

BLURB

Hamura Yuzuru, seorang mahasiswa tahun pertama, terpaksa ikut sebuah acara menginap di Vila Shijinso bersama senior penggemar misteri.

Akan tetapi, pada hari pertama, mereka segera berhadapan dengan zombie-zombie yang tiba-tiba menyerang dan mengurung mereka di dalam vila. Tidak selesai dengan itu, salah satu anggota terbunuh dengan kondisi yang begitu mengerikan, dan itu baru sebuah awal dari malam-malam panjang pembunuhan berantai….

Novel bergenre thriller dengan memadukan tema pembunuhan dan zombie ini mendapatkan berbagai macam penghargaan. Salah satunya adalah This Mystery is Excellent Award pada tahun 2018. Hamura, mahasiswa tahun pertama, sebagai tokoh utama sekaligus pencerita, berniat bergabung dalam Klub Peneliti Misteri. Namun, Hamura kecewa karena para anggota klub tersebut bahkan tidak mengerti tentang cerita-cerita misteri. Kemudian datang tokoh kedua bernama Akechi, yang sangat mengerti dan antusias terhadap kasus-kasus misteri yang berada di sekitarnya. Akechi memperkenalkan dirinya sebagai Ketua dari Klub Pencinta Misteri. Tentu Hamura bingung dengan perbedaan kedua klub tersebut. Tetapi, karena Hamura melihat Akechi lebih paham soal cerita-cerita misteri, dia memilih gabung ke dalam klub Akechi ketika keduanya bertemu di kantin. Akechi yang merupakan senior Hamura yang berada di tingkat tiga, sangat ingin ikut dalam kegiatan klub lain yang mengadakan acara di vila. Akechi sampai memohon-mohon pada ketua klub tersebut untuk bisa ikut bersama satu-satunya anggota yang dimilikinya yakni Hamura. Tetapi setelah beberapa kali percobaan, Akechi tetap ditolak.

Sampai akhirnya, detektif perempuan yang sering memecahkan banyak kasus di Universitasnya bernama Kenzaki Hiruko, menawarkan keduanya ikut ke dalam acara di vila tersebut. Hiruko melihat dua orang tersebut begitu antusias dan paham soal misteri-misteri. Hiruko sendiri memiliki niat khusus mengajak mereka, yakni membuat salah satunya menjadi rekan detektifnya. Sesampainya Hamura, Akechi, Hiruko dan beberapa orang lain dari berbagai tingkat dan fakultas di vila, mereka semua langsung menyusun acara termasuk bermacam permainan. Dan ketika permainan dimulai, zombie-zombie mulai berdatangan dan menyerang mereka dari bukit gunung pada malam hari. Hingga beberapa orang terjebak di dalam vila Shinjinso. Akechi menjadi salah satu korban zombie ketika hendak memasuki pelataran vila. Sementara mereka yang selamat dari kejaran para zombie mulai membuat barikade pertahanan di lantai dua hingga tiga. Berbagai peralatan bekas peninggalan vila terbengkalai menjadi senjata utama mereka menghabisi para zombie yang perlahan mulai menjelajahi lantai tiga. Tetapi, salah satu dari orang yang selamat di vila tersebut terbunuh dengan cara yang naas. Membuat para peserta berpikir keras, siapa yang melakukan pembunuhan kejam tersebut. Selain desakan para zombie, para peserta tersisa ditakutkan dengan adanya pembunuh yang berada di antara mereka.


Kelebihan

Menggunakan sudut pandang orang pertama (Hamura) merupakan hal yang tepat untuk cerita thriller. Penulis mampu membuat pembaca penasaran, menduga-duga, dan lanjut baca sampai akhir untuk mengetahui siapa pembunuh yang hadir di antara mereka yang tersisa. Rangkaian kata dan diksi yang tepat menjadi poin utama dalam cerita, sehingga pembaca serasa ingin cepat-cepat selesai menamatkan bukunya. Setiap kalimat yang ditulis tidak terlalu berat dan mudah dicerna bagi pembaca thriller pemula. Tidak lebih berat dengan bacaan cerita thriller dan misteri lain seperti Sherlock Holmes.

Cerita zombie yang dipadukan dengan pembunuhan berantai menjadi sesuatu yang unik dan menarik. Selain penulis berhasil menciptakan ketegangan akan serangan dan kejaran para zombie, penulis juga berhasil membuat pembaca berpikir cukup keras siapa pembunuh yang tengah berpura-pura di antara mereka yang tersisa di vila Shinjinso. Setiap malam setelah pembunuhan pertama adalah malam-malam mencekam. Suasana cerita menjadi semakin kacau di setiap bab berikutnya. Juga, penuturan setiap tokoh menjelaskan alasan kenapa mereka bukanlah pembunuhnya.

 

KEKURANGAN

Sebagai pembaca thriller pemula, tokoh-tokoh yang banyak dan nama yang sedikit asing, membuat kesulitan level ringan. Tetapi penulis seolah paham dengan kebutuhan para pembacanya yang tidak terlalu mengenal dan hapal dengan para tokohnya, penulis membuat daftar penokohan termasuk tingkat semester, asal fakultas, dan asal klub mereka. Sehingga pembaca selalu membolak-balik ke halaman awal sepanjang membaca buku. Selain itu, latar tempat yang membingungkan pembaca juga berhasil ditutup oleh penulis dengan memunculkan denah lokasi yang memang ternyata cukup rumit. Banyak kamar, juga lantai yang menjadi tempat para peserta tinggal. Juga membuat pembaca mengimajinasikan apa yang terjadi pada tokoh-tokoh di tempat tersebut.

 

INFO BUKU

Judul                 : The Murder At Shijinso

Penulis              : Imamura Masahiro

Penerjemah    : Faira Ammadea

Penerbit            : Penerbit Haru

Tahun                : Cetakan pertama Oktober 2019, cetakan kedua Februari 2020

Tebal                  : 412 halaman

ISBN                   : 978 -623-7351-18-4

 

TENTANG PENULIS

Putri Oktaviani lahir di Tangerang Tahun 2000. Penggemar cerita horor ini senang menulis novel dan cerpen. Tulisannya dimuat di sejumlah media daring dan cetak. Cerpen "Setelah Ledakan" berhasil juara 1 Lomba Cerpen Lokamedia. Selain menulis, ia gemar membaca fiksi thriller dan misteri.

Resensi: The Murder At Shijinso Resensi: The Murder At Shijinso Reviewed by takanta on September 04, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar