Islam Aboge Onje Purbalingga Menurut Perspektif Sosiologi Agama Dasar

freepik


Oleh: Elsa Wilda*

Agama merupakan suatu kepercayaan/keyakinan yang di dalamnya terdapat sistem peribadatan serta memiliki penganut dan doktrin tertentu. Setiap agama memiliki ritual keagamaan yang berbeda-beda, dan banyak doktrin-doktrin yang menyelimuti. Manusia pada hakekatnya memiliki fitrah yaitu untuk meyakini atau mempercayai suatu agama untuk dianut sebagai pedoman hidup. Seseorang yang beragama memiliki sikap dan perilaku masing-masing terhadap agamanya, namun agama juga sangat mempengaruhi kehidupan seseorang baik dalam mengatur sikap maupun perilaku. Kedua hal tersebut membuktikan bahwa agama dan manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Fungsi agama bagi individu yaitu sebagai identitas diri, bimbingan dan pedoman untuk menjalani hidup di dunia. Sedangkan fungsi agama dalam bermasyarakat yaitu untuk mengatur norma dalam masyarakat sehingga meminimalisir adanya tindakan sosial yang tidak baik. Agama sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari, karena setiap agama memiliki aturan yang baik. Masyarakat dapat berpegang pada norma yang diajarkan oleh agama, sehingga  kehidupan tertata dengan baik.

Di Indonesia memiliki beragam agama yang dianut oleh masyarakat, mayoritasnya yaitu agama Islam. Agama Islam berpegang teguh pada teks suci Al-Qur’an dan Hadist, Islam Jawa merupakan sosio-kultural karena jawa terkenal dengan berbagai budaya-budaya yang sangat melekat, baik dari segi Bahasa, kebiasaan, tradisi, dan lain sebagainya yang berbeda dengan daerah lainya. Islam di Jawa dibawa oleh para wali untuk disebarkan kepada masyarakat di Jawa. Menggunakan banyak metode yaitu perdagangan, dakwah, pernikahan dan lain sebagainya, yang khas dalam penyebaran Islam di Jawa yaitu menggunakan tembang-tembang islami Jawa yang diciptakan oleh para wali, dengan tujuan masyarakat agar lebih tertarik karena belajar agama islam dengan menggunakan tembang, untuk medianya para wali menggunakan wayang kulit maupun alat musik tradisional Jawa. Metode ini menghasilkan perkembangan pesat bagi penyebaran islam di Jawa. Islam merupakan agama resmi yang disahkan oleh pemerintah, sedangkan kepercayaan kejawen merupakan agama pribumi yang tidak diakui oleh pemerintah namun diyakini oleh masyarakat pribumi.

Budaya merupakan kebiasaan yang memiliki arti budi pekerti yang sudah ada dari zaman nenek moyang hingga sekarang. Kebudayaan di Indonesia beragam, hampir disetiap daerah memiliki budaya yang berbeda. Seperti kebudayaan Jawa yang terkenal dengan istilah “kejawen”, kejawen sudah turun-temurun dilakukan oleh nenek moyang karena dipercaya dapat menjadikan diri menjadi lebih dekat dengan yang Maha Kuasa. Budaya tidak dapat diubah maupun dimusnahkan, karena budaya merupakan peninggalan nenek moyang patut untuk dilestarikan. Budaya juga menjadi objek utama Indonesia yang dilihat atau dikenal oleh negara asing, banyak wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia untuk melihat bahkan meneliti kebudayaan-kebudayaan yang ada diberbagai daerah.

Suatu kebudayaan atau tradisi tertentu seringkali menjadi konflik agama, hal itu terjadi akibat tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Meskipun dengan tujuan agar lebih mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa, namun caranya yang berbeda tidak seperti yang diajarkan oleh agama Islam. Hal ini masih menjadi perdebatan oleh khalayak umum, budaya dan islam merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Di Purbalingga terdapat tradisi atau kebudayaan di daerah Onje, Kecamatan Mrebet. Yang sering dikenal dengan Islam Aboge, percampuran tradisi Jawa dan Islam aboge menjadikan Akulturasi yang baik. Menjadi unik, karena jamaah aboge melaksanakan ajaran-ajaran Islam tanpa meninggalkan peninggalan para leluhur. Akulturasi aboge ini merupakan perpaduan antara Jawa dengan menggunakan ajaran-ajaran Islam, dalam praktik-praktik kebudayaan masyarakat aboge menggunakan ajaran Islam. Ritual keagamaan masyarakat aboge juga menggunakan kepercayaan peninggalan para leluhur.

Jamaah aboge merupakan masyarakat yang menggunakan kalender aboge dalam bulan Qomariyah untuk perhitungan awal  bulan Islam, satu periode membutuhkan waktu satu windu. Hal ini cukup menarik dalam Islam Onje, karena kalender aboge ini sudah ada sejak Sunan Kalijaga dipakai hingga zaman sekarang. Biasanya, masyarakat onje melaksanakan ibadah puasa dan hari raya berbeda dengan masyarakat pada umumnya, karena menggunakan perhitungan kalender aboge yang berbeda dengan kalender masehi umum.

Adapun salah satu ritual yang dilaksakan oleh masyarakat desa Onje Kecamatan Mrebet Purbalingga yaitu mandi 3 tempuran, hal tersebut dilakukan pada saat nyadran atau pada malam tujuh belas bulan Ramadan. Masyarakat menyuguhkan tumpeng besar untuk dimakan bersama pada malam hari, namun sebelum itu masyarakat harus melaksanakan ritual mandi 3 tempuran. 3 tempuran yang dimaksud yaitu 3 sungai (sungai Tlahab, Sungai Paku dan Sungai Pingen). Tata cara mandi 3 tempuran yaitu dengan berwudu terlebih dahulu lalu mengucapkan niat diikuti dengan mandi. Fungsi dari ritual ini yaitu untuk mensucikan diri baik secara jasmani maupun rohani sebagai wujud untuk mendekatkan diri dengan Tuhan serta diselamatkan urusan dunia maupun akhirat. Ritual ini dimaksudkan agar segala hal yang diinginkan dan diharapkan dapat dikabulkan oleh Tuhan, dalam mandi 3 tempuran dilakukan 5 kali menyelam. Yang pertama yaitu menghadap kiblat lalu menyelam, yang kedua yaitu menghadap utara lalu menyelam, yang ketiga yaitu menghadap selatan lalu menyelam, yang keempat yaitu menghadap ke timur lalu menyelam, dan yang terakhir yaitu kembali menghadap kiblat lalu menyelam.

Ritual lain yang dilakukan oleh jamaah aboge di Onje yaitu pada saat suranan atau pergantian tahun baru Islam,  biasanya melakukan salat 2 rokaat di Masjid Onje. Kemudian, pertunjukan wayang yang diyakini sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah swt. Yang telah memberikan rezeki yang berlimpah di tahun sebelumnya. 

Kebudayaan atau tradisi di desa Onje Kecamatan Mrebet Purbalingga tersebut menurut perspektif sosiologi fungsional yang dicetuskan oleh Emile Durkheim yaitu perpaduan antara agama Islam dan tradisi Jawa, memiliki fungsi untuk wujud rasa syukur umat manusia kepada sang maha kuasa, untuk sepanjang tahun yang dilajani dan tahun yang baru. Sebagai media untuk mensucikan diri baik jasmani maupun rohani, perwujudan rasa syukur melalui tradisi ini tidak dapat dikatakan salah karena doa-doa dan tujuanya menggunakan ajaran islam, kebudayaan tidak dapat dihapuskan, namun hal tersebut dapat dipadukan budaya dengan agama. Sehingga tiangnya berpacu pada agama, walaupun dalam agama islam tidak diajarkan tradisi-tradisi seperti itu. Namun, kembali kepada diri bagaimana memandang tradisi itu. Orang menggunakan tradisi itu untuk wujud rasa syukur dengan cara yang berbeda sesuai dengan keberadaanya di jawa, atau menggunakan tradisi tersebut untuk menyembah selain Tuhan. Memposisikan diri sebagai masyarakat yang menghormati tradisi serta menjadi umat Tuhan yang taat untuk menjalankan kewajiban sebagai penganut agama Islam. Manfaat untuk masyarakat yaitu dapat menikmati makanan secara gratis setelah berdoa dan menjadikan masyarakat menjadi lebih bersyukur akan nikmat yang Tuhan berikan.

Jadi, suatu keyakinan/kepercayaan menentukan bagaimana individual bekerja, seperti melibatkan kepercayaan dalam mengambil keputusan, menjadikan landasan utama dalam bersikap serta memaknai suatu peristiwa tertentu. Agama di Indonesia beragam memiliki kurang lebih 6 (enam) agama resmi, sedangkan kebudayaan di Indonesia pula memiliki ribuan adat istiadatnya tersendiri yang merupakan kemurniat dari masyarakat pribumi, seperti pada contoh Islam Aboge di Purbalingga. Merupakan akulturasi dari agama dan kejawen, tidak ada yang salah dalam menganut agama, semua agama mengajarkan tentang kebaikan. Hanya saja seringkali penganut suatu agama merasa agamanya  yang paling benar sehingga menimbulkan kericuhan antar agama.

 

 

Rujukan :

Skripsi karya M. Alfatih Husein Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

 

*) Mahasiswi Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Islam Aboge Onje Purbalingga Menurut Perspektif Sosiologi Agama Dasar    Islam Aboge Onje Purbalingga Menurut Perspektif Sosiologi Agama Dasar Reviewed by Redaksi on Juli 05, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar