Produktivitas dan Dua Kawan


Oleh : Yudik Wergiyanto N.
Akhir-akhir ini saya merasa bahwa produktivitas menulis saya menurun. Hal itu terbukti bahwa semenjak tiga bulan terakhir, saya tak mampu menghasilkan satu pun tulisan khususnya cerpen. Memang pada akhir Januari kemarin satu tulisan sempat dimuat oleh media. Tetapi, tulisan itu sebenarnya sudah saya buat di tahun lalu. Hanya saja keburuntungannya baru terasa di tahun ini.
Saya seringkali sedih bila membayangkan hal itu. Padahal sebelumnya saya sudah berjanji hendak meningkatkan produktivitas menulis saya di tahun ini. Saya juga tidak tahu kenapa saya bisa seperti itu.
Ada alasan yang saya duga menjadi penyebab kemerosotan itu. Benar. Pekerjaan. Saya menduga karena sebagian waktu saya dihabiskan di tempat kerja, alhasil saya memiliki waktu sedikit yang bisa digunakan untuk menulis. Yang paling menyedihkan, di waktu yang sedikit itu, saya tak bisa memanfaatkannya untuk menghasilkan karya. Kebiasaan saya jika sehabis kerja, saya langsung mengistirahatkan tubuh yang sudah lelah karena seharian bekerja.
Barangkali, kalau mau, saya bisa memanfaatkan waktu yang sedikit itu. Tapi, entahlah, saya merasa selalu tidak bisa. Apa mungkin sebenarnya saya ini malas?
Dugaan lain dari saya yang menyebabkan produktivitas saya dalam menulis menurun yaitu jarangnya saya berkumpul dengan orang-orang yang “satu aliran”. Lebih jelasnya, orang-orang yang punya kegemaran atau ketertarikan pada sastra. Lebih jelasnya lagi, teman-teman di satu komunitas yaitu KPMS.
Sebetulnya hal ini juga karena pekerjaan saya. Karena tak ada waktu untuk berkumpul dengan mereka, saya pun jadi jarang mengobrol soal sastra. Jarang mengobrol soal tulisan. Mau ketemu susah karena padatnya aktivitas yang saya punya.
Sebab mengobrol dengan teman-teman KPMS soal sastra, khususnya Moh. Imron dan AhmadZaidi, ada semangat untuk menulis yang tiba-tiba tepercik dalam diri saya. Mereka seolah-olah mampu membangkitkan gairah saya untuk menulis lagi. Juga, mereka bisa menjadi pemantik ide. Saya tak tahu kenapa, tapi setiap kali saya habis mengobrol dengan mereka selalu ada ide yang muncul di otak saya. Sayangnya, seringkali ide yang muncul itu susah untuk saya realisasikan.
Tetapi, setidaknya, semangat itu bisa muncul dalam diri saya. Bukankah itu yang lebih penting? Soal eksekusi, saya yakin masih bisa mengatasi.
Saya harap sekarang dapat sering mengobrol dengan dua sahabat saya itu. Sering berbicara mengenai tulisan, buku, sastra, literasi dan sebagainya. Kalaupun tidak bisa sering, setidaknya saya bisa menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan mereka. Melupakan sejenak segala urusan dan hanya fokus berbicara soal sastra. Saya harus bisa meluangkan waktu meski sedikit di sela-sela kesibukan saya.
Ide tulisan ini, kalian tahu, muncul juga gara-gara saya habis mengobrol dengan Ahmad Zaidi. Meskipun kebanyakan yang dia omongkan soal curhatannya tentang niatannya menemui orangtua kekasihnya untuk melamar. Tetapi itu menjadi bukti bahwa mengobrol dengan mereka pasti satu dua ide yang muncul.
Tapi, masalahnya kalau saya sudah meluangkan waktu, eh, nanti malah mereka yang tidak bisa. Sebab diam-diam mereka berdua sama-sama sibuk menyiapkan acara, yang satu, tunangan, dan yang satu, nikahan.
Eh!

***

Produktivitas dan Dua Kawan Produktivitas dan Dua Kawan Reviewed by Redaksi on Juni 27, 2017 Rating: 5

Tidak ada komentar