Prosa Mini : Monolog Seorang Kekasih Karya Banang Merah



Kekasihku jika saat ini langitmu runtuh dan aku sedang tak bersamamu, menangislah sepuasnya, habiskan hari ini jangan sisakan esok atau lusa. Ketahuilah tak ada yang namanya jarak dan kematian, ia hanya sesuatu yang terpisah dari bumi bukan dari hati.
Atema kekasihku, aku bukanlah seorang penyair yang telah menyelami seratus kehidupan dalam kata-kata, aku bukanlah seorang pertapa yang memuja-muja makna kehidupan dan jadi agung karenanya, aku hanya seorang tokoh yang terlahir dari puisi-puisimu dan bangkit dari kamus dongengmu. Mungkin Tuhan kadangkala memang tak adil, bagaimana mungkin ia menjadikan aku begini beruntungnya, ketahuilah tak seorang gadis yang tak luluh tatkala mendengar dongeng-dongengmu, mereka akan berlomba untuk menjadi bagian di dalamnya. Selayaknya tokoh aku telah melalui perjalanan panjang, ke tempat-tempat yang pernah kau ceritakan kemasygulannya, namun tak pernah cukup jauh, untuk lari darimu. Ratusan layang-layang bertebangan dikepalaku dalam perjalanan menuju merbabu, mereka bersiul membentuk irama yang mengantarkan riuh doamu. Di Ijen seluruh dingin itu menjelma seorang lelaki yang memegang tanganku di sepanjang aspal putihnya, ia berbisik ”terimalah salam ini kekasih betapa pun jauh, tak akan pernah jarak bisa menghapus rasa”. Di Bangsring aku menemukan garam, pasir, ombak, serta karang berseloroh riang mereka berkata “ia telah datang gadis itu telah datang, kekasihnya pasti senang”. Di solor aku menemukan tubuhmu disetiap nelayan yang menambatkan jukung-jukungnya di dermaga, kulihat rambut coklatmu serupa lamun-lamun yang tergerus ombak, dan di kaki langit adalah kubah dimana kita pernah tak saling menyapa. Atema kekasihku, apa yang bisa kulakukan untuk membalas semua salammu, seluruh bintang berkata bersedia kupetik, “bawalah aku wahai perempuan kekasihmu yang tampan itu sedang kasmaran”. Apa yang kau katakana kepada mereka, bintang-bintang itu tak mungkin kubawa dan kupetik dari langit dengan semena-mena mereka akan berubah menjadi lubang hitam dan menghisap segala yang ada di semesta, dan aku akan jadi seseorang yang egois sebab menyimpan keindahan bintang untuk dirinya sendiri.
Pernah aku mengingat sebab pertemuan kita yang lamat lamat padam, aku memang seorang pelupa dan perempuan yang menawar luka. Kala itu hujanpun berwarna jingga dan kita hanya sepasang manusia yang disergap asamara. Maka disinilah kita sebuah ikatan yang tak bernama mengembara pada ruang yang tak berpeta. Sejauh apa kita dapat pergi katamu suatu kali, sejauh kita tak lagi bisa mengirim doa. sebuah waktu dimana kita sempat bertemu dan kemudian saling meninggalkan.
Barangkali memang tidak ada yang bernama jarak, wahai lelaki yang tak pernah sembuh dari lukanya sendiri, orang lain dikatakan sepasang kekasih sebab mereka bersua dalam dekap ruang dan waktu, namun kau buktikan cukuplah kita merimba pada bilik dimana pena dan kertas bersatu dan melahirkan anak yang bermana kata. Di malam terakhir pertemuan kita ada seribu anai-anai yang bertebangan, dan malam mengunci mereka dalam lambungku untuk mengasah resah, kau menulis perpisahan kita pada peron di kereta subuh itu, untuk sebuah pertemuan lain yang lebih puitis, lewat cara-cara yang paling muskil kumengerti. Aku masih mendengar napasmu lewat tipisnya kabut gunung, aku mendengar jantungmu lewat gemuruh Guntur sebelum petir. Rindu hanyalah untuk orang yang lemah, aku tak pernah menyimpannya dalam sebuah perjalanan yang begitu ramah. Pada semesta kulihat macam warna dari penamu. Atema kekasihku jika cinta adalah pemberian maka aku akan jadi seorang pengemis paling kaya, ia menjadikanmu pujangga paling agung. Tak ada yang bisa kuberikan kepadamu selain kata-kata yang berjejal dari surat yang berwangi mawar, bintang yang masih bergemerlapan, serta jalan kota yang masih riang. Simpanlah aku kedalam ceritamu kekasih seumpama sebuah titik dimana dapat kau rasakan seluruh kota telah sirna. Tak ada perjalanan yang tak berpulang, tak ada kapal yang tak akan berlabuh kecuali ia karam, dan setiap kepergianku aku akan menggantinya kedalam suatu kepulangan sebagai sebuah dongengmu yang utuh.
Jember, 2018

 Tentang Penulis
Nama        : Banang Merah
Blog           : PARANOIDRANDOM.wordpress.com
Email          : benangmerah08@gmail.com
No telp        : 081334543261
Narasi         : Lahir di banyuwangi tahun 1996, anggota tetap LPME ECPOSE, pemakan segala.
Prosa Mini : Monolog Seorang Kekasih Karya Banang Merah Prosa Mini : Monolog Seorang Kekasih Karya Banang Merah Reviewed by Redaksi on Oktober 14, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar