Menjemput Cinta dari Tanah Santri ke Tanah Wali



Oleh: Marlutfi Yoandinas

Assalamualaikum Wr. Wb.

Satu lagi teman saya yang bajingan, selain Alek Sandra. Tapi entah, pada keduanya, saya merasa ampun-ampun dengan caranya menghadapi hidup. Nama teman saya, Hari Wibowo. Lebih terkenal dengan nama alias. Hari Mangklek atau Mangklek.  Kebiasaannya selalu ngomong, "kok iso?"

Mas Puthut EA saja kalau tanya Hari, selalu ngomong, "nang endi, Mangklek? Piye kabare Mangklek?”

Saya mau ikut-ikutan Mas Puthut EA manggil dia, "Mangklek".

Pada Selasa, beberapa hari lalu, pukul 21.39 WIB, tiba-tiba Mangklek mengirimi saya teks WA.

Mas Lut...

Repot mas? Ijin nelpon (ditambah emoticon berharap)

Karena tak segera membalas, Mangklek telepon saya. Tapi tak terangkat. Saya baru membalas WA-nya pukul 21.59 WIB. Lalu, saya telepon balik. Seperti merengek, dia mulai bercerita.

Dimulai dengan membedah nasib. Intinya, menyalahkan keadaan yang membuatnya seperti sekarang ini karena tiadanya pendamping hidup. Mendengarnya, saya langsung tersenyum. Semoga ada kabar bahagia yang keluar dari kata-katanya.

Tak dinyana, benar yang saya duga. Ia menyebut perempuan, tidak dengan namanya. Ia ingin serius menjalin hubungan. Mau melamar. Dan akan menikahinya dalam waktu dekat.

"Kalau tidak akhir tahun ini, awal tahun depan akan saya nikahi, Mas."

“Mantap, Bro.”

"Tapi gini, Mas. Saya mau minta tolong sampeyan untuk mewakili keluarga saya memberi sambutan di acara lamaran saya. Acaranya besok lusa, Kamis. Dini hari pukul 03.00 WIB kita berangkat ke Gresik. Nanti saya jemput sampeyan di rumah."

“Tunggu, Bro. Aku mau ngomong apa di sana? Kok aku sih?”

Panjang lebar Mangklek memberi penjelasan ke sana. Sehingga, seperti biasa, saya tidak bisa berkata tidak. Tapi saya ngasih syarat, asal istri saya mengizinkan saya ikut. Ternyata istri saya mengizinkan.

Saya telepon balik ke Mangklek. “Saya boleh berangkat, Bro. Besok kita ngopi-ngopi ya. Bahas mengenai sambutan yang akan saya sampaikan.”

"Siap, Mas. Kapan pun sampeyan ada waktu besok, saya merapat," kata Hari.

“Saya baru ada waktu, Rabu sore. Sempat ketemu sebentar, tapi tidak sempat membahas sambutan.”

“Besok, dini hari saja, pas di jalan kita ngobrol, Mas.”

“Sip, Bro.”

Tepat pukul 03.00 WIB, Mangklek sudah di pagar depan rumah. Saya baru selesai mandi. Ganti baju. Bawa perlengkapan. Masuk mobil.

Mangklek memberi kisi-kisi, ada empat hal yang perlu disampaikan nanti mas. Pertama, sampaikan kalau penyampaian sambutannya pakai Bahasa Indonesia saja, Mas. Kedua, terima kasih kepada tuan rumah atas sambutannya. Ketiga, sampaikan profil saya, Mas. Keempat, niatan baik saya dan keluarga untuk melamar.

Karena semalam suntuk saya tidak tidur. Di mobil saya tidur. Berhenti sebentar di masjid Banyuglugur. Saya lanjut tidur. Lalu, berhenti dan sarapan di rest area tol Sidoarjo. Lepas rest area Sidoarjo, saya baru tahu nama perempuan calon tunangannya.

Sampai di tol Gunung Sari - Surabaya. Saya bertanya, “berapa kali kamu ke rumah calon tunanganmu, Bro?”

“Saya belum ke sana sama sekali, Mas. Ayo bonek la.”

“Patennang.”

Saya lanjut tidur di mobil. Satu setengah jam berlalu, sampailah kami di Masjid Akbar Moed'har Arifin - Gresik. Saya membuat catatan di HP yang nanti akan disampaikan dalam sambutan keluarga Mangklek.

“Bro, aku gak perlu mengutip hadis atau ayat-ayat suci ya?”

“Tidak usah, Mas. Sampeyan improve aja sebisanya.”

Sampailah waktu yang ditunggu. Saya menyampaikan sambutan dengan membaca catatan dan sesekali menatap audiens yang hadir.

Sampai acara selesai.

Mangklek mengirim foto di grup dan menulis.

"Mas Lutfi nyabe' oca' kayak bedah buku".

Sedangkan keluarga menyampaikan, "tadi harusnya langsung dikawinkan sirri saja, Mas."

Mendengar kata itu dari keluarganya, Mangklek lempeng saja.

Dalam hati kecil saya, Duh, Mangklek Mangklek.

Begitulah kira-kira cerita saya membersamai Mangklek seharian ini, yang kata Mas Puthut EA, Para Bajingan yang Menyenangkan. Effort-nya sungguh besar. Dia menyopiri sendiri mobil dari Situbondo ke Gresik. Mohon doanya ya, teman-teman.

Berikut ini catatan saya untuk sambutan lamaran Mangklek:

Sebelum saya memulai.

Saya mohon izin kepada keluarga besar Nur Qomariyah (Rea) Bapak Kasurip dan Ibu Samami, saya akan menyampaikan sepatah dua patah kata ini dalam bahasa Indonesia. Sebelumnya, mohon maaf sebesar-besarnya karena keterbatasan saya, tidak menguasai Bahasa Jawa secara baik dan fasih.

Karena sebenarnya saya ini menjadi juru penyampai pesan cadangan (KW 3 malah).Awalnya Pak Ustad, tetangga dan masih ada hubungan saudara dengan Hari Wibowo yang akan menjadi juru penyampai pesan. Tetapi karena ada kepentingan mendadak, jadi tidak bisa hadir ke sini.

Kemudian, sahabat saya Mohammad Afifudin, dosen yang berasal dari Gresik sini yang akan menjadi juru penyampai pesan, tetapi karena berhalangan harus mengikuti rapat fakultas di Universitas Trunojoyo Madura.

Jadilah saya diminta sahabat ini untuk menggantikan Muhammad Afifuddin.

Itupun mendadak, saya baru dihubungi kemarin lusa oleh Hari Wibowo untuk menjadi juru penyampai pesan. Jelas sekali bahwa saya ini hanya juru penyampai pesan KW3.

Dan terus terang ini pengalaman pertama saya menjadi juru penyampai pesan dalam acara lamaran/pertunangan. Karena itu saya bawa contekan. Jadi nanti saya sambil baca dan sesekali sambil menatap ibu/bapak atau saudara sekalian ya?

Dan jika nanti ada salah kata atau kekeliruan dari yang saya sampaikan, mohon dimaklumi dan dimaafkan ya ibu/bapak dan saudara-saudara sekalian. Nah, jadi bagaimana ini? Pertanyaan sekaligus permohonan saya. Boleh ya, saya menyampaikan dalam Bahasa Indonesia?

Baik, terima kasih banyak.

 

Assalamu'alaikum wr wb

Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua.

Yang saya hormati dan saya takdimi keluarga besar Nur Qomariyah. Bapak Kasurip dan Ibu Samami. Di Desa Doudo, Kec Panceng, Kab Gresik.

Pada kesempatan ini izinkan saya memperkenalkan diri, nama panjang saya Marlutfi Yoandinas, cukup dipanggil Lutfi saja. Saya berdiri di tempat ini, mewakili keluarga besar sahabat saya Hari Wibowo. Bapak Idris dan Ibu Rima. Dalam rangka menyampaikan niatan baik Sahabat Hari Wibowo untuk melamar Sahabati Nur Qomariyah di waktu dan tempat yang berbahagia ini.

Ibu/Bapak dan Saudara-saudara sekalian!

Pertemuan sahabat Hari Wibowo dan sahabati Nur Qomariyah ini adalah pertemuan antara Kota Santri dan Kota Wali. Situbondo Kota Santri karena banyak pesantren yang tentu saja banyak santrinya. Gresik Kota Wali karena ada Sunan Giri dan Syekh Maulana Malik Ibrahim.

Situbondo dan Gresik, saya kira, sama-sama daerah yang bernuansa Islami. Sama-sama berada di jalur Pantura. Jalan Raya Pos Jalan Daendels dari Anyer sampai Panarukan. Sama-sama banyak punya banyak pantai. Sama-sama panas daerahnya. Tapi orangnya hangat dalam menyambut tamu.

Saya kira banyak lagi persamaannya di antara kita. Termasuk kesamaan-kesamaan antara Hari Wibowo dan Nur Qomariyah yang menjadi alasan dipertemukannya mereka berdua.

Ibu/Bapak dan Saudara-saudara sekalian!

Saudara Hari Wibowo ini adik kelas saya dulu ketika kuliah di Universitas Jember. Dia kuliah di Jurusan Sosiologi, sedangkan saya di Jurusan Sastra Inggris. Kami pernah berproses di Organisasi Pers Mahasiswa.

Hari menjadi pemimpin redaksi majalah Prima - Fisip. Kerjanya baca buku, mengkliping, diskusi, mencari berita, menulis majalah, buletin dan sebagainya.

Nah, ternyata, Nur Qomariyah juga sama. Kuliah jurusan Sosiologi dan berproses di Pers Mahasiswa Prima-Fisip.

Hari Wibowo dan Nur Qomariyah juga sama-sama aktif di organisasi ekstra kampus Pergerakan Mahasiswa Muslim Indonesia (PMII). Sama-sama aktivis. Biasanya kalau aktivis, orangnya tekun belajar dan suka mengabdi pada masyarakat. Sama-sama aktivis juga biasanya memiliki tekad kuat dalam memegang prinsip.

Semoga dengan lamaran/pertunangan ini, kekuatan itu, menjadikan mereka berdua juga memiliki tekad yang kuat untuk melangkah ke tahap selanjutnya, yaitu pernikahan.

Dan jika ditakdir kemudian menikah, semoga semakin kuat tekadnya untuk menjaga keharmonisan rumah tangga sampai akhir hayat.

Amin Allahumma Amin

Ibu/Bapak dan Saudara-saudara sekalian!

Bapak Kasurip dan Ibu Samami, Bapak Idris dan Ibu Rima

Saya ingin memberitahu bahwa kedua anak bapak ibu ini adalah dua orang yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. Mereka sama-sama dipertemukan di Jakarta dalam satu pekerjaan bergengsi di sebuah media.

Nur Qomariyah sudah berhasil menyelesaikan kuliah S2-nya di Jakarta. Bahkan punya rencana untuk lanjut S3.

 

Hari Wibowo juga sama, ia juga punya rencana untuk meningkatkan kariernya sebagai pemantau pemilu, dari yang sekarang masih di tingkat kecamatan akan ditingkatkan menjadi komisioner di tingkat kabupaten. Termasuk akan lebih giat lagi mensukseskan usahanya sebagai petani muda yang punya banyak sawah.

Sahabat saya, Hari Wibowo ini, ketika bercerita tentang Nur Qomariyah begitu antusias.Tercermin harapan besar dalam setiap kata-katanya. Bahwa ia ingin dan butuh punya istri yang berpendidikan tinggi. Ia pun akan berusaha keras untuk mewujudkan cita-cita Nur Qomariyah. Karena ada satu doa yang selama ini Hari Wibowo harapkan, bahwa ia ingin dan butuh punya istri yang pintar dan cerdas.

Menurut Hari, istri pintar, cerdas, dan berpendidikan tinggi tentu akan dikaruniai anak atau keturunan yang baik. Karena ia percaya, setiap ibu adalah sumber pengetahuan dan sumber penghidupan bagi setiap manusia.

Untuk itu, mari kita bersama mendoakan agar Hari Wibowo dan Nur Qomariyah bisa menjadi pasangan yang berjodoh di dunia sampai di akhirat kelak.

Amin Allahumma Amin

 

Ibu/Bapak dan Saudara-saudara sekalian!

Terakhir, saya mohon kepada Bapak Kasurip dan Ibu Samami selaku orang tua serta seluruh keluarga Nur Qomariyah di Gresik, serta Bapak Idris dan Ibu Rima selaku orang tua serta seluruh keluarga Hari Wibowo di Situbondo

Mohon doa dan bimbingan yang terus menerus agar kedua sahabat saya ini benar-benar bisa mewujudkan keinginan dan kebutuhannya untuk bisa ditakdirkan menikah dan menjalin rumah tangga.

Kepada Sahabat Hari Wibowo dan Sahabati Nur Qomariyah, saya kira kalian berdua sudah banyak baca buku atau kitab atau nonton film atau sumber pengetahuan yang lain tentang cinta.

Setelah ini tinggal diterapkan, dipraktikkan, dan disesuaikan untuk menjaga nyala api cinta hingga kelak sampai akhir hayat.

 

Langgeng...langgeng...langgeng...

 

Ibu/Bapak dan Saudara-saudara sekalian!

Demikian sepatah kata yang bisa saya sampaikan sebagai juru penyampai pesan KW3.

Mohon maaf sebesar-besarnya atas kekurangan, salah kata dan tindak tanduk perilaku, atau seserahan dari kami yang belum sempurna.

Sekali lagi mohon maaf yang tak terhingga.

Tak lupa kami ucapkan beribu-ribu terima kasih atas sambutan dan kehangatan dalam acara lamaran/pertunangan antara Hari Wibowo dan Nur Qomariyah yang sudah dipersiapkan begitu meriah ini.

Sekian yang bisa saya sampaikan. Semoga niatan baik lamaran atau pertunangan di waktu dan tempat yang berbahagia ini, diridhoi oleh Allah SWT.

Allahumma sholliala Muhammad

Wassalamualaikum wr wb

Menjemput Cinta dari Tanah Santri ke Tanah Wali Menjemput Cinta dari Tanah Santri ke Tanah Wali Reviewed by Redaksi on November 07, 2023 Rating: 5

1 komentar

  1. Tengate bro, mon dah cocok ka bhekalla pas langsung joss. Polana bede bahasa bhekal tolos bhekal burung. Pasekat jhek datunda….. Sawemah

    BalasHapus