Perempuan Cerdas Melawan Dating Abuse


Beberapa waktu lalu media kita diwarnai berita penembakan seorang dokter di klinik miliknya oleh suaminya sendiri. Beberapa waktu lalu, ingatan kita juga masih tidak bisa melupakan kejadian Eno dan gagang cangkul. Bahkan, yang baru saja terjadi adalah kisah seorang SPG yang dimutilasi oleh suaminya sendiri. Ngeri.
Bagaimana tidak? Kasus kekerasan terhadap perempuan sungguh tidak terkendali. Tempatnya bisa di mana saja, kantor, sekolah, kampus, bahkan jalan raya. Pelakunya juga justru lebih banyak oleh kerabat dekat, suami, bahkan pacar. Kasus kasus itupun kebanyakan berkasnya hanya tertumpuk rapi di sudut ruangan. Tidak ada tindakan, apalagi pencegahan. Terlepas dari bagaimana ‘ribetnya’ pelaporan kasus kekerasan kepada aparat kita, ada beberapa hal yang perlu kita waspadai terkait fenomena kekerasan ini. Pengalaman saya mungkin bisa kalian simak.
Sebagai perempuan, kadangkala saya merasa diri saya tidak aman ketika berada di tempat umum. Saya kerapkali membawa alat-alat penyelamatan diri spontan semacam semprotan lada, pisau lipat, dan gunting di dalam tas ketika hendak pergi ke luar. Saya juga belajar beberapa gerakan cepat dan spontan yang dapat saya lakukan untuk melindungi diri. Namun, bagaimana jika kekerasan itu datang dari orang terdekat? Saya pernah menjalani hubungan yang tidak sehat dengan beberapa lelaki yang pada akhirnya saya sebut mereka sakit jiwa.
Sebut saja si Bagong. Dia adalah seorang lelaki mapan dengan karier luar biasa di sebuah perusahaan besar. Secara kualitas intelektual, pengalaman pekerjaan, dan personalia, ia sungguh di atas rata rata. Caranya meyakinkan orang lain sungguh saya acungi jempol. Termasuk caranya meyakinkan saya. Namun yang terjadi setelah kami memutuskan berpacaran, sungguh di luar dugaan. Memasuki bulan ke dua, ia mulai sering membicarakan keadaan fisik saya. Saya akui memang saya bukan perempuan pesolek saat itu. Saya kerapkali hanya memakai sepatu keds dan kaus. Kulit saya juga sawo matang, yang menurutnya merupakan jenis kulit ‘buluk’. Saya sering mendapat perlakuan kurang menyenangkan secara verbal. Ia sering mengomentari badan saya yang gemuk, kulit saya yang buluk, bahkan cara saya berkomunikasi menggunakan emotikon whatsapp. Ia juga pernah secara langsung berkata kepada saya, “kalau bicara pakai otak, dong”. Sampai di titik itu, saya merasa muak. Akhirnya, meski saat itu keluarga kami telah memutuskan untuk bertemu, saya berani mengambil langkah. Saya berhenti. Meski ia kembali datang dengan seikat bunga mawar, saya sudah menamatkan dirinya dari pikiran dan hati saya. Susah? Memang. Awalnya saya berpikir, apakah ia melakukan itu untuk kebaikan saya? Ternyata tidak. Seorang lelaki sejati, tidak menggunakan kekerasan verbal untuk menguasai perempuan. Lelaki semacam Bagong ini sesungguhnya adalah lelaki yang tidak tahu diri dan tidak tahu malu. Ia menganggap dirinya adalah lelaki super yang mampu menentukan kualitas perempuan yang dekat dengannya. Adakah di antara kalian yang sedang berkencan dengan lelaki semacam Bagong? Pesan saya: tinggalkan. Jika tidak, kalian akan mati perlahan.
Ada lagi si Semar. Semar sesungguhnya adalah lelaki baik idaman semua wanita. Ia akan menuruti semua yang saya mau, tidak menolak pembagian tugas yang saya berikan, juga mendukung saya menjadi seorang perempuan mandiri. Kurang apa lagi, coba? Hingga pada suatu hari kami bertengkar, saya mulai merasa sesungguhnya Semar mengendalikan saya. Setiap kali kami bertengkar, Semar selalu melakukan ancaman-ancaman akan hal yang tidak saya senangi terjadi atas dirinya. Misalkan, ia mengancam akan pergi ke kos saya padahal hari itu hujan dan kami berada di kota yang berbeda. Ia juga mengancam mencelakakan diri sendiri. Meskipun kata katanya tidak secara langsung bernada ancaman, namun, itu membuat saya akhirnya tidak mampu menyelesaikan masalah kami. Saya pada akhirnya melupakan inti masalahnya karena tidak ingin terjadi apa-apa pada dirinya. Hal – hal semacam itu, oh, sungguh merupakan pemaksaan atas hubungan dan tentu, perlu diakhiri. Jika memang terpaksa, lelaki semacam Semar ini perlu juga kalian tantang. Meski kadang-kadang, tentu akan benar-benar nekat. Daripada kalian terus tersiksa secara batin dan pikiran, tinggalkan saja, deh, lelaki semacam Semar ini.
Terakhir, sebut saja  Badut. Lelaki ini adalah mahasiswa abadi di sebuah perguruan tinggi negeri paling bergengsi di Jogjakarta. Ia membaca banyak buku, terutama filsafat. Saya menyebutnya filsuf sosmed. Saya tidak meragukan tingkat intelektual dirinya. Tokoh favoritnya bahkan Albert Camus. Kalian yang membaca ini pasti belum tentu tahu siapa Camus. Saya sempat berpikir, jika kami menikah, sampai tua nanti kami tidak akan kehabisan bahan obrolan. Namun, ternyata, Badut tidak lebih dari sekadar ‘burung berjalan’ dan lelaki misoginis yang sok feminis. Suatu hari saya menemukan banyak foto telanjang miliknya di folder whatsapp yang entah ia kirimkan kepada siapa. Saya muntah. Suatu hari ia pernah mengaku kepada saya bahwa ia tidur dengan mantan kekasihnya ketika kami masih bersama. Dan ketika kami bertiga bertemu, ia seolah-olah menjadi pihak yang tidak bersalah dan menyalahkan mantan kekasihnya yang mau ia tiduri. Sejak itu, saya pikir, saya harus pergi. Saya tidak ingin menjadi korban ‘burung berjalan’ selanjutnya. Oh ya, satu lagi, saya tidak menganggap kere itu suatu hal yang hina. Namun, jika kamu kere, lalu memaksa kekasihmu untuk membelikanmu banyak barang mewah, membayar uang makanmu dan juga rokokmu, itu artinya kamu gila. Ya Tuhan, bayangkan, saya harus keluar banyak uang untuk seonggok daging bergerak yang tidak tahu diri. Keputusan bagus, saya berhenti.
Izinkan saya bernafas sebentar.
Tidak banyak perempuan bahkan laki laki yang paham bahwa kekerasan bukan hanya terjadi secara fisik. Kekerasan dalam pacaran adalah pola perilaku di mana salah satu pasangan berusaha mengontrol, mengatur, menyebabkan rasa takut, atau bahkan membuat ketergantungan  pasangannya di dalam suatu relasi pacaran. Tidak perlu luka fisik untuk menjadi korban kekerasan dalam pacaran. Seperti beberapa hal yang saya contohkan tadi. Pelecehan secara verbal dengan bentuk body shaming, ancaman, pengendalian, kekerasan ekonomi, juga termasuk hal yang perlu dihindari secara serius. Jika keasihmu sudah mulai menampakkan hal-hal seperti itu, jangan tunggu berpikir dua kali. Segera tinggalkan. Kalian tidak bisa mengorbankan diri sendiri untuk mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan. Cinta kasih tidak dilakukan dengan pemaksaan dan keterpaksaan. Kalian masih berpikir ‘setiap orang akan berubah’ ? Come on, girls. Kalian menunggu ia sadar? Kalian yang akan diam diam sakit jiwa.
Coba simak beberapa hal yang akan terjadi jika kalian terus terusan berada dalam hubungan yang tidak sehat seperti kata Tara L. Cornelius & Nicole Resseguie dalam tulisannya yang berjudul ‘Primary and secondary prevention programs for dating violence: A review of the literature’ dari Grand Valley State University.

1.         Kalian akan memilik pertahanan diri yang rendah, merasa tidak berharga, menyalahkan diri sendiri, dan selalu merasa khawatir.
2.         Ketidakefektifan berkomunikasi dan sulit menyelesaikan permasalahan yang dialami.
3.         Menjadikan kekerasan sebagai opsi untuk penyelesaian masalah.
4.         Interaksi kekerasan pada hubungan pacaran yang tidak sehat juga bisa menjadi awal dari kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga
5.         Bagian tubuh yang terkena sasaran tindak kekerasan fisik akan permanen (cacat), mau pun tidak permanen (luka, lebam).
6.         Terjadi disfungsi organ seksual/reproduksi, baik pada bagian dalam dan atau luar.
7.         Hilangnya kesempatan berkarier dan menuntut ilmu. Terganggunya posisi sosial dan relasi sosial korban.
Nah, kalau kalian belum jelas, apa saja sih yang termasuk kekerasan dan pelecehan dalam pacaran itu, coba simak yang dicontohkan oleh helpnona.com ini.
Kekerasan Fisik
Memukul, menendang, mendorong, menonjok, menampar, mencekik, melempar benda, mengancam dengan benda tajam, hingga mengabaikan kebutuhan kesehatan saat kamu sakit atau terluka.
Kekerasan Psikis
Mengkritik, panggilan memalukan, mengejek, membentak, membuatmu berpikir bahwa kamu lah yang salah, membuat berbagai peraturan yang mengekang, sampai memberi hukuman jika tidak menurut. Termasuk pula bentuk ancaman dan intimidasi seperti ancaman akan melukaimu dan orang terdekat, atau justru ancaman akan melukai dirinya sendiri. Juga menempatkanmu pada rasa takut dengan tatapan dan gestur, teriakan sampai menghancurkan benda sekitar.
Bentuk kekerasan psikis juga termasuk ketika pacarmu memperlakukanmu seperti subordinat atau bawahan, selalu mengambil keputusan besar pada hidupmu atau pada hubungan kalian. Jangan lupa bahwa mengontrol apa yang kamu lakukan, siapa yang kamu temui, kemana kamu pergi, memonitor ponsel, laptop, hingga sosial mediamu adalah bentuk kekerasan pula.
Kekerasan Seksual
Pemaksaan untuk melakukan hubungan seksual, mengirim foto atau video seksi, dan melakukan pelecehan seksual. Termasuk menceritakan kepada teman-temannya bahwa kalian telah melakukan hubungan seksual.
Kekerasan Ekonomi
Menahan uang hingga ATM mu, melarang bekerja atau menuntut ilmu, terlibat terlalu dalam pilihan-pilihan pada pekerjaan, sampai memaksa membelikan semua yang pacarmu mau.
Bagaimana caranya mencegah dating abuse? Atau, bagaimana jika kamu terlanjur berada pada hubungan yang tidak sehat? Tentu, mencegah lebih baik daripada meloloskan diri dari hubungan yang tidak sehat. Jika kebetulan kamu belum berada pada situasi yang buruk seperti itu, pencegahan awal yang bisa kamu lakukan adalah melihat potensi-potensi kekerasan yang ada pada laki laki yang kamu pilih. Sebelum kalian memutuskan berkomitmen, amati secara objektif tingkah lakunya. Jika ada satu saja tanda tanda, jangan sekali kali meneruskan untuk melanjutkan berkomitmen.
Nah, jika kalian sudah berada dalam jeratan laki laki gila macam Semar, Badut, dan Bagong, segeralah pergi dan putuskan hubungan. Jangan buka kontak apapun. Jelaskan apa yang membuat kalian pergi, dan satu lagi: jangan tergoda oleh permintaan maaf palsu dan air mata buaya.
Tidak ada cinta yang buta bagi perempuan cerdas. Setiap cinta harus melihat dengan jelas. Sebab siapa lagi yang bisa menyelamatkan diri kita selain diri kita sendiri?
Perempuan Cerdas Melawan Dating Abuse Perempuan Cerdas Melawan Dating Abuse Reviewed by takanta on Desember 16, 2017 Rating: 5

3 komentar

  1. sip....setuju non
    terkadang keputusan pahit pun harus kita ambil
    seperti kejadian sayyidina umar yang menghindar dari satu takdir menuju ke takdir yang lain demi suatu kebaikan...selama itu masih bisa diihtiarkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mau tidak mau harus begitu. Mungkin yang lebih indah sedang menunggu di kemudian hari.

      Hapus
  2. Thankyou Raisa dan Redaksi...

    BalasHapus