Kasidah Petani dan Puisi Lainnya Karya Moh. Rofqil Bazikh



Sajak-Sajak Moh. Rofqil Bazikh

Ziarah

sebelum benar-benar kutabur kembang firman di perutmu
setangkai mawar berdarah lebih dulu tumbuh dan semaraknya
menjelma kesakitan-kesakitan yang lupa kunamai

aku tak akan memintamu kembali, kubiarkan
hilir kenangan menata jalannya sendiri
rasanya aku begitu asing di sini
menghakimi sepi dengan puisi satu-satunya

yang terasa adalah getar-getar aneh yang mengutukku
sayatan rindu menancapkan jarinya pada pusara
memperlambat jalannya di dada

seperti ada yang terus memanggil di luar pintu
lama-lama semakin keras dan gegas
mengingatkanku untuk kembali pada muasal
pada debu-debu itu

bukan sekadar perjamuan rahasia
atau kepergian yang tiba-tiba
ini jalan yang tak sengaja kita cipta.

Gapura, 2019




Surat untuk Layla

sambil menghitung detik yang jatuh, Layla
bukan kenangan yang terisak di luar pintu
adalah rindu yang getarnya menggigilkan tubuh

pertemuan singkat di ruang tunggu
kuyakini menyisakan debar-debar aneh
segala ketakutan pada puncak hakikat

maka kedatanganmu, mengilhami ibu
dengan berpuluh-puluh ragu
tangisnya makin lantang saja
hanya sulur doa yang terus menua

sekarang kegilaanku rimbun menjalar nan liar
tanpa peduli tiap-tiap yang mengintip
di balik belukar
sedang kenangan membusuk di pojok kamar

bunga-bunga mawar yang kau tanam di halaman
di tengah rentang kabut dan bimbang suluk
menyapaku setiap pagi, setiap langkah angin
beranjak pergi

Gapura, 2019



Surat Berdarah
              - Alm. K. M. Zamiel El-Muttaqien

dan matahari yang kau tinggal di sudut surau
mengusir debar petang di meja belajar
di bukit itu masih kureguk manis alifmu
bermalam-malam kurapikan kenangan
sebelum memulai perjalanan baru

doa-doa kujahit sebelum mengangkasa
terik menyengat sudah lebih perkasa, kurasa
dengan sulur tawasul tetap menjulur ke hadiratmu
;adalah masa lalu yang menggoyangkan telunjuknya
merobek ingatan

kanjeng guru, bahkan setelah degup arloji di pergelangan
melesat lebih gila
luka yang kubasuh semakin basah
cinta paling purba lebih kuat menghentak dada
lalu keperkasaanku runtuh begitu saja

kini jalan satu-satunya yang pernah kau pahat, menyempit
untuk sampai di puncak langit harus berdesak-desakan
ada lara yang terusbergetar
enggan terhenti dengan alasan apa pun.

Gapura, 2019



Lalabât[i]

lain lagi sekarang, kedatangamu meredakan tangis
yang kugelar seminggu suntuk
menenun keceriaan-keceriaan lain dalam dekapan
kita memilih berlindung dari masa lalu yang menggigilkan ingatan
dari persimpangan hidup pada sejengkal galian

kau benar-benar tiba di rumah yang duka
dan kita dikempung lara yang sama dan sewajarnya
hanya doa pemberian berharga satu-satunya
menumbuhkan keperkasaan yang lama mengering

aku mengaduh demi sebentuk kekuatan
yang telah lama tak memberi semacam ledakan, letupan
setelah angin tak terasa teduhnya, datang dengan marah
tanpa aba-aba, mengabarkan kesakitan yang entah

kini benar-benar sempurna percakapan hangat nan menyengat
kau kembali ke rumah yang menyatu dengan nurani
sedang aku tetap di sini melewati sisa-sisa hari
ditemani sepasang kepengapan yang berdengung tanpa henti
;luka itu semakin nyeri!

Gapura, 2019



Kasidah Petani

setelah hujan dengan kuat melacuri ruap
aku menanam ‘nih-benih harapan.
tangis anak jalang meradang
mengajariku mengasah celurit sambil tergesa

pada waktu panen tiba, kusabit rasa
tak kubiarkan anak padi rejaga dan tersisa
dengan sulur do’a memanjang ke angkasa
kutatap rute baru yang merekah

jalan-jalan setapak yang mengindahkan kidungku
melebarkan pundaknya ke puncak nimat,
setelah tembang kakek pemanjat siwalan.

kepada rumput disapu udara, aku mengaduh
agar berhenti tumbuh dan mengabdikan angin
dari delapan penjuru.

di batas terik musim paling kemarau,
rinai hujan enggan bertandang.
bahkan saat-saat jarum di lumbung
semakin tajam.

Gapura, 2019

_

[i] (Madura);Melayat


BIODATA PENULIS
Moh. Rofqil Bazikh salah satu siswa MA. Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur, Gapura Sumenep. Aktif di komunitas ASAP (Anak Sastra Pesantren) dan Kelas Puisi Bekasi. Puisi dan cerpennya dimuat di beberapa surat kabar dan antologi bersama.




Kasidah Petani dan Puisi Lainnya Karya Moh. Rofqil Bazikh Kasidah Petani dan Puisi Lainnya Karya Moh. Rofqil Bazikh Reviewed by Redaksi on April 21, 2019 Rating: 5

Tidak ada komentar