Andai Aku Menjadi Bupati Situbondo
Oleh:
Imam Sufyan*
Sampai
tulisan ini terbit, Bupati Situbondo yang akrab disapa Mas Rio baru menjalankan
roda pemerintahan 3 bulan. Terhitung dari tanggal 20 Februari 2025. KPU
Situbondo sendiri menetapkan pasangan Mas Rio – Mbak Ulfi sebagai bupati dan
wakil bupati terpilih pada tanggal 9 Januari 2025. Sebelum pelantikan Bupati dan Wakil Bupati
yang dilaksanakan secara serentak se-nasional sempat terjadi tarik ulur
mengenai tanggal pelantikan.
Menuju
bulan Februari, muncul status Bupati Situbondo tertanggal 1 Februari 2025 “Dan
sesungguhnya kapan sebenarnya saya akan dilantik –bukan doa–rencana sih tanggal
10, lalu digeser tanggal 6, digeser lagi entah kapan, saya sih enjoy aja,
keng cakanca atanya melolo,” lanjut Mas Rio di kolom komentar disertai
emoticon tertawa para netizen.
Tapi
memang nasib sedang tak berpihak kepadanya, pelantikan saja belum, Situbondo
dilanda banjir, beberapa kecamatan rusak dihantam air. Rumah, jembatan dan
jalan rusak karena genangan air. Berharap banyak terhadap pemerintah merasa
sungkan, karena Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedang sayang-sayangnya
dengan pemerintah Situbondo. Sempat terjadi kekosongan jabatan bupati. Eh, Mas
Rio malah berinisiatif menggalang donasi untuk banjir. Kok enak aja, pelantikan
bupati saja belum sudah mau menggalang donasi berupa uang, pakaian maupun
makanan.
Lihat
saja apa kata netizen, Mas Rio yang belum dilantik sudah dibanding-bandingkan
dengan rezim sebelumnya. Tuh kan, kalau saja yang menjadi Bupati Situbondo itu
saya, ya saya akan melihat, memantau dan mendoakan sambil menyeruput kopi di
teras rumah. Buat apa saya menggalang donasi sampai kurang lebih 100 jutaan
kalau hanya dibanding-dibandingkan dengan rezim sebelumnya.
Dalam kondisi Situbondo sedang berduka, pelantikan yang ditunggu-tunggu datang. Tepatnya tanggal 20 Februari 2025. Setelah pelantikan Mas Rio tidak langsung pulang tapi mengikuti kegiatan retret akmil di Magelang 21-28 Februari 2025. Mas Rio datang ke Situbondo bersamaan dengan datangnya bulan Ramadan dan digelarlah “Salametan Situbondo Naik Kelas Nyare Malem Bareng Mas Rio – Mbak Ulfi”.
Belum satu minggu menjabat riak-riak kecil muncul atas rusaknya jalan pantura akibat banjir yang mengakibatkan banyak korban jiwa. Mas Rio sibuk silaturahmi dengan pihak provinsi serta DPR RI agar segera diperbaiki jalur pantura. Andai saja saya bupatinya, saya tidak akan sibuk komunikasi ke Provinsi apalagi ke DPR RI, saya kan bisa santai-santai pasca pelantikan dilanjut retret akmil sambil memanggil beberapa media dan melakukan konferensi pers.
“Saya, Imam Sofyan bupati Situbondo, saya perintahkan kepada semua warga
Situbondo agar tidak keluar rumah, jalan-jalan masih rusak parah. Keputusan itu
saya ambil agar tidak ada lagi jatuhnya korban jiwa. Urusan makan masyarakat
patenang. Rezeki sudah ada yang ngatur, min haytsu la yahtasib” Kelassss!!
Sudah
selesai? Belum. Akhir bulan Ramadan jagad media sosial ribut-ribut terkait
dihapusnya 500 guru ngaji yang tidak memenuhi standar penerima dana insentif.
Lebih parah lagi ada ratusan guru ngaji fiktif yang mendapatkan dana insentif
tahun-tahun sebelumnya ikut juga dihapus. Ya Allah, please, baru satu
bulan loh mas bupati, mbok ya sekali-kali buat kebijakan yang populis dikit.
Yang bisa buat pamor dan reputasi semakin naik, jika diperlukan itu guru ngaji
yang fiktif sampai ratusan tambah sampai ribuan agar semua bisa merayakan hari
raya Idulfitri. Perkara uang APBD Situbondo jebol ya minal aidin wal faizin
mohon maaf lahir dan batin.
Karena saya lihat-lihat kepemimpinan Mas Rio sebagai Bupati Situbondo ada banyak komentar miring dari para netizen yang maha benar dan maha segala-galanya maka jangan ditanya bagaimana di bulan kedua. Terkait anggaran pengadaan mobil yang telah direncanakan tahun 2024. Karena alasan efisiensi anggaran dan alasan kemanusiaan mengingat masih banyak korban banjir yang belum mendapatkan tempat tinggal yang layak sehingga pada bulan Maret Mas Rio menolak terhadap mobil dinas Alphard yang harganya sampai 1 M. Di bulan April datang mobil dinas Toyota Fortuner untuk jajaran Forkopimda. Dus. Situbondo geger geden.
Muncul
LSM-LSM mengatasnamakan rakyat (udah pada kayak dewan), tak luput pula
ahlinya-ahlinya, core of the core salah satu praktisi hukum kondang(an)
mengecam tindakan Mas Rio dan menuduh tidak memiliki sense of crisis di saat yang bersamaan masyarakat baru saja
mengalami bencana banjir. Adapula yang mengatakan bahwa Mas Rio tidak patuh
terhadap keputusan presiden Prabowo Subianto terhadap efisiensi anggaran.
Lagi-lagi Mas Rio salah mengambil keputusan. Ngapain coba pakek nolak-nolak Alphard
segala.
Andai
saja Bupati Situbondo itu saya, mobil alphard saya terima, fortuner saya
terima. Mobil Alphard untuk saya, sedangkan fortuner saya berikan ke tim sukses
saya. Mau apa loe? Anggaran mobil Alphard dan Fortuner sudah dicanangkan di
tahun 2024. Daripada saya hanya menerima akibat dari sesuatu yang tidak saya
lakukan saya terima semuanya. Enak kan!
Belum
selesai urusan mobil, netizen kembali menunjuk tangannya ke hidung Mas Bupati
karena keinginannya menjadikan Baluran sebagai kecamatan. Huft. Bupati
Situbondo satu ini nggak ada kerjaan lain apa, udah enak-enak sektor pariwasata
Situbondo diabaikan beberapa tahun belakangan ini malah mau diperbaiki. Tak
pelak tidak hanya warga Banyuwangi yang ikut menyerang Mas Bupati, sebagian
warga Situbondo sendiri pun pun ikut mengkritiknya. Tahu rasa kan. This is
Situbondo, Mas Bupati. Mereka maunya Baluran dibiarkan begitu-begitu saja.
Sebagai pemimpin nomor satu di Situbondo menegaskan bahwa Baluran Situbondo
milik Situbondo itu salah. Ingat, salah. Kalau Mas Bupati masih mau memaksa
menegaskan Baluran milik Situbondo apalagi sampai menjadikannya kecamatan
sungguh bupati sangat-sangat tidak demokratis dan tidak aspiratif. Karena saya
pun jika menjadi Bupati Situbondo akan saya biarkan itu Baluran. Ngapain repot-repot.
Terakhir,
terkait 600 Non-ASN yang dirumahkan oleh Mas Rio. Saya tidak ingin membahas
regulasi UU Nomor 20 Tahun 2023 yang secara resmi diberlakukan 31 Oktober 2023
menghapus jenis kepegawaian selain ASN dan PPK apalagi sampai membahas
banyaknya tenaga honorer yang diterima di beberapa dinas menjelang pilkada
2024. Tidak. Saya tidak membahas itu. Tapi keputusan Mas Rio merumahkan 600
Non-ASN serta memikirkan nasib baik honorer yang dirumahkan sampai datang ke
Menteri Koperasi, Budi Arie untuk memprioritaskan 600 Non-ASN itu saat
terlaksananya program KMP (Koperasi Merah Putih) di desa-desa bahkan sampai
meminta sumbangan di lingkaran Bupati agar memberikan modal usaha untuk 600
Non-ASN itu sia-sia. Kalau saya yang menjadi Bupati Situbondo, saya rumahkan
itu 600 Non-ASN sebagai perintah pusat. Selesai. Saya tidak perlu memikirkan
nasib mereka setelah itu. Sesekali ikutilah saran Fajar Sadboy, Mas Bupati.
“Jika kebaikan Bupati tidak diingat orang, cobalah untuk berbuat jahat, niscaya
orang akan mengingatmu.” Itu saja.

Tidak ada komentar