Gunung Ringgit dan Puisi Lainnya




Gunung Ringgit

tiada yang tersisa di gunung ringgit, udara habuk
dan dedaunan gugur serupa kapuk
yang selalu membuat mataku berang
seolah menempuhi hidup tak tenang

demi membersihkan diri dari waktu
bersuci dari perilaku tak tentu
menghitung yang kandas
sebelum kata-kata lunas

sambil melepas harapan yang aku pegang
menerbangkannya menuju cakrawala mendatang
aku raih dahan terkuat di antara pohon-pohon angsana
tiada lupa bersyukur pada usia yang tersisa

di jalan baluran yang meliuk mesra
kulintasi kubur tua untuk mengingat alam sana.

2019, Panarukan.

Olean



ada yang harus dibicarakan selepas peristiwa semalam

atau sekadar menuliskannya dalam sajak-sajak muram
sebab tiada lagi kejujuran di tiap mata insan
dan pena adalah jalan lain menitahkan kebenaran

sampai kita tiba di olean, bintang-bintang pecah di angkasa
seperti nubuat dalam setarik napas purba dalam dada
di pabrik gula yang sepi, kita tiada merasa sendiri
ada sejarah bergentayangan di dinding-dinding purbanya

tapi tak pernah kita coba menoleh ke kampung halaman
sebuah tempat merendam rindu dendam tertahan-tahan
meruapkan udara hijau dan sawah ladang tergelar
membasuh kesadaran sejarak bermiliar-miliar

maka heningkan segala gundah
akan datang kemenangan bagi yang kalah.

2019, Panarukan.

Aku Berada di Tanah Pagi

aku berada di tanah pagi
sesudah tadi menemui sepi

dan kenyataan adalah tujuan lain
selain waktu yang bersigegas menubruk dari sisi lain

aku mencoba mengabarkan padamu
sebuah kota yang dilupakan peta sejak dulu

jalanan licin seturut aliran air
tak kenal musim pasti berair

ialah sampeyan, sungai seturut bebatuan purba
memanggil namamu sekadar mencukupi dahaga

lepas ke utara hingga tiba di jangkar
tiada lain tiada bukan adalah sebuah bandar

layaknya sebuah kota merendam kehangatan
pun aryo gajah situbondo menafsir
aku berada di tanah pagi
sesudah tadi menjemput matahari

tapi di sini, kulepas jarak sejauh pandang
supaya tak lekas kembali pulang.

2019, Panarukan.
___________________________
*) Penulis lahir di Jombang. Menggemari sastra dan kopi. Karya-karyanya tersebar di beberapa media massa. Kini, mengabdi di SMAN 1 Panarukan Situbondo.
Email: mufira@gmail.com
Twitter          : @mufirra_

**) Gambar: Alifian Yanuar.


Gunung Ringgit dan Puisi Lainnya Gunung Ringgit dan Puisi Lainnya Reviewed by takanta on Januari 25, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar