Puisi: Hikayat Keabadian



PUISI-PUISI FIRMAN FADILAH*

HIKAYAT KELAHIRAN

Aku seperti berada di dalam bejana sempit
Bersama teman kecil yang menjuntai di perutku
Aku ingin keluar bersama keramaian yang terdengar sangat menyenangkan
Ada banyak hal yang ingin kucoba
Makanan yang beragam, sedang di sini hanya ada darah
Aku ketuk-ketuk dinding yang menghalangi ini
Aku tendang sekuat tenagaku, tapi aku masih terlalu lemah
Seketika itu ada sesuatu yang meraba di balik dinding ini
Hangat menyelimuti tubuhku, hingga aku tertidur pulas
Dalam tidurku ada pendar cahaya yang membisik
Menjanjikan kehidupan di luar sana
Namun aku harus melaksanakan seluruh syaratnya
Dan meninggalkan teman kecil yang selalu kudekap
Di sini nyaman, aku dapat melihat semuanya dari sini
Hanya saja ada sesuatu spesial yang ingin kulihat
Yakni rupa sang pemilik wadah dan tangan lembut yang mengusapku setiap malam
Dan sosok lelaki gagah yang mencium dinding ini setelah sujudnya
Aku terima tawaran itu dan aku berpisah dengan kawan kecilku
Perlahan aku menyeruak dinding menuju alam yang disebut dengan kehidupan
Dingin menusuk kulitku, aku tak tahan
Aku bingung dan ketakutan
Aku ingin kembali kesana, tempat semula aku berada
Namun tak bisa, tangan-tangan kasar memaksaku keluar
Hingga menyisakan bercak merah kebiruan di badanku
Aku menangis, rindu akan teman kecilku
Aku menjerit, hingga seisi ruangan datang mengerumuniku
Lantunan ayat suci seketika menenangkan jiwaku
Disaat itulah aku bisa merasakan debar jantungku menyatu dengan debar jantung pemilik rumahku yang dulu
Dia memeluk dan menciumku
Air mata hangatnya menetes di pipiku
Perlahan dia menyuguhkanku dengan air yang sangat nikmat
Hingga aku tertidur pulas
Di sini, dalam dekap ibuku
Dalam dunia baruku

Tanggamus, 12 Maret 2020




HIKAYAT KEHIDUPAN

Napasku berembus mengukir asa
Di dinding gua, di tanah gersang, di hutan di laut, dan di mana-mana
Akulah yang merangkai sejarah, dari kata hingga aksara
Yang tersimpan dalam lembaran kayu tipis
Aku benci karena harus membacanya
Di setiap lembar ada hikayat duka, nyanyian elegi yang menghantui
Ada pula kisah asmara yang menghanyutkanku dan larut di dalamnya
Akulah yang menciptakan, membuat, menanam
Agar waktu berlalu lebih cepat
Akibatnya, aku lupa siapa diriku
Sombong, angkuh, bahkan aku lupa keluargaku
Sahabat, juga semua orang yang mencintaiku
Peperangan dan perdamaian ada dalam genggamanku
Aku pandai berbohong dan menipu, bukan hanya pada orang lain
Namun juga pada diriku sendiri
Aku sangat pandai membuang waktu
Hingga aku lupa kemana tujuanku
Aku lupa mengapa ada di sini
Aku lelah mengingat
Dan seingatku, tiada seorang pun yang setia menyebut namaku
Berangsur wujudku hilang dalam warsa
Pada dinding gua dan tanah gersang
Aku akan berpulang

Tanggamus, 09 Maret 2020



HIKAYAT KEMATIAN

Belum lama aku singgah
Bersenda gurau melepas lelah
Di bawah rindang bercerita tentang eunoia yang lalu dan sekuntum cita yang kita rasa
Tak terasa angin dari barat menerpa
Menyibak dedaunan hingga jatuh ke pangkuan
Tertulis namaku di sana
Indah terukir di balik warnanya yang kuning
Bergetar sukmaku seketika
Nafasku terengah dan memberat
Keringat dingin menyelimuti dada yang berdenyut
Bibir lengket untuk mengucap kalimat
Hanya satu yang ingin kuucap
Namun tanganku telanjur dingin dalam dekap
Waktuku habis di tengah pengembaraan
Hanya sedikit bekal yang tertulis dalam buku catatan
Aku ingin kembali untuk menanam padi
Merapal ayat yang terlewat
Mendengarkan nasihat para sejawat
Sementara senja telah menantiku
Melambai serta memanggil namaku
Kini aku sendiri, bersenda gurau bersama cahaya dan keluasan alam yang berbeda
Bercerita tentang bekal yang aku bawa
Kepada dua makhluk yang gagah perkasa
Hingga akhirnya ceritaku selesai tanpa tanda tanya
Lantas aku tertidur pulas
Menanti alam yang akan mempertemukan dirimu dan diriku

Tanggamus, 11 Maret 2020



MENUJU KEABADIAN

Di ujung lorong itu
Tepat pukul nol
Bingung entah di mana
Lantas mata ini mengembun
Terkumpul di sela kelopak
Menggantung di ujung lentik
Lantas jatuh
Menyublim
Dalam mimpi
Abadi

Tanggamus, 25 April 2020



BIODATA PENULIS
*Firman Fadilah, mahasiswa pecinta sajak. Karya-karyanya banyak dimuat dalam antologi puisi. Salah duanya dalam antologi puisi Potret Kehidupan (2020) dan antologi Luka (2020).
Kontak : 0858-3212-9255
Alamat : Pedukuhan Sinar Pabean, Desa Sumberejo, Kec. Sumberejo, Kab. Tanggamus, Lampung. 35374.
IG : firmanfadilah_00
Twitter: @FirmanF00

Puisi: Hikayat Keabadian Puisi: Hikayat Keabadian Reviewed by takanta on Juni 21, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar