Jangan Tinggalkan Desa, Karena Desa Layak untuk Diperjuangkan

 


Oleh: Junaedi, S.E.  

Resensi Buku PEMUDA : Merekonstruksi Ulang Formasi Strategis Pemuda  Karya Wahyudi Anggoro Hadi dkk. Yayasan Sanggar Inovasi Desa, Agustus 2020 )

Buku ini merupakan hasil antologi sumbang-gagasan tulisan para narasumber pada acara webinar seri 8 Kongres Kebudayaan Desa 2020 (dari rangkaian webinar seri 1 hingga 18, antara tanggal 1-10 Juli ) dengan tema PEMUDA : Merekonstruksi Ulang Formasi Strategis Pemuda Desa.

Tidak terkecuali generasi muda islam, tentunya akan selalu optimis menapak ke depan sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, dengan berbekal iman, taqwa dan teknologi tentunya. Juga laku budaya bersumber dari aklaqul karimah Nabi Muhammad SAW, seperti : sopan,santun, tenggang rasa, berjiwa sosial yang tinggi, kerja sama/gotong royong, toleransi kemanusiaan,  dan migunani marang liyan.

Greg Sindana menuturkan bahwa, ada dua hal yang bisa dilakukan oleh pemuda desa agar lebih siap berperan di desa. Pertama, membangun ekosistem pemuda yang mandiri. Kedua, menjadikan desa sebagai laboratorium pemuda (hal 10-11).

Gede Robi Supriyanto, adalah salah satu contoh pemuda yang langka, yang lebih bangga disebut petani organik meski dalam kesehariannya ia juga seorang musisi yang rutin berdendang dari panggung ke panggung. Ia merupakan vokalis, gitaris, sekaligus pendiri bank Navicula dari Bali.

Konsentrasinya pada pertanian organik tak lepas dari kesadarannya pada kepedulian sosial dan lingkungan. Tak heran jika lagu-lagu Navicula banyak mengangkat tema tentang kondisi alam dan lingkungan, jauh sebelum beragam isu lingkungan jadi isu arus utama seperti sekarang.

Semantara Iqbal Aji Daryono, memaparkan dengan bahasa pengandaian, dalam awal paragrafnya ia menulis, andai wabah ini tidak datang menghajar kita, mungkin kita tidak akan pernah tahu bahwa kota-kota dan segenap gemerlapnya adalah monster plastik yang amat rapuh.

Tapi sekarang kita memandangi layar cerita yang menunjukkan bahwa ketika gerak gelombang manusia berhenti, mesin-mesin akan ikut berhenti, aliran angka-angka di rekening berhenti, dan jutaan magic com juga turut berhenti. Inilah masa ketika menjadi saksi atas entah berapa ribu orang yang berduyun-duyun pulang, meninggalkan harapan yang kandas disela gedung-gedung besar, mengabaikan pagar-pagar protokol kesehatan pencegahan malapetaka, semata karena tak banyak lagi yang bisa dinanti di antara berbagai jenis perangkat yang berhenti menyala.

Sedangkan menurut Sunanto, menyoroti setidaknya ada tiga persoalan yang dihadapi kaum muda di desa. Pertama, pendidikan dan pengangguran. Kedua, keahlian (soft skill). Ketiga, adalah akses teknologi dan transportasi.

 

Kelebihan buku

Buku ini menyuguhkan optimisme semua pemuda yang memandang jauh ke depan tentang desa.  Masa depan desa bersama pemuda-pemuda yang akan setia dengan bonus demografi menjadi jalan Indonesia untuk melakukan lompatan besar. Kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan baik agar Indonesia tidak lagi menjadi negara penonton, tetapi bisa menjadi episentrum dari ekonomi global.

Karena berpijak pada teori the new form of competition, keunggulan suatu bangsa tidak lagi di dasarkan atas comparative advantage tetapi competitive advantage yang ditentukan oleh kualitas penduduknya.

Buku ini juga memberikan contoh gagasan utama gerakan kolektif bersama Sembung Education Centre (SEC) sebagai strategi membentuk intelektual desa. Tujuan SEC adalah mampu menjadi pusat berkumpulnya gagasan-gagasan hebat pemuda sesuai bidangnya.

Buku ini layak dimiliki dan layak dibaca oleh kaum milenial yang melek IT dan juga melek budaya, yang bersumber dari desa. Maka memninjam kalimat yang sering digelorakan oleh Wahyudi Anggoro Hadi kepada semua pemuda desa di  Nusantara: ‘JANGAN TINGGALKAN DESA, KARENA DESA LAYAK DIPERJUANGKAN’.

Kekurangan buku

Ada penggunaan beberapa kosa kata atau diksi yang terlalu tinggi sehingga mungkin  tidak atau kurang dapat dimengerti oleh masyarakat pada umumnya, lebih khusus  lagi apabila  segmentasi pembacanya adalah warga desa atau warga kampung.

Sistematika buku tidak disertai bab per bab, dan tidak ditulis urut pendahuluan, isi, dan  penutup.

Indentitas Buku

Judul Buku:   PEMUDA  :  Merekonstruksi Ulang Formasi Strategis Pemuda

Dewan Redaksi:   Wahyudi Anggoro Hadi, Ryan Sugiarto, Ahmad Musyaddad, Any Sundari, AB Widyanta, Sholahuddin Nurazmy

Penerbit:  Yayasan Sanggar Inovasi Desa

Penanggung Jawab Produksi:   Faiz Ahsoul

Editor :   Fawas

Penyelia Aksara:   Chusna Rizqati

Tata Letak Isi:   Fitriana Hadi

Desain Dan Ilustrasi Sampul:   Ketjil Bergerak, Arif Gunawan,  dan Agus Teriyana

Cetakan:  Pertama,  Agustus 2020

Ukuran Buku:  13  x 19 cm

Tebal Buku :   xxxiv + 100 halaman

 

 

Biodata Penulis

Junaedi, S.E., lahir di Pemalang, 06 Januari 1974, lulus S1 : STIE Widya Wiwaha (1999), sebagai Pegiat Desa Budaya Bumi Panggung,bekerja di Yayasan Sanggar Inovasi Desa, berdomisili di Gedangan RT 02 Gedangan Padukuhan Ngireng-ireng Kalurahan Panggungharjo Kapanewon Sewon Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. No. HP (WA) : 088 225 045 416, Medsos IG : @imfatjunaedi, FB : Junaedi Imfat.

Jangan Tinggalkan Desa, Karena Desa Layak untuk Diperjuangkan  Jangan Tinggalkan Desa, Karena Desa Layak untuk Diperjuangkan Reviewed by Redaksi on April 15, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar