Resensi: Seribu Kebohongan untuk Satu Kebahagiaan



Oleh: Mahabatush Sholly

 

Identitas Novel

Judul : Pukul Setengah Lima

Penulis : Nadhifa Allya Tsana (Rintik Sedu)

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal Buku : 208 Halaman

Tahun Terbit : 2023

ISBN : 9786020672748

 

Nadhifa Allya Tsana atau yang kerap disapa Paus adalah pemilik nama pena Rintik Sedu. Lahir di Jakarta, 04 Mei 1998. Ia telah memiliki hobi menulis sejak duduk di bangku SMA. Beberapa karya-karyanya antara lain : Geez and Ann 1 (2017), Geez and Ann 2 (2017), Buku Rahasia Geez(2018), Kata (2018), Geez and Ann 3 (2020), Buku Minta di Banting (2020), Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang (2020), dan Buku Minta di Sayang (2021).

Lalu kali ini, Tsana merilis novel terbarunya berjudul Pukul Setengah Lima, yang menceritakan tentang seseorang yang mampu mengubah kepribadiannya sesuai dengan lingkungan yang di hadapi. Tokoh dalam buku itu bernama Alina yang menjalani kehidupan dengan penuh kebohongan.

Alina seorang perempuan yang menghabiskan waktunya di jalan dan tempat kerjanya. Sempat menjalani hubungan asmara dengan laki-laki bernama Tio, yang pada akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah. Karena dalam Alina merasa hubungannya dengan Tio terasa sangat hambar.  Hatinya, terlalu terpaut dengan masalah dalam keluarganya serta pahitnya hidup yang ia jalani. Sehingga, orang-orang di sekitarnya sering tidak ia pedulikan. Hidup datar yang ia jalani membuatnya merasa bahwa dunia sangat membosankan.

Rutinitas Alina yang tak lepas dari bekerja, membuatnya merasa bosan. Alina sengaja menghabiskan waktunya dengan bekerja dan berlama-lama di jalan, sebab salah satu alasannya juga untuk melupakan masalah-masalah yang ia hadapi. Ia menjalani hidup dengan berpura-pura menjadi orang lain untuk menemukan hidup yang sempurna.

Alina membenci hidupnya. Ia menciptakan realitas baru dengan menjelma menjadi seseorang bernama Marni ketika berkenalan dengan laki-laki yang ia temui di bus pada petang pukul setengah lima. Alina menjadi pribadi yang berbeda dengan mengaku sebagai Marni. Menikmati hidup dengan membebaskan diri sejenak dari kesibukan rutinitas, ia lakukan setelah mengenal laki-laki yang ia temui di bus itu. Alina merasa bahagia dan sekejap melupakan keras dan sakit dalam hidupnya.

Kebohongan yang ia jalani membawanya ke dalam kebahagiaan sesaat. Ia selalu berharap bahwa hidupnya akan berubah ketika dia menjadi pribadi lain. Nasibnya bergantung kepada kepalsuan identitas yang ia tawarkan kepada laki-laki di bus itu. Apakah Alina bisa menyukai hidupnya yang penuh kepalsuan itu? Atau ia akan menyesali perbuatannya?

Beberapa orang menganggap berbohong untuk menutupi sesuatu dalam dirinya adalah hal yang wajar. Karena terkadang, bagi sebagian orang berbohong dalam kepura-puraan adalah hal yang menyenangkan. Sebab dengan kepura-puraan, seseorang bisa menjadi apa yang ia mau dan menciptakan dunianya sendiri.

Dalam novel Pukul Setengah Lima ini, Rintik Sedu kurang rinci dalam penggambaran tokoh. Sehingga watak dari para tokoh sulit untuk ditebak dan terkesan buram. Namun, bisa saja Rintik Sedu sengaja membuat pembaca bertanya-tanya tentang bagaimana kepribadian dari tokoh dan membuat pembaca menjadi bertanya-tanya dengan jalan ceritanya.

Rintik Sedu juga menghadirkan jalan cerita serta akhir cerita yang tak terduga serta mengejutkan. Adanya cerita seperti tokoh-tokoh tambahan yang mendukung cerita dalam novel menjadikan jalan cerita lebih terasa hidup. Kata serta diksi-diksi indah dalam kalimat yang digunakan oleh Rintik Sedu juga memiliki makna-makna tersirat.

Adapun beberapa tokoh tambahan dalam novel ini yang turut menjadikan konflik semakin panas. Tokoh utama yaitu Alina bertolak belakang dengan tokoh tambahan yaitu sahabatnya sendiri. Dengan dihadirkannya konflik yang berbeda ini menjadikan jalan cerita semakin hidup.

Novel Pukul Setengah Lima, berkaitan dengan kehidupan remaja saat ini yang merasa menjalani hidup terasa datar, sangat membosankan dan tak lepas dari perputaran rutinitas kegiatan yang setiap harinya selalu sama. Novel ini, memberikan beberapa pengalaman yang sebenarnya menyenangkan ketika berpura-pura menjadi orang lain untuk beberapa waktu dalam hidup. Agar mampu membahagiakan diri sendiri dengan menciptakan dunia sendiri. Novel ini, mampu memberi pelajaran penting tentang di kehidupan ini, kita akan didatangkan dan ditingggalkan manusia-manusia lain. Karena setiap orang yang hadir  itu ada masanya (People Come on Go).

Membacanya, akan dibuat terus bertanya-tanya dan menegangkan. Sebab alur cerita yang dihadirkan Rintik Sedu sangat di luar dugaan. Pembaca akan dibuat jengkel dari awal hingga akhir cerita. Karya Rintik Sedu ini akan terasa nyata ketika dibaca, karena keterlibatan langsung antara pengarang dengan cerita yang ditulisnya. Dan pesan yang disampaikan dalam novel, bersifat tersirat.

 

 

TENTANG PENULIS

Mahabatush Sholly adalah mahasiswi aktif semester 3 program studi Tadris Bahasa Indonesia, Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta. Aktif mengikuti organisasi baik internal maupun eksternal kampus. Pernah menjabat menjadi bagian dari anggota DEMA F.  Pernah menulis opini berjudul “Mahasiswa Adab Tak Beradab” yang telah dimuat di koran solopos.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Resensi: Seribu Kebohongan untuk Satu Kebahagiaan Resensi: Seribu Kebohongan untuk Satu Kebahagiaan Reviewed by Redaksi on Desember 03, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar