Ngopi Bareng: Dari Aspirasi Menuju Aksi

 


Oleh: Jamilatul Hasanah

Menjelang pukul tujuh pagi, saya berangkat menuju acara Ngopi Bareng bersama guru se-Kecamatan Jangkar pada hari Senin, tanggal 5 Mei 2025 di SMPN 1 Jangkar.

Saya menempuh jarak sekitar 4 KM, melewati Desa Curah Kalak Utara dan Desa Palangan. Jalanan yang saya lalui dipenuhi lubang dan sewaktu-waktu bisa menjadi kolam mendadak saat hujan tiba.

Perjalanan berlanjut ke arah timur melewati jembatan Desa Palangan. Bersyukur, sepeda motor Mio yang kami kendarai masih kuat menanjak. Dua puluh tahun yang lalu, kondisi jembatan ini sangat memprihatikan. Bunyi gemeretak terdengar setiap kali ban melewati balok kayu. Sensasi merinding kerap muncul saat berada di tengah-tengah jembatan. Kini, jembatan itu jauh lebih baik, beraspal dan lebih lebar.

Sesampainya di lokasi acara, saya menuju meja panitia untuk mengisi daftar hadir dan menerima konsumsi. Kemudia saya bergegas menuju tempat pemeriksaan kesehatan gratis. Kegiatan pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan dari UPT Puskesmas Jangkar.

Syarat mengikuti pemeriksaan hanya membawa KTP. Proses diawali dengan pencatatan data di meja skrining, lalu dilanjutkan pemeriksaan yang meliputi pengukuran berat badan, lingkar perut, tekanan darah, kadar gula darah, dan kesehatan mata.

"Nulis buku terus ya, mbak. Tensinya rendah. Saya kasih vitamin, ya," canda seorang tenaga kesehatan di balik masker.

Sebelum acara dimulai, saya berbincang dengan guru-guru yang duduk di sebelah saya. Saya pun mencoba melontarkan pertanyaan kepada beliau.

"Apa harapan Ibu ke depannya di dunia pendidikan?"

“Saya ingin gaji guru PAUD dinaikkan dan mendapat seragam gratis,"jawab salah satu guru PAUD. "Semoga lebih baik lagi kedepannya, pembelajaran lebih efisien, memberikan edukasi yang baik, serta akhlak lebih diprioritaskan. Selain itu, akses jalan menuju sekolah kami juga perlu diperhatikan. Sekolah kami hanya punya empat ruang.”

"Berarti dalam satu ruang bisa dipakai untuk dua kelas ya, Bu?".

"Iya Bu, ruangannya dipakai untuk dua kelas dan tidak ada sekat sama sekali."

Saya tertegun mendengar penuturan Ibu Putri Purnamasari, S.Pd sebagai guru SDN 7 Sopet dan guru penggerak. Selain itu, Ibu Cici Sus Amelia, menambahkan, "Sebagai tenaga pendidik juga bisa dihargai sebagai salah satu yang memperjuangkan mutu pendidikan. Harapan saya terhadap dunia pendidikan sangat tinggi agar bisa lebih baik ke depannya. Seiring dengan perkembangan teknologi dan inovasi, di mana akan merasa tenang dalam menyekolahkan anak di sekolah terbaik versi pendidikan."

Acara NGOPI BARENG: Ngolah Pikiran dan Ide Bareng pun dimulai. Kehadiran Mbak Wabup disambut meriah dengan penampilan Marching Band dari siswa-siswi SMPN 1 Jangkar. Lagu Indonesia Raya dikumandangkan, dilanjutkan dengan sambutan-sambutan.

Acara yang bertajuk "Serap Aspirasi dan Diskusi Menuju Transformasi Pendidikan Situbondo Naik Kelas" dihadiri oleh Wakil Bupati Situbondo, anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Situbondo, Camat Jangkar, Kepala Koordinator Wilayah Bidang Pendidikan Kec. Jangkar, Penilik dan Pengawas Koordinator Wilayah Bidang Pendidikan Kec. Jangkar, Aliansi Pendidikan Kec. Jangkar (HIMPAUDI, IGTKI, KKKS, KKG, KKG PJOK, KKG PAI, SMPN 1 Jangkar, SMPN 2 Jangkar), Kepala UPT Puskesmas Jangkar, Polisi Sektor Jangkar, dan Koramil.

Setelah sambutan, diberikan apresiasi kepada siswa yang terpilih sebagai juara dalam Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N) Tingkat Kecamatan.  Pak camat juga bertanya kepada siswa berprestasi, "Jujur ya, setelah lulus SD, mau lanjut ke SMP mana?" Dua siswa akan melanjutkan mondok dan satu siswa mau lanjut ke SMPN 1 Asembagus.

Selanjutnya, penampilan siswa juara FLS3N turut menyemarakkan acara, mulai dari pantomim tari yang menceritakan anak-anak mencari cong-cong di pantai, hingga penampilan lagu "Terima Kasih, Guruku" yang menyentuh hati.

Ibu Wakil Bupati Situbondo, Ulfiyah, S.Pd.I yang akrab disapa mbak Ulfi dalam sambutannya menyampaikan bahwa:

"Pemimpin itu lahir bukan hanya dari orang-orang kaya. Pemimpin lahir dari orang-orang yang mau diasah."

Beliau juga bernostalgia, SMPN 1 Jangkar ini merupakan tempat menimba ilmu yang sekarang memiliki Marching Band. Karena zaman beliau masih sekolah, belum ada. Menurut beliau, Situbondo Naik Kelas harus dimulai dari pendidikan. Guru-guru harus berinovasi dan punya terobosan. Pentingnya pendidikan sebagai pondasi utama.

Mbak Ulfi juga berpesan untuk acara selanjutnya harus melibatkan guru swasta seperti MI dan MTs. Agar tidak terjadi diskriminasi terhadap pendidikan di Situbondo.

Sambutan selanjutya oleh anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, Zeiniyah, S.Ag yang akrab disapa Bunda Zei.  Bunda Zei mengenang kembali masa perjuangannya di SMPN 2 Jangkar bersama Ibu Hj. Retno Sulistiowati, dari sebelum menerima gaji hingga menerima gaji pertama sebesar 25.000, lalu 100.000, dan terakhir 400.000. Setelah mendapatkan SK, beliau melilih jalan yang berbeda dengan teman seperjuangannya. Bunda Zei memilih berjuang dibidang politik praktis. Dengan adanya kegiatan ini dan banyak pejabat yang berasal dari Kecamatan Jangkar, bisa membawa kemajuan dibidang pendidikan.

Terkait Brain Storming yang disampaikan oleh Pak Camat sebelumnya, Bunda Zei menanggapi sebagai orangtua yang pernah menjadi wali murid atau wali santri yang anaknya memilih sekolah di pondok sejak SMP hingga kuliah.

Saat ini, di sekolah umum terjadi pergeseran moral dan pergaulan bebas, sedangkan pondok dianggap lebih aman dan tidak ada kekhwatiran bagi orangtua. Dalam hal ini, solusi yang bisa diterapkan yaitu mencari inovasi pembelajaran, membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap sekolah umum. Selain itu, tidak hanya mengejar prestasi akademik dan non akademik. Yang perlu diutamakan yaitu moral dan akhlak. Bisa meningkatkan kegiatan keagamaan dan pendidikan moral di sekolah.

Bunda Zei juga menambahkan terkait hal-hal yang perlu diperhatikan jika pendidikan ingin maju.

Pertama, harus memastikan anak-anak mengenyam pendidikan dan tuntas. Perlu melakukan tracking terhadap orang-orang di lingkungan sekitar. Agar semua mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan.

Kedua, memastikan pendidikan berkualitas yang didukung dengan infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDM). "Jangan sekolah maju makin ditambah infrastrukturnya, tapi sekolah di pelosok yang kekurangan juga perlu dibantu," ucapnya.

Selain itu, beliau juga menanggapi bahwa tenaga pendidik sekarang berbeda dengan yang dulu, sebelum adanya android. Mengalami kesenjangan dan krisis dan keteladanan. "Bagaimana anak-anak mengidolakan kita sebagai role-model. Penting bagi guru, tidak hanya mengajar, tetapi memberikan motivasi kepada siswa meski hanya lima menit. "Ketika saya bertemu dengan siswa saya yang sudah menjadi alumni, ternyata yang diingat bukan pelajaran saya, tetapi motivasi dari saya.". Beliau menyampaikan salah satu hadits yang penuh makna yaitu khoirunnas anfauhum linnas. Dengan suara khasnya yang teduh, beliau menutup sambutannya "Bapak Ibu Guru di sini sebagai pemegang kunci surganya Allah. Amal pengabdian menjadi amal jariyah."

Disambut Aamin serempak dan tepuk tangan meriah dari seluruh yang hadir.

Bapak Andi menyampaikan bahwa pendidik dituntut untuk menyiapkan anak-anak sesuai perkembangan zaman. Seperti halnya salah satu hadits yang artinya didiklah anakmu sesuai masanya.

Selain itu, beliau menanggapi terkait pemberhentian 600 pegawai bukan dari Pemerintah Daerah, melainkan langsung dari Keputusan Menteri. Salah satu pertanyaan dari Bapak Asinuruddin, S.Pd selaku ketua PGRI terkait isu perpisahan yang tidak diperbolehkan, namun sangat diinginkan oleh wali murid. Pertanyaan ini langsung ditanggapi oleh Bapak Andi. Beliau menjelaskan bahwa perpisahan boleh dilaksanakan. Tidak ada larangan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya harus sederhana. Agar tidak memberatkan orangtua atau wali murid. Selain itu, pihak sekolah tidak boleh mengelola keuangan khusus acara perpisahan. Mungkin yang dimaksud beliau, sepenuhnya diserahkan kepada wali murid.

Pertanyaan lain dari Bunda Rini, perwakilan IGTKI yang mempertanyakan tentang insentif guru yang belum sepenuhnya terpenuhi di tahun 2024. Harapannya bagi guru yang belum mendapatkan insentif, dapat terpenuhi di tahun 2025. Pertanyaan dari Bunda Ana, perwakilan HIMPAUDI terkait persyaratan usia bagi guru yang ingin melanjutkan kuliah dengan beasiswa. Syarat usia maksimal 30 tahun menjadi permasalahan. Selain itu, pertanyaan tentang seragam batik guru.  Terkait masa sekolah lima hari menjadi pertanyaan dari salah satu guru swasta. Karena berhubungan dengan Madrasah Diniyah. Selain itu, pertanyaan lain dari salah satu guru SMP terkait permasalahan PPDB, adanya siswa putus sekolah, dan siswa yang memilih sekolah di luar Kecamatan Jangkar. Pertanyaan lain terkait dana BOS, tunjangan guru, akses jalan, dan infrastruktur sekolah.

Acara yang dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional 2025 berjalan dengan lancar. Selama diskusi berlangsung, pertanyaan demi pertanyaan yang disampaikan, ditanggapi langsung oleh kedua narasumber yaitu Mbak Ulfi (Wakil Bupati Situbondo) dan Pak Andi (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Situbondo). Karena keterbatasan waktu dari Mbak Ulfi yang akan menghadiri acara selanjutnya, pertanyaan dibatasi dan disediakan google form untuk menampung pertanyaan yang belum tersampaikan.

Sebelum meninggalkan lokasi acara, para tamu undangan disuguhkan dengan makanan berat berupa menu masakan desa seperti jhuko' paes, jhuko' kerreng, tempe goreng, telur dadar, ghangan maronggghi, peccek terrong, opor ayam, dan ikan bakar. Ada es buah juga sebagai pendingin saat cuaca panas. Sebagai bentuk dukungan terhadap UMKM di Desa Palangan, panitia juga menyediakan suguhan dan buah tangan berupa kacang sangrai "Tiga Dara" dan madu "Angkasa Jaya".

Ngopi Bareng: Dari Aspirasi Menuju Aksi Ngopi Bareng: Dari Aspirasi Menuju Aksi Reviewed by Redaksi on Mei 07, 2025 Rating: 5

Tidak ada komentar