Pernak-Pernik Lebaran





1 syawal telah dimulai sejak sidang isbat telah diputuskan dengan ketok palu, ah bukan, dengan hitungan, ah juga bukan, tapi karena hilal sudah menampakan dirinya. Entahlah, hal semacam ini sudah menjadi hal yang rutin disetiap tahun diperbincangkan, diperdebatkan, dimusyawarahkan, dipertontonkan, dipersidangkan kemudian diumumkan. 1 syawal selalu disambut demikian, seperti sebuah apel, bukan, tetapi lebih dari sebuah apel yaitu kemenangan. Kemenangan ini disambut dengan begitu gembira dalam masyarakat, di surau, musala, bahkan di halaman rumah pak rt maupun pak rw dengan mengundang masyarakat yang juga melibatkan anak-anak sambil melantunkan takbir.

Di suatu sisi 1 syawal tidak selalu disambut dengan demikian seperti yang banyak orang lakukan, tukang becak tetap berusaha mengais rejekinya di sela-sela padatnya kendaraan bermotor dan saingannya yang juga sesama becak, bahkan ojek online. Memang rejeki itu tidak akan pernah salah, kepada siapa rejeki itu datang dan memang sepatutnya menjadikan seorang hamba selalu bersyukur. Malam takbir ini banyak berbagai hal berseliweran, mulai dari sekumpulan orang dan remaja kesana-kemari yang tidak pernah diketahui tujuannya oleh orang lain yang hanya dapat mengira-ngira saja. Sekumpulan rombongan pembagi zakat mengunjungi orang-orang, siapa saja yang dipandangnya pantas mendapatkan zakat. Sekumpulan bocah dengan petasan di tangan yang kesemuanya bermerk, berlabelkan tulisan firework, meledak-ledak, kemudian mereka terkekeh-kekeh mendapati salah seorang teman dari mereka terkejut bin kaget setelah petasan di sebelah kakinya meledak tanpa sepengetahuan dirinya. Sungguh kejailan antar teman, tak ada kemarahan, hanya terkekeh, terkekeh, dan terkekeh. Sekumpulan orang-orang yang mulai disibukkan mempersiapkan baju muslim untuk esok salat id di masjid, di situlah letak orang-orang yang diuji keimanannya, berdalih harus yang bagus-bagus untuk menemui Rabbnya. Dan yang tak kalah penting adalah sekumpulan orang-orang yang berpuitis merangkai kata, atau copas, menyebarkan permintaan maaf dibubuhi gambar-gambar pada media sosial mereka, sebab murah dan mencakup banyak orang. Tentunya masih banyak sekumpulan lainnya yang tidak dapat disebutkan di sini.

Esok harinya lebaran akan dimulai, turun dari masjid, sandal baru, sandal lama, sarung baru mukena baru, ataupun lama bersatu melaksanakan salat id, semuanya sama di sisi Rabbnya. Namun kesenjangan itu masih sangat jelas di antara mereka.
Salam-salaman dengan tetangga saling bermaaf-maafan, berkunjung pada sanak keluarga, bersiap-siap mendapat pertanyaan bagi remaja yang belum bersuami atau beristri dengan pertanyaan familiar dari tahun ke tahun yaitu ‘’kapan nikah?’’ Tentunya pertanyaan macam ini bukanlah sebatas basa-basi saja. Namun siapa sangka pertanyaan ringkas dan sederhana ini tidaklah seringkas jawaban dari penjawab, apalagi si penjawab memiliki trauma diselingkuhi, ditolak, dan nyaris saja. Pertanyaan seperti ini untuk kedepannya memang sepatutnya sudah tidak ada lagi, perlulah kita merekontruksi kebiasan semacam ini yang telah lama mengakar dalam masyarakat dan diubah. Ada kalanya pertanyaan diganti dengan tawaran semisal ‘’kamu mau saya jodohin dengan keponakan pak rw?’’ . Tentunya perubahan kebiasaan semacam ini akan menjadi sebuah revolusi yang membahagiakan, kemudian tersimpul sedikit senyum dan cengar-cengir mendapat tawaran semacam itu di waktu lebaran.

Berkunjung ke rumah sanak saudara usai, kini giliran para remaja berkunjung ke rumah teman-temannya atau pacarnya, atau hanya dianggap kakak-adek saja bahkan sebatas teman. Bicara soal berkunjung ke rumah teman, tentu yang menjadi sasaran adalah menyantap lebih banyak jajanan apa saja yang terdapat dalam toples dan disukai. Aku punya dua hal yang disukai saat lebaran, pertama aku suka wanita karena aku seorang pria, dan kedua aku suka keripik belinjo, dan jika aku dihadapkan pada keduanya maka aku pilih keduanya. Pernah pada waktu lebaran tahun kemarin aku mendapat ajakan dari salah seorang temanku untuk mengunjungi kekasihnya. Sebuah pagar besi hitam warnanya tidak begitu tinggi, di situ rumah kekasih temanku. Meja bertaplak minimalis di atasnya berjejeran toples berisikan jajanan. Tentu keripik belinjo menjadi sasaranku, bukan wanita yang sedang menyuguhkan minuman teh manis, sebab dia kekasih temanku. Apa kabar lebaran tahun ini, adakah setoples belinjo beserta kenangan salah seorang temanku yang hatinya kini berserakan?
Takanta eey….

Minal aidzin walfaizin. Mohon maaf tanpa perlu ngajak balikan. Wkwk
Pernak-Pernik Lebaran Pernak-Pernik Lebaran Reviewed by Zaidi on Juni 15, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar