Politik Era Digital karya Agus Hiplunudin


Penulis : Agus Hiplunudin
Penerbit : Calpulis
Isbn : 978-602-6576-18-7
Halaman : X 116
Format : 17.525
Internet merupakan teknologi informasi dan komunikasi yang paling digemari sekaligus fenomenal. Internet sebagai media sosial dan komunikasi telah membantu penggunanya untuk terhubung antara satu dengan yang lainnya melalui situs jejaring sosial tanpa terbatas ruang dan waktu. Internet merembas ke segala penjuru kehidupan kita. Perkembangan internet mengubah masyarakat dunia nyata menjadi masyarakat dunia maya. Dunia maya itulah yang kemudian membidani terlahirnya masyarakat digital atau new media.
Media baru atau media jejaring sosial begitu kuat mempengaruhi politik, yang berimbas pada dunia politik secara keseluruhan; dari mulai partai politik, pemilihan umum, positioning partai politik dan para politisi, marketing politik, kampanye politik, komunikasi politik, hingga pencitraan. Semuanya dapat disajikan melalui dunia digital. Dunia digital merupakan dunia maya, namun pada zaman sekarang nyaris didefinisikan sebagai dunia nyata; bahkan seakan-akan manusia sekarang tidak lagi mampu membedakan yang maya dan yang nyata atau bahkan yang nyata dianggap maya dan yang maya dianggap nyata. Buku ini mengupas secara seksama mengenai kehadiran dunia digital dan pengaruhnya terhadap politik.
Dalam sebuah resensi buku berjudul Communicator-in-Chief: How Barack Obama Used New Media Technology to Win the White House yang ditulis oleh Jarvis pada 2010 silam menyatakan bahwa situs untuk kampanye Obama mengorganisasi lebih dari seratus lima puluh ribu kegiatan, menciptakan lebih dari tiga puluh lima ribu kelompok, memiliki lebih dari 1,5 juta akun dan mendapatkan lebih dari USD 600 juta dari 3 juta donor.
Kampanye tersebut juga menggunakan YouTube untuk iklan gratis, mengirim alamat iklan tersebut kepada para pendukung dan meminta kepada pendukung untuk meneruskan iklan tersebut kepada teman dan keluarga mereka. Akun Facebook Obama mempunyai 3.176.886 pendukung dan lewat situs MySpace Obama mendapat 987.923 orang teman. Kampanye juga menggunakan text messaging untuk berhubungan dengan pemilih muda dan mengirim email sebagai counter attacks. Kampanye Obama yang high-tech, menggunakan Internet utuk mencek fakta informasi, counter attacks, memperkuat koneksi kepada pendukung dan selalu siap dalam konsep 24/7 yaitu dapat dihubungi selama 24 jam setiap hari. (Riaz, 2010) meyimpulkan bahwa Obama dapat memimpin Amerika Serikat hanya karena penggunaan teknologi new media yang ekstensif.
Kampanye online yang baru-baru ini gencar setelah adanya kemenangan Barrack Obama dengan bantuan jejaring sosial Twitter, telah menjadi pusat perhatian para peneliti marketing politik di seluruh penjuru dunia dan tak terkecuali Indonesia. Kampanye politik kini sudah tidak lagi membicarakan bagaimana kita harus membagi-bagikan kenikmatan sesaat kepada para pemilih yang belum tentu nantinya pemilih tersebut akan memilih yang bersangkutan, akan tetapi nilai kampanye politik kini menjadi berkembang sebagai the education voter dengan adanya bantuan internet sebagai media baru. Pada akhirnya internet dan politik memiliki keterkaitan dan memberikan hubungan timbal balik tersendiri.
Sejalan dengan apa yang dikemukakan Barnes; Aktifitas di dunia maya tersebut dapat sedikit menguntungkan para politisi untuk melakukan kampanye secara cuma-cuma dan lebih mudah, hanya saja harus memiliki manajemen komunikasi yang baik. Adanya aktifitas di dunia maya tersebut menjadi suatu alasan tersendiri untuk kalangan politisi menggunakan internet sebagai media kampanye. Terciptanya suatu masyarakat jaringan yang tidak lain adalah suatu struktur sosial masyarakat pada awal abad 21 yang terbentuk oleh komunikasi berbagai jaringan digital. Jaringan merupakan suatu suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lainnya.
Dampaknya; masyarakat digital, dalam praktik sosial, melahirkan budaya dan trand yang seragam sebagai manifestasi dari pilihan bebasan (praktik sosial) namun pilihan bebas itu, sejatinya bukan pilihan dirinya sendiri, melainkan pilihan atas kehendak para penguasa digital, dan digital dijadikan instrumen atau alat untuk mempengaruhi, atau bahkan mengontrol praktik sosial. Masyarakat digital tidak boleh menutup mata; sebab di era digital habitus, modal, dan ranah telah dikuasai oleh para penguasa digital. Begitu juga dalam bidang politik; dimana politik secara strukturalisme Bourdieu telah dikuasai, dikontrol, dan diarahkan oleh digital.

Politik Era Digital karya Agus Hiplunudin Politik Era Digital karya Agus Hiplunudin Reviewed by takanta on Februari 23, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar