Ludruk dan Puisi Lainnya Karya Ahmad Radhitya Alam



Ludruk

dunia ini memang seperti roda yang terus saja
berputar pada porosnya yang telah mencipta niscaya
maka menjadi besar bukanlah sebuah jaminan kita
bakal menjadi penguasa selamanya
ada kalanya kita akan berada di bawah, kemudian
dilindas oleh penguasa baru kehidupan
itulah nasib ludruk kita saat ini
yang kian hari mulai hilang dalam mesin pencari
orang-orang lebih senang berdendang
dengan orkes dangdut koplo irama kendang
kita lebih seperti hidup segan
tapi mati itu bukanlah harapan
karena kita adalah harapan moyang, agar
pertunjukan ini takkan pernah pudar

Blitar, 2018



Tobong

“selamat datang ke tobong kami,
antara jurang lestari atau mati”
tobong kian menjadi bambu lapuk
dan rapuh termakan usia

Blitar, 2018



Bestir

kian malang nasib cak bestir
tiap hari merawat ludruk dengan segenap
usaha dan sepenuh keringat
menjaga para dapukan tetap bersinergi
dengan mencipta semangat andarbeni

Blitar, 2018


Blabak-blabak

panggung ludruk tampak megah
setingggi pria dewasa yang gagah
blabak-blabak ditata tanpa banyak tanya
sebab ia makhluk paling sabar di dunia

blabak-blabak tampak pasrah menengadah
karena ia sadar tugasnya tidaklah mudah
blabak-blabak menjunjung tinggi nurani
menopang harap para panjak penari

o, pemeran pengganti paling sakti
blabak-blabak landasan pertiwi
susah senangmu jadi bahan guyonan
selucu nasib ngilu para dapukan

Blitar, 2018


Krombongan

aku tak sengaja memasuki sebuah ruang
lorong-lorong dimensi buat tualang
kamar di mana para pelaku dikumpulkan
menyulam benang lakon pertunjukan

malam ini terasa begitu lain
bagiku, bagimu, bagi semua pemain
bestir berteriak dengan cukup keras
seluruh isi krombongan mendengar jelas
ia langkah tuju papan gedripan
pada dapukan ia beri tedean

o, malam yang malang
krombongang begitu riuh nyalang
sumpah serapah lekas membuncah
pada siapa lakon ditetapkan arah

Blitar, 2018


Tedean

arah langkah menjadi harap
pada lakon kita lantunkan jawab
dan doadoa dirapal menjadi ritus
sebelum jalan cerita semakin hangus

Blitar, 2018


Panjak

nang ning nong gong
tak gentak tung jleng
gamelan ditabuh sepenuh harap
serupa pengibar bendera pemantik derap
labuhnya dianggap tokoh kunci
kadang menyayi, luwes pula menari

Blitar, 2018



BIODATA PENULIS
Ahmad Radhitya Alam, santri PP Mambaul Hisan Kaweron dan siswa SMA Negeri 1 Talun. Bergiat di FLP Blitar, Teater Bara, Sanggar Mlasti. Tulisannya dimuat di pelbagai antologi bersama dan beberapa media cetak serta elektronik.

Alamat Facebook  : Ahmad RadhityaAlam/ facebook.com/mask.vendeta.5
Nomor HP  : 081225598294
Email  : ahmadradhityaalam@gmail.com

Ludruk dan Puisi Lainnya Karya Ahmad Radhitya Alam Ludruk dan Puisi Lainnya Karya Ahmad Radhitya Alam Reviewed by Redaksi on Mei 19, 2019 Rating: 5

Tidak ada komentar