Di Tengah Pandemi Kita Bisa Apa?

 

freepik

Oleh: Marlutfi Yoandinas

Judul ini saya mulai dengan pertanyaan, bukan seruan. Artinya saya ingin menawarkan beberapa hal yang bisa kita lakukan.

Saya kira tak perlu berpanjang lebar. Berikut ini lima hal yang bisa kita lakukan di masa darurat Pandemi Covid-19.

Pertama, mari tanamkan dalam diri atau lubuk hati terdalam laiknya saat kita nonton film-film laga yang heroik atau ala Cinderella atau film-film anak, yang plot twist-nya mudah kita tebak. Kita umpamakan diri kita menjadi hero atau tokoh utama yang bisa memenangkan sebuah pertarungan. Dan semua ini akan berakhir dengan baik-baik saja.

Inspirasi ini sangat dibutuhkan di tengah pandemi agar muncul dorongan dalam diri tentang masa depan seperti apa yang kita inginkan. Tentu kita akan memacu diri membuat strategi dan menyusun kekuatan untuk menghadapi hambatan-hambatan. Kita tak akan mudah menyerah pada hambatan apapun yang dihadapi karena segenap energi sudah terkumpul untuk menyongsong masa depan.

Kedua, kita biarkan kenangan atau mantan tetap indah di masanya. Tak perlu menoleh ke belakang, cukup fokus pada hari ini dan menatap ke masa depan. Karena di masa pandemi ini, tak ada lagi kenormalan. Tak ada lagi kenangan apalagi mantan yang layak kita perjuangkan. Kita hanya perlu realistis memikirkan apa yang ada di hadapan kita sekarang dan yang akan menjelang.

Pikiran realistis tentang kekinian dan futuris sangat diperlukan sebagai bekal untuk mencita-citakan kebahagiaan seperti apa yang kita inginkan. Dalam istilah sekarang, kita perlu move on dan bergegas beradaptasi dengan kebiasaan baru. Percayalah bahwa hal baru itu menyenangkan. Laiknya kita punya baju baru di masa kecil dulu, menjelang lebaran.

Ketiga, kata orang Situbondo: Patennang. Saya pernah menulis Situbondo Dik, Patennang! Menurut saya, ada keajaiban dalam kata patennang. Bagi saya yang lahir dan besar di kebudayaan Situbondo, kata ini memiliki makna besar untuk membangun suasana hati atau mood sehingga lebih tegar.  

Ketegaran ini diperlukan agar kita siap menjadi manusia yang manusia. Seperti yang banyak dikatakan oleh kawan-kawan aktivis, “Kalau jiwamu hampa, itu artinya tanggung jawab sosialmu masih rendah.” Saya kira ketegaran ini sangat diperlukan agar kita semakin peduli terhadap siapapun saja, terutama saat ini.

Keempat, kita perlu sudahi menyesali sanak-saudara, rekan, tenaga kesehatan, tetangga, atau siapapun yang kita cintai, yang telah mendahului kita karena pandemi ini. Ingatlah, mereka tidak tiada begitu saja, apalagi kita anggap sia-sia.

Tidak. Karena sudah banyak hal baik yang mereka lakukan selama di dunia ini. Kita cukup mengenang atau mengingat kembali kebaikan-kebaikan mereka.

Kita juga tak perlu menyalahkan siapa-siapa atas kabar kematian yang berseliweran di layar gawai kita. Karena kita tak pernah tahu, jangan-jangan mereka yang telah mendahului kita malah sangat amat bahagia sekali di sana. Kalaupun kita belum sepenuhnya lega, yang musti kita lakukan hanyalah berdoa, semoga mereka bahagia di sana.

Kelima, ini yang terakhir, saya ingin mengutip Rumi. “Selamat tinggal itu hanya berlaku bagi mereka yang mencintai dengan penglihatannya. Sebab bagi mereka yang mencintai dengan hati dan jiwanya, apa yang disebut dengan perpisahan itu tidak ada.”  

Tentu yang saya tuliskan ini hanyalah refleksi diri saya sendiri. Masih terbuka lebar bagi teman-teman, saudara-saudara, dan siapapun saja untuk berpikir atau bertindak apa, ketika ada pertanyaan “Di Tengah Pandemi Kita Bisa Apa?”  []


Di Tengah Pandemi Kita Bisa Apa?  Di Tengah Pandemi Kita Bisa Apa? Reviewed by Redaksi on Juli 10, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar