Resensi: Jungkir Balik Pers

 


Oleh: Ayu Wulandari

Nasihin Masha adalah seorang jurnalis senior Indonesai yang telah berkecimpung sejak lama di dunia Pers. Semua pengalaman bekerja dalam dunia pers dituangkannya kedalam karya tulis ini. Ia tahu betul perkembangan pers di Indonesai dari zaman pergantian orde lama ke masa orde baru hingga saat ini. Selain itu ia juga tahu betul bagaimana keadaan pers dalam pergumulan internet dan konglomerasi bisnis media. Nasihi Masha merupakan aktivis penulis berita pada media masa pers maka dari itu tak heran bila buku Jungkir Balik Pers yang ia tulis memuat banyak berita seputar perkembangan, masalah, perbandingan media masa pers dari masa ke masa secara padat.

Sebagai pelaku pers tulisan Nasihin Masha ini merupakan analisis pers yang sangat baik, membaca buku ini sama halnya dengan membaca memori lama tentang pers dari seorang jurnalis senior secara nyata dan benar apa adanya, membingkai setiap peristiwa mengenai peradaban pers yang sangat mudah untuk dipahami. Nasihin Masha dalam bukunya ini mencoba untuk membuka prespektif luas secara kompleks dalam memandang bagaimana pers itu ada dan bekerja. Pers bukan hanya sebuah tulisan dan pengkulik berita, ada macam-macam pergulatan secara tidak lansung di dalam pers.

Karya tulis Nasihin Masha merupakan buku yang ringan dibaca namun memiliki cerita yang sarat akan pengetahuan. Jungkir Balik Pers mendapatkan banyak apresiasi dan tanggapan positif dari tokoh-tokoh terkenal Indonesai seperti Rikard Bagun, Mantan Pemred Kompas dan Anggota Dewan Pengarah  BPIP yang mengatakan bahwa “ Kajian kang Nasihin Masha dalam buku ini menggambarkan kompleksitas persoalan yang dihadapi dunia pers di tengah terjangan keras arus perubahan yang begitu cepat. Sebagai salah satu personifikasi dunia pers Indonesia, Kang Nasihin Menyingkapkan optimisme bagaimana tantangan diubah menjadi peluang oleh kalangan media di era post truth dan disrupsi digital”. Apresiasi dan tanggapan positif juga datang dari Zaim Uchrowi (Penulis dan pegiat peradaban), Ilham Bintang (Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat san pemilik  Cek & Ricek), Profesor Azyumardi Azra (CBE, Sejarawan dan Intelektual Publik), Karnis Ilyas (Pemred TV One, Mantan Wartawan Suara Karya majalah Tempo, dan Majalah Forum Keadilan ) dan Dr. Nasir Tamara, (MA, M.Sc, Ketua Umum SATUPENA). Semua apresiasi itu dituangkan di dalam buku ini pada halaman pertama begitu buku ini di buka.

Buku ini ini menceritakan bahwa ada realitas kehidupan dalam media yang terdapat ketimpangan dan dominasi didalam dunia pers terutama perbandingan eksistensi pers dizaman dahulu dan saat ini. Buku yang terdiri dari tiga bab ini lebih daripada sekadar catatan jurnalistik, tetapi juga mengungkapkan banyak aspek dinamikka perubahan dalam kehidupan pers yang tidak banyak orang umum mengetahuinya. Oleh karena itu karya ini menjadi cerita perjalanan sejarah pers yang sangat menarik untuk dibaca oleh semua kalangan saat ini yang dalam keseharian tidak lepas dari media pers.

Sudah sejak lama pers mempertahankan keberadaanya dan  kebebasanya disamping adanya upaya untuk merevisi UU pers dan mengontrol pers. Dalam perjalanannya sering kali anggota wartawan dan jurnalis dari media  pers diintimidasi dan mendapatkan kekerasan saat mencari berita, bahkan sering terjadi pengaduan atas pemberitaan yang dilakukan oleh anggota pers. Namun itu semua tidak menggoyahkan kekukuhan pers dalam mempertahankan keberadaanya. Perjalanan pers kemudian berlanjut kedalam persaingan penyajian antara media cetak dan media Televisi. Tentunya di era modern dan banyak terpengaruh oleh globalisasi banyak hal yang berubah terutama dalam media pers. Media cetak mulai dilupakan dan bahkan dalam produksinya medai cetak mengalami penurunan, media pers koran harian mapun koran mingguan mulai mengurangi jumlah halaman dan bahkan beberapa media pers menutup media mereka seperti Pikiran Rakyat Mingguan (RPM) yang mengumumkan mereka menutup terbitan koran mereka pada Minggu, 15 Maret 2020. Beralih pada media pers televisi yang dimana kuatnya pemodal yang menjual beli stasiun televisi seperti menjual beli berita sampai pada permasalahan hadirnya medai online yang seakan merampas eksistensi medai cetak dan televisi kini dengan mudah apapun bisa diambil alih oleh media online, seperti hadirnya youtube yang dengan mudah mentransfer berita dari media televisi kemudian ditayangkan ulang pada youtube. Meskpun multimedia mempermudah dan mempercepat penyampaina berita tetapi sebuah riset dari The Pew Center for the People and the Press, lembaga riset dari Amerika Serikat itu mengambarkan keunggulan dari medai cetak khususnya koran. Ia mendapati bahwa 95 persen info di media sosial, media internet, media radio dan televisi berasal dari medai cetak yaitu koran. New media hanya mentransfer atau mengemas ulang berita di old media.  Membuat media cetak dan televisi kehilangan peminat karena kepraktisan media online karena bisa diakses di mana pun. Kebebasan dalam pers seringkali mendapat tuduhan atas kabinet yang gaduh. Seringkali pers dianggap melebih-lebihkan berita padahal pers sendiri memiliki aturan dalam penyajian berita. Dalam 21 perjalanan salah satu media pers indonesia adalah republika mengalami banyak hal yang menjadikan republika tetap dalam tujuan untuk mengahdirkan berita takan pernah hilang. Sebagaimana perkataan David S. Broder yang merupakan seorang wartawan “ Sebagai wartaan, tanggung jawab kita adalah kepada pembaca. Segala yang kita ketahui, atau pikiran, pertama-tama adalah milik pembaca. Bukan milik seorang politikus yang kebetulan seorang teman” ke-eksistentian Republika tetap terjaga hingga tahun perjalan ke 23 hingga saatnya Republika menjadi Signature Media.

 

KELEBIHAN BUKU

Buku Jungkir Balik Pers dihadirkan dalam penulisan yang ringan, mudah dipahami dan dimuat kedalam topik-topik yang sarat akan berita secara jelas menggambarkan informasi seputar media pers ini sangat menarik untuk dibaca, sekali pun pembaca bukanlah dari aktivis media yang berfokus pada media-medai pers namun buku ini mampu membuat pembaca awam dapat memahami perkembangan pers yang ada dan bagaimana media pers yang tidak pernah terlepas dari kehidupan sehari hari ini berkembang. Kemudian adanya data faktual yang terdapat dalam buku ini memperkuat analis sehingga menyajikan analisis mendalam membuat buku ini menjadi informasi yang kompleks.

 

KEKURANGAN BUKU

Kurangnya Koherensi dalam buku karena buku ini merupakan kumpulan tulisan sehingga sub bab kurang koherensi.

 

Info Buku

JUDUL BUKU : JUNGKIR BALIK PERS

PENGARANG : NASIHIN MASHA

PENERBIT : REPUBLIKA PENERBIT (PT. pustaka Abadi Bangsa)

TAHUN TERBIT : SEPTEMBER, 2020

CETAKAN : 1 (Pertama)

TEBAL BUKU : xxi + 187 Hlm ; 21 cm

Resensi: Jungkir Balik Pers Resensi: Jungkir Balik Pers Reviewed by takanta on Juli 04, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar