Maafkan Bunda, Kaka



Oleh: Lailatul Fajriah*

28 Maret 2021, seorang bayi laki-laki terlahir dari rahimku. Azkara Lafmi Abqori atau biasa aku panggil Kaka. Ia lahir melalui persalinan normal, dibantu oleh Bidan Delis. Dua hari sebelumnya, aku mengalami kontraksi yang begitu dahsyat. Sakit sekali rasanya, sehingga tak bisa diungkapkan.

Inilah perjuangan menjadi seorang ibu. Mulai dari mengandung, melahirkan, menyusui, merawat dan mendidik. Rasanya masih seperti mimpi bisa menjadi seorang ibu. Bayangkan saja, satu bulan setelah menikah aku sudah mulai mual dan pusing. Tak disangka aku dinyatakan hamil oleh Bu Bidan. Rasanya belum siap jika harus menjadi seorang ibu. Walaupun usiaku sudah sangat matang jika menjadi seorang ibu. Dalam anganku, setelah menikah ingin berpacaran terlebih dahulu bersama suami. Urusan anak nanti akan diprogramkan. Namun Allah berkehendak lain. Dititipkanlah janin di dalam rahimku. Aku benar-benar tidak siap jika harus menjadi seorang ibu, namun suamiku begitu bahagia ketika mengetahui diriku hamil.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai menikmati kehamilan ini. Rasa mual dan pusing sudah menjadi hal biasa. Aku tidak memanjakan diri ketika hamil. Aku tetap makan dengan enak dan beraktivitas seperti biasa. Namun tetap menjaga keselamatanku dan calon bayi. Makanan selalu yang bergizi, susu tidak pernah lupa dan super aktif mencari informasi kehamilan baik bertanya kepada teman atau browsing internet.

Selanjutnya Kaka mulai hadir dalam kehidupan dan keluargaku. Ia adalah bayi tampan, sangat lucu. Sebagai seorang ibu baru, aku selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk Kaka. Termasuk memberikan ASI untuknya. Awal melahirkan ASIku kurang lancar, maka dibantulah dengan susu formula untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi Kaka. Tiga hari setelah melahirkan akhirnya ASIku keluar. Cukup banyak ASI yang aku produksi. Selain langsung disusukan kepada Kaka, aku juga memompa ASI tersebut. Kaka adalah anak laki-laki yang gemar sekali minum susu. Aku mulai kewalahan untuk memberikan ASI secara langsung kepadanya. Akhirnya aku dan suami memutuskan untuk dibantu dengan susu formula. Aku juga ingin membiasakan Kaka untuk minum susu lewat botol. Karena aku adalah ibu yang bekerja.

Setiap hari aku mulai kurang tidur. Setiap malam Kaka bangun, aku pun harus ikut bangun. Semenjak memiliki Kaka, jam tidurku mulai tidak teratur. Untung saja aku mendapatkan cuti selama tiga bulan dan ada suami yang selalu siap membantu. Jadi bisa fokus untuk mengurus Kaka. Melihat tumbuh kembangnya selama tiga bulan.

Kaka ini adalah anak yang membawa rezeki untuk ibunya. Di saat hamil Kaka, aku mengikuti tes CPNS. Tak disangka aku mendapat nilai tertinggi dan berhak mengisi formasi di tempat yang aku pilih. Sungguh luar biasa Kaka ini. Makhluk kecil yang dititipkan Allah untuk dirawat dan dididik.

Tiga bulan berlalu, cutiku sudah habis. Aku untuk kembali bekerja. Rasanya berat sekali untuk meninggalkan Kaka di rumah. Walaupun di rumah ada Akung dan Uti yang siap menjaga. Awal beraktivitas kembali, sejak Subuh aku mulai memompa ASI. Rasanya stres harus meninggalkan Kaka. Akhirnya ASIku hanya keluar sedikit. Lalu aku letakkan di botol. Tak disangka suamiku mencuci botol berisi ASI tersebut. Dia tidak tahu bahwa botol itu isinya ASI. Karena memang tidak sebanyak biasanya aku memompa ASI. Setelah mengetahui botol itu sudah bersih, aku bertanya kepada suami.

"Ayah, mana ASI yang ada di botol itu? Apa jangan-jangan Ayah sudah buang dan mencuci botolnya?"kataku.

"Maaf Bunda, botol yang ada di sini? Iya Ayah buang susunya dan Ayah cuci", Jawab suamiku.

"Ayah gak tahu ya, itu isinya ASIP yang Bunda pompa mulai Subuh tadi. Kok dibuang sih?"

Aku sambil menangis.

"Maaf, Ayah gak tahu Bunda. Kalau itu isinya ASI. Ayah kira itu sisa susu formula yang gak habis tadi malam," jawab suamiku.

Akhirnya aku menangis, aku takut Kaka kekurangan nutrisi ketika ditinggal untuk bekerja. Jika ada orang yang bertanya, kenapa gak nyetok jauh-jauh hari ASIPnya. Kan gak bakal khawatir kalau anaknya ditinggal kerja. Setiap ibu punya cara sendiri dalam merawat anaknya. Termasuk memberikan ASI. Kulkas di rumahku adalah kulkas keluarga yang isinya bahan makanan, makanan sisa, atau sayur-mayur, dan lain-lain. Sehingga aku memang tidak nyetok ASIP di kulkas. Karena jika kita ingin menyetok ASIP harus memiliki kulkas khusus.

Seiring berjalannya waktu, Kaka mulai terbiasa ketika ditinggal bekerja. Ada Akung dan Uti yang selalu menjaga Kaka dengan penuh kasih sayang. Maklumlah, Kaka adalah cucu pertama dari anak tunggalnya. Jadi sangat wajar, jika Akung dan Uti begitu menyayanginya. Setiap hari Senin hingga Sabtu, Kaka sudah biasa ditinggal kerja olehku. Ketika datang sekolah, aku langsung memberinya ASI. Lelah memang, menjadi ibu sekaligus wanita karir. Namun aku tetap bahagia, karena adanya Kaka di dalam kehidupanku.

Maafkan Bunda , Nak, karena Bunda belum bisa menjadi ibu yang baik untuk Kaka. Namun, Bunda tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk Kaka. Bunda berharap ketika Kaka sudah besar nanti, Kaka bangga memiliki ibu seperti Bunda. Kaka tahu betapa besarnya pengorbanan dan kasih sayang yang telah Bunda berikan. Semoga Kaka sehat selalu dan menjadi anak yang membanggakan. Ayah, Bunda, Akung dan Uti sayang Kaka. Terima kasih sudah hadir di dalam kehidupan kami.

 

 

*) Seorang ibu dan guru di SDN Ramban Kulon 3, Cermee, Bondowoso.


Maafkan Bunda, Kaka    Maafkan Bunda, Kaka Reviewed by Redaksi on November 10, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar