Ali Gardy Bertiga: Tirakat Bunyi


Dari kiri; Dias Pribadi, Refani dan Ali Gardy

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا  - إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al Insyirah ayat 5-6)
Oleh: Moh. Imron
Pada tanggal 13 Juli 2020 Ali Gardy merilis lagu terbaru di kanal youtube-nya berjudul “Kita Bisa”. Esoknya, Ali mengabari melalui whatsapp tentang lagu itu. Saya hanya menyimak sekilas. Kemudian pada kesempatan lain, saya memilih menemui Ali Gardy. Jarang sekali saya kumpul bareng, berbeda sekali ketika masih berproses di Rumah Baca Damar Aksara—masa-masa semangat berkarya dan diiringi kegalauan urusan asmara. Barangkali dengan ngopi bareng ada sesuatu yang bisa saya unduh, baik informasi seni, wacana, atau apa saja tentang Situbondo yang berkaitan dengan dunia kreatif.
Di sebuah kantin, barat lapangan tenis—barat stadion—masih sepi. Hanya terdengar suara lalu-lalang kendaraan. Jam 9 pagi, saya sudah di sana, memesan kopi. Tak lama kemudian Farhan datang, disusul Ali Gardy, Tapukilap. Kami ngobrol-ngobrol ringan.
“Selamat, Ron. Kamu sudah naik kasta,” kata Ali sembari tertawa dan gelagat khasnya. Saya pun tertawa. Mengingat saya sudah menikah. Ia tidak akan lagi usil seperti dulu. Kalau kalian jomblo atau gak punya pasangan, jangan dekat-dekat sama Ali. Bahaya.
Tapukilap menyalakan kretek, Ali pun begitu, tentu saja saya juga menyalakan kretek. Kecuali Farhan. Ia terbiasa suka la-nyala alias usil baik langsung atau melalui whatsapp.
Farhan mengawali perbincangan soal proses kreatif lagu terbaru Ali Gardy. Beberapa kawan Ali kala itu nyiptain lagu-lagu tentang covid-19. Kemudian Ali juga melakukan hal yang sama. Mulanya ia membuat instrumental saja. Setelah ada kompetisi, ia kembangkan lagi dan diikutsertakan lomba. Melalui lagu ini Ali Gardy mencoba merefleksi kondisi saat ini; wabah penyakit korona. Ia berkolaborasi dengan sepasang suami istri—Dias Pribadi dan Refani —dengan alat musik seperti sasando, karmawigangga, gitar, suling, kulintang, peking dengan latar musik nusantara.
“Di masa pandemi ini, pola pikir kita sedang diuji. Kita mencoba berpikir apa yang bisa kita kerjakan. Kata istilah Madura Ghângghu’. Kata Ali.
Dalam lagu tersebut diawali dengan lirik; ‘Semua pasti berlalu, badai ini kan berlau’. Tentu kita semua juga yakin bahwa fase kesusahan dalam kondisi pandemi ini pasti akan berlalu. Tapi sampai kapan? Dalam kondisi ini bagi seniman dituntut untuk tetap kreatif, juga bisa mengekspresikan keadaan selama pandemic melalui musik, gerak, dan visual sesuai pengalamannya.
Kemudian dalam lirik selanjutnya; Tuhan segarkan bumiku, dengan ujian yang menyedihkan. Tempat ramai menjadi sepi, ruang gaduh menjadi bisu’.
Adanya kebijakan pemerintah tentang pembatasan interaksi atau physical distancing menyebabkan kegiatan dan pekerjaan seniman banyak dicancel atau bisa jadi sepi tanggapan. Yang paling parah bagi khalayak umum wabah penyakit korona menyebabkan ribuah nyawa menghilang, beberapa orang kehilangan pekerjaan, belum lagi di sektor pendidikan dan masih banyak lainnya. Dampak positif seperti yang dilansir dari laman kompas bahwa perbaikan lapisan ozon. Peningkatan populasi satwa liar mulai tampak sejak pandemi virus korona berlangsung hal ini disebabkan karena berkurangnya aktivitas berkemah, berwisata dan ketidak hadiran manusia di habitat alami.
Puthut EA mengatakan di era new normal perlu meningkatkan cara pendang baru bahwa jika kita serakah dan gegabah terhadap alam, alam akan memberi kita hukuman. Pemerintah juga perlu merenung dan mengakui bahwa kita bangsa Indonesia, selama ini ikut serta bersama bangsa-bangsa lain, mengeksploitasi alam secara berlebihan. Pemerintah harus menjadi pelopor untuk berusaha bersama agar perusakan alam segera dihentikan. Setelah itu diikuti dengan sekian aturan baru yang lebih ketat, yang terutama berurusan dengan tambang, pertanian homogen skala luas, pemakaian bahan bakar fosil yang masif, dll.
Lirik berikutnya; ‘Yang kaya membantu, yang miskin berjuang. Mengais doa untuk keluarga. Ini ujian kita bersama, sebagai manusia hidup di dunia’.
Meskipun pemerintah saat ini telah menggelontorkan banyak bantuan, kita juga harus melakukan hal yang bisa memutus rantai penyebaran virus korona. Mengikuti anjuran pemerintah; memakai masker, jaga jarak, cuci tangan dll. Atau membantu mereka yang benar-benar membutuhkan sesuai dengan kemampuan baik materi, tenaga, dan pikiran.
Secara keseluruhan dalam lagu ini Ali membaca fenomena korona sebagai ujian sekaligus teguran bagi kita.
#berjuangbersama #kitabisa #dirumahsaja  #renungibersama #asaljanganmelamunbersama

Biodata:
Moh. Imron, lahir dan tinggal di Situbondo. Instagram; @moh.imron89.


Ali Gardy Bertiga: Tirakat Bunyi Ali Gardy Bertiga: Tirakat Bunyi Reviewed by Redaksi on Juli 28, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar