Puisi - Nostalgia Bangunan Tua karya Ahmad Syauqil Ulum


Nostalgia Bangunan Tua
Ketika hujan tiba...
Ribuan titik airnya menggenangi
Ruas jalan yang aku tapaki bahkan
Kain katun yang aku kenakan,
Kini sehelai pun sulit mengeringnya
Waktu terus berjalan mengikuti
Detik jam yang berputar ratusan kali
Hujan mulai mereda, tanda terang
Namun air itu masih saja menelan mata kakiku
Di tepi jalan, terpatri gerombolan semut menggotong secuil
sisa kue basi yang tak bertuan
Berlalu , semakin jauh ku melangkah
hanya untuk menelaah kertas kuning
berukiran tulisan negeri kiblatku
Merangkak dan merangkak demi menggapai mimpiku
Sebulan silam, ku meraih mimpiku
Peluh, sakit, perjuangan, telah terukir dalam
Kisah perjalanan ilmiah ini, di atas bangunan tua
Kebanggaan bumi kota santri tepi deruan air samudra
batu besar, tiupan angin senantiasa menghadang
Kobaran api  gairah dalam tubuhku
Satu, dua, mampu ku taklukkan
Sembari demikian,
Dua insan di balik tabir putih, selalu menengadahkan tangan
Hingga tak lupa berlalunya waktu siang hinga bertemu malam kembali..
Tangisan mereka berlomba hanya tuk
Buah hati, generasi cemerlang kelak
Sebagai pedoman seluruh umat
Bergulirnya waktu menderas saja
Tanpa ada pertahanan berdiri gagah
Setiap pagi, bergejolak hendak merubah begitu cepat
Jadi malam hari yang kelam.
Kisah ini, semisal wujud gelombang
Ada di bawah,  pula ada di atas
Pagi. Terlihat indah dengan cahaya kemayunya
Warna hijau pada daun, menghiasi setiap langkah ku
Tirai hujan kini kembali membasahi halaman
Dimana bangunan tua yang kokoh meskipun telah
Termakan kerasnya masa..
Selamat jalan bangunan tua
Inilah nostalgia
___
Ibarat Kopi Hitam
Cerita malam berangkat pada cahaya gelapnya.
Lampu remang di pinggiran trotoar itu
Menemani alur kisah isi dunia yang ada
Hitamnya malam dicelah pohon karet
Tak sehitam cerita antara aku, kamu, kawan
kencangnya desiran angin malam
Tak seperti seteguk kopi dikepalan jemari aku, kamu, kawan
Sungguh manis nan mengikat tali rangkulan teman
Secangkir kopi hitam
Warna hitam, menemani status ramahnya
Secangkir kopi hitam
Warna hitam, seperti nilai ikatan aku, kamu, kawan semakin antik
Melekat jadi satu, Mustahil tuk mereka tawar
Kokohnya tangan kanan cangkir itu,
Seperti genggaman kuat kemestri antara aku, kamu, kawan..
Bila bintang hilang ditelan siang hari
Maka secangkir kopi ada setiap waktu
Bila polisi berlindung kenakan senjata
Maka kita berlindung kenakan rajutan benang dambaan Umat sedunia.
Bila mentari ada untuk pagi,
Maka kita ada membela panji Islam
Sebutlah kami, pemudi kaum hijabers bumi salafi

Selalu Ada
Kini, tangisan menjelma canda tawa
Itu pun karena mereka
Kini, pilu jadi senyuman, karena mereka berikan
Untuk seorang insan yang menodai
 kehidupannya
Mereka bukan batu
Yang hanya diam tak bernyawa
Mereka bukan kelopak bunga
Yang terbuka demi keanggunannya
Mereka bukan roda
Yang berotasi pada porosnya
Tapi,
Di saat terjatuh, mereka meraba hati
Di saat bahagia, mereka perfect
Di saat duka, mereka malah easy going
Kini, laikkah kalimat terima kasih dituturkan
Oleh lisan insan yang
mengotori perangkat hidup mereka.
Namun, rasa pilu bah kecewa
Telah abaikan pula
Kisah duka berubah suka
 Sebab mereka
Pengisi hidup, bukan patung, batu namun
Mereka pelita, teman dan doa keramat
____
Oleh : Ahmad Syauqil Ulum,
Perindupena24@gmail.com
Puisi - Nostalgia Bangunan Tua karya Ahmad Syauqil Ulum Puisi - Nostalgia Bangunan Tua karya Ahmad Syauqil Ulum Reviewed by takanta on Januari 07, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar