Cerpen : Kisah Cinta Adam Hawa Karya Agus Hiplunudin



PROLOG
Suatu hari nanti engkau pasti akan mati. Dimana ruh pergi meninggalkan jasad, dan ruh itu pergi ke alam abadi. Sesampainya di sana engkau pasti kan terkesima sebab mata telanjang engkau melihat tempat yang tak pernah kau sua di dunia. Ruh engkau berdiri di sebuah taman, lalu mata telanjang engkau melihat aliran air terpancar amat jernihnya dari tujuh sisi. Buah-buahan dan makanan-makanan lezat di dalam cawan, pring, dan gelas mutaira hitam dan putih terhidang dengan sendirinya di atas meja batu mulia safir dan jamrud, seketika mulut engkau’kan terus-menerus bergumam memuji kemaha-kuasaan Tuhan. Bila engkau laki-laki ketika engkau merebahkan diri di dipan bertilamkan emas intan berlian, engkau akan dipengantinkan dengan beberapa bidadari yakni gadis belia cantik rupawan tak terkirakan, engkau boleh bercinta dengan mereka sekehadak hati engkau. Dan bila engkau perempuan, maka engkau akan menjadi sang ratu paling cantik dan berbahagia. Taman itu di sebut taman surga. Dan taman surga itu tak lain adalah tempat asal engkau. Engkau berasal dari sana dan akan kembali ke sana.
©©©

Api bergemuruh, bergelegak, panasnya tak terukur oleh apapun, Tuhan tersenyum dengan segala kebijaksanaannya, ia ingat pada rencana-Nya yang hendak menciptakan malaikat yakni jenis makhluk yang tak memiliki naluri nafsu, dan tentunya kelak para malaikat itu’kan membutuhkan pengasuh di taman surga, atas kehendak-Nya, api itu berubah buih, kemudian membentuk pola yang rumit, dan menjelma menjadi sosok bertubuh kekar, berwarna merah bergemilau, senyumnya tegas, bicaranya menggelegar, dan sorot matanya bening tajam makhluk itu disebut Syeteton.
©©©
Bias cahaya benderang tiada tara, di taman surga sepi lengang tiada terdengar suara mahluk bercengkrama. Tuhan dengan segala kuasaan-Nya, bias cahaya itu dibentuk sebuah buih, kemudian buih itu menjelma menjadi makhluk bersayap indah yang disebut malaikat, dengan gesitnya malaikat-malaikat terbang kian kemari, berputar-putar mengelilingi taman surga menambah indah fanorama.
©©©
Beberapa tahun kemudian dalam ukuran waktu dimensi Tuhan, para malaikat dan anak keturunan Syeton hidup rukun bahagia di taman surga. Para Syeton mengasihi para malaikat, begitu pula para malaikat amat mengasihi dan menghormati para Syeton, sebab Syeton ditugasi Tuhan sebagai penjaga taman surga, sedangkan para malaikat hanya mengisi dan bersujud saja disana sesuai titah sang Tuhan.
Beribu-ribu tahun lamanya para Syeton dan para malaikat mengisi taman surga, mereka tiada henti beribadah pada-Nya. Apapun yang dititahkan-Nya pada mereka, jangankan menentang membantah pun tak pernah.  Tuhan pun mencintai dan mengasihi mereka, sebagaimana mereka mentaati Tuhannya.
©©©
Angin semilir mengelus pepohonan dan aneka bebungaan di taman surga. Burung-burung saling berkejaran hinggap dari suatu dahan ke dahan lainnya sambil bersiul dengan merdunya. Pasang kupu-kupu bersayap warna warni tampak asyik bermesraan pada sebuah kuntum. Pasang kumbang berpunggung kuning dan bersayap hitam terbang menghinggapi mahkota mawar. Suasana kian lengang, hanya para malaikat dan Syeton yang tampak sedang bersujud brebaris bersap menyembah Tuhan.
Hingga suatu hari, hingar bingar terjadi, sebuah desas desus bocor dari langit, bahwa sang Tuhan hendak menciptakan jenis makhluk baru, yang nantinya akan mendiami tanam surga disatukan dengan para Syeton dan malaikat. Dan kabar itu merisaukan para Syeton dan malaikat.
Dengan sembah sujud malaikat menghadap Tuhan;
“Tuhanku apakah benar Engkau hendak menciptakan makhluk jenis baru?” tanya malaikat.
“Ia, benar malaikat-Ku,” jawab Tuhan
“Bolehkah hamba tahu sejenis apa makhluk baru ciptaan-Mu itu?”
“Makluk itu jenis makhluk yang berpikir, yang Kunamai Adam.”
“Tuhanku, aku kuatir Adam membuat suatu kerusakan.”
“Wahai malaikat, Aku lebih tahu daripada kamu.”
Kemudian malaikat itu terdiam, ia bersujud dan beringsut meninggalkan sang Tuhan.
Kini giliran Syeton yang menghadap;
“Tuhanku apakah benar Kau akan menciptakan Adam?” tanya Syeton itu barangkali ia telah tahu nama makhluk jenis baru yang akan diciptakan Tuhan dari malaikat yang bertanya tadi.
“Benar Syeton-Ku?”
Saling diam sesaat, Syeton sebagai makhluk paling senior di taman surga, hatinya barangkali ketakutan, ia kuatir makhluk jenis baru ini akan lebih disayangi Tuahan. Namun, Tuhan dengan segala kebijaksanaannya, malah menyuruh Syeton yang menghadap-Nya agar kembali ke taman surga dan mengasuh para malaikat di sana, Syeton pun tanpa membantah ia langsung mentaati titah sang Tuhan.
Hingga tibalah masanya, Tuhan Yang Maha Kuasa menciptakan makhluk jenis baru itu. Awalnya tanah lumpur hitam berbau, kemudian berubah menjadi segumpal darah, lalu terbungkus kulit amat lembutnya, dan membentuk sebuah jalinan kerangka yang khas dengan bentuk yang menakjubkan. Makhlus jenis baru itu tergolek, dua kaki dan tangannya lunglai, matanya terpejam, dan dadanya tampak tak berdenyut. Lalu Tuhan meniupkan ruh padanya, berlahan tubuhnya bangkit, serta merta bersujud pada Tuhan.
“Siapakah aku?” tanya makhluk jenis baru itu.
“Engkau annas manusia.”
“Aku manusia?” makhluk jenis baru itu nampak bingung sambil mengamati tubuhnya sendiri.
“Apakah manusia itu?” tanya makhluk jenis baru itu kembali bertanya.
“Manusia adalah makhluk yang berpikir. Dan kau Ku-beri nama Adam.”
Bila Syeton dan malaikat selalu mentaati Tuhan tanpa banyak tanya, namun makhluk jenis baru yang disebut manusia itu, bertanya dan terus bertanya.
Kemudian Tuhan membawa Adam ke taman surga. Bukan main terpukaunya Adam melihat keindahannya, tampak ia menyentuh segala benda yang dilihatnya, menyicipi aneka makanan lezat yang terhidang serta mencicipi segala buah-buahan yang tumbuh di dalamnya. Para Syeton dan malaikat hanya bengong menyaksikan kepongahan makhluk jenis baru itu.
Tuhan kemudian menyuruh para malaikat tuk bersujud pada Adam, awalnya mereka ragu, namun mereka yakin titah Tuhan bukanlah titah yang sembarangan, para malaikat pun sujud bersimpuh di kaki Adam.
Setelah seluruh malaikat bersujud, kini giliran bangsa Syeton tuk bersujud di kaki Adam, namun Syeton tidak seperti halnya para malaikat, mereka meminta alasan pada Tuhan kenapa harus bersujud padanya, padahal ia makhluk paling akhir diciptakan Tuhan, tambah pula Adam hanya diciptakan dari tanah lumpur yang hina, sedangkan dirinya diciptakan dari api yang menyala, lebih unggul dan lebih mulya demikian menurut mereka.
“Para Syeton apakah kalian perlu bukti, bahwa kalian layak bersujud di kaki Adam?” tanya Tuhan pada segenap Syeton.
“Ia Tuhanku,” jawab para Syeton serentak.
Kemudian Tuhan menyuruh pada bangsa Syeton tuk menyebutkan nama-nama benda yang ada di dalam taman surga. Namun, bangsa Syeton tak ada yang mampu menyebutkannya. Kemudian Tuhan menyuruh Adam menyebutkan satu-persatu nama-nama benda di dalam taman surga itu, dan serta merta Adam menyebutkannya, membuat terperangah bangsa Syeton.
“Itulah salah satu buktinya, bahwa kalian bangsa Syeton layak bersujud pada Adam,” kata Tuhan.
Syeton memang keras kepala, sifat hasad iri menyelimuti hatinya. Syeton menganggap diri lebih mulya dari pada manusia. Membuat Tuhan kian murka.
“Wahai kalian para Syeton yang membangkang, mulai saat ini kalian Ku-sebut iblis ablasa yang artinya makhluk yang berputus asa atas rahmat-Ku, dan mulai saat ini juga iblis tak lagi berhak hidup di dalam surga-Ku. Bukan hanya saat ini, melainkan untuk selama-lamanya, kau makhluk terkutuk, dan kelak akan masuk ke dalam api neraka tuk selama-lamanya,” bentak Tuhan.
Serta merta iblis bersujud pada Tuhan. Kemudian bangkit kembali dari sujudnya, bentuk dan rupa iblis sewaktu masih Syeton elok dan menawan kemudian berubah menyeramkan, matanya kian menyala, gigi-gigi taringnya tumbuh memenjang, dua tanduk yang tumbuh di kepalanya pun ikut memanjang pula, dan dari pinggulnya muncul ekor panjang.
“Baik Tuhanku, aku memang pantas terusir dari surga, namun Syetonkan aku tuk menggoda Adam dan keturunannya, supaya mereka menjadi pembangkang pada-Mu, dan kelak menemaniku, di dalam keabadian panasnya api neraka,” pinta sang iblis sambil merundukan wajahnya yang merah dan menyala, api menjulur-julur keluar dari kedua kupingnya yang lebar dan berbulu itu.
“Baiklah iblis terkutuk, keluarlah dari surga-Ku sekarang juga, dan Ku-perkenankan permintaanmu itu,” gelegar suara Tuhan menggoncangkan alam semesta.
Setelah bersujud menyembah Tuhan, iblis melesat ke luar dari taman surga, ia mengitari jagat raya, merenung dan berpikir di atas rasi bintang-bintang, dalam benaknya bagaimana caranya agar Adam di kutuk Tuhan seperti halnya dirinya.
©©©
Adam nampak menikmati kehidupan mewah dan serba ada di taman surga, ditemani ribuan malaikat yang menjadi hamba sahayanya. Apapun yang dipinta Adam selalu ada, segala yang diingkannya selalu terwujud, terkabul tak perlu menunggu lama.
Pada suatu sejna yang jelita, tampak matahari kembar hampir susut tertelan langit surga, sinar lembayung berbauran dengan sinar lainnya, membetuk guratan-guratan panca warna yang menawan, dan karennya melegakan hati siapa saja yang melihatnya.
Tak seperti biasanya wajah Adam menghitam seperti kertas buram, sorot pasang matanya memudar tak lagi membiaskan gemilau kegembiraan, ia dirum-rum kesediahan, kepiluan dan kesepian, para malaikat yang menghibur dirinya tak lagi mempu memberikan kegembiraan padanya, Adam dilanda gundah gulana tak berketepian. Karena kemurungannya, taman surga pun ikut-ikutan murung. Dan itu terjadi pada setiap harinya, kala siang dan malam tak berkesudahan.
Iblis datang menyamar menjadi ular, menghibur Adam agar ceria kembali, selanjutnya menggodanya tuk membangkang pada Tuhan, namun Adam kuat iman, ular yang tak lain jelmaan dari ibilis itu ditendangnya, hingga kembali kebentuk semula, serta merta datang dua sosok malaikat, menjewer kupung sang iblis, dan melemparkannya keluar dari taman surga. Sang iblis meraung kupingnya memar abu-abu karena kena jeweran.
Tuhan pun datang bertandang menemui Adam, Tuhan dengan segala kemaha tahuannya sesungguhnya Ia mengetahui penyebab kemurungan makhluk kesayangannya itu.
“Adam apa yang kau murungkan?” tanya Tuhan basa-basi, barangkali Tuhan hendak menguji kecerdasan analisa makhluknya yang satu ini.
“Aku kesepian Tuhan, para malaikat tak lagi mampu menghibur diriku, keindahan taman surga tak lagi mampu membius keceriaanku. Tuhanku, barangkali aku memerlukan makhluk lain yang sejenis denganku,” jawab Adam dengan mantap dan pasti.
Tuhan sumringah, barangkali Ia merasa puas dengan ketajaman pemahaman makhluk ciptaannya itu.
“Terjadilah kata-Ku, maka terjadilah ia. Adam, akan Kuciptakan dari tulang rusukmu, sesosok makhluk seperti dirimu,” kata Tuhan dan seketika menghilang.    Adam terperangah, ketika dengan tiba-tiba sesosok makhluk tergolek di depannya.
“Adam dia yang akan menemanimu di taman surga, ia perempuan, Kuberi nama Hawa,” kata suara tanpa wujud, dan Adam tak silap bahwa suara itu suara Tuhannya.
Semenjak kehadiran Hawa, Adam tak lagi murung, ia kembali ceria, dan taman surga pun kembali sumringah. Adam sering terkagum pada Hawa, sebab kecerdasan dan ketangkasannya, ia sangat piawai bernyanyi dan menari, mahir memintal sutra menjadi pakian, serta meracik buah-buahan menjadi aneka makanan dan minuman yang menyehatkan juga menyegarkan. Begitu pula dengan Hawa, ia merasa nyaman di dekat Adam, Hawa mengaku pada Adam bahwa ia tak dapat berpisah dengannya walau sekejap, begitu pula dengan Adam, ia pun berterusterang tak sanggup bila sejenak saja tanpa kehadirannya.
Iblis kembali datang menyelundup ke dalam surga, membujuk Adam dan Hawa supaya ingkar pada Tuhan, namun Adam dan Hawa tak bergeming, dengan kecepatan tak terkirakan pantat iblis ditendang Adam, ibilis mengaduh kesakitan ekornya hampir patah, datang sesosok malaikat, menjitak jidat iblis dan melemparkannya ke luar. Iblis meraung kesakitan dan putus asa. Segala goda dan tipu dayanya tak pernah mempan terhadap Adam dan Hawa.
Tiada terasa beribu tahun lamanya Adam dan Hawa hidup bersama, bahagia di dalam taman surga. Hingga pada suatu waktu, Tuhan kembali bertandang, meletakan sebuah biji, kemudian berubah kecambah, kecambah itu tumbuh dengan cepat, meninggi, daunnya melebat hingga merindangi, berbuah bundar amat indah, nampak nikmat jika dimakan dan berjumlah banyak tak terkirakan. Adam dan Hawa amat takjub melihat pohon baru itu, mereka hendak memanjatnya serta mengambil buahnya, namun tiada disangka Tuhan melarangnya.
“Pohon ini Kunamai pohon qulbi. Bila kalian menyentuhnya apalagi hingga memakan buahnya, murkaKu akan menghancurkan kalian,” kata Tuhan dengan nada suara meninggi ditujukan pada Adam dan Hawa, setelah bicara demikian Tuhan kembali ke tempat bersemayamnya di Ars yang agung.
Iblis sorak sorai, ketika ia mengetahui di dalam taman surga ada sebuah pohon larangan yang disebut qulbi, muka iblis diliputi api membara menjulur-julur pertanda semangat juangnya kembali mengental dan meruah, tuk menyjerumuskan Adam dan Hawa ke dalam laknat dan murka Tuhan.
Barbagai carapun dilakukan oleh iblis tuk menggoda Adam dan Hawa agar tergelincir langkah hidup mereka dan mau menyentuh serta memakan buah qulbi, hingga suatu waktu iblis menyamar sebagai ulat, ia memakan buah qulbi dengan lahapnya, dan menyeru Adam dan Hawa supaya turut menikmati kelezatan buah itu. Namun, Adam dan Hawa tak tergoda sedikit pun, malah ulat jelmaan iblis itu dilempar gelas permata oleh Hawa, hingga ulat itu kembali ke wujud sejatinya, dan jatuh terpelanting, kepalanya membentur batu, hingga batok kepalanya retak, iblis mengaduh kesakitan, datang dua sosok malaikat kemudian malaikat yang paling besar tubuhnya menjewer kuping iblis dan melemparkannya ke luar. Iblis meraung penuh keprustasian, tangisannya menggetarkan semesta, hingga pelanet-pelanet nyaris bertubrukan karena pengaruh getaran dari kepurusasaan sang iblis.
©©©
Awalnya Hawa, ia merayu pada Adam supaya mengiSyetonkannya menyentuh pohon qulbi, namun Adam melarangnya penuh lembut dan Hawa pun menurutinya. Namun, dari hari ke hari. kerjaan Hawa tak lain merayu dan merayu Adam supaya dirinya diizinkan tuk menyentuh pohon qulbi, namun Adam seorang kukuh pendirian ia tak mengizinkan Hawa walau sekedar menyentuh dahannya.
Air yang menetes dari atas gua lama kelamaan akan memecahkan batu yang ditimpanya. Hari itu, kedua bilah pipi Hawa basah karena linangan air mata kesedihan, sebab tak diizinkan Adam walau sekedar menyentuh pohon qulbi itu. Bak air yang menitis tiada henti di dalam gua yang memecahkan batu yang ditimpanya, hati Adam kian lumer, merasa iba belas kasihan pada makhluk yang teramat dicintainya itu.
“Namun berjanjilah engkau padaku Hawa, bahwa engkau hanya menyentuh pohon qulbi itu tak lebih dari itu,” pinta Adam pada akhirnya.
“Aku berjanji kesatriaku, aku hanya ingin menyentuhnya, tak lebih dari itu,” kata Hawa dengan wajah sumringah, riang, gembira.
Berlahan namun pasti, tubuh hawa mendekat pada pohon larangan tersebut. Ketika Hawa tepat berada di depan pohon qulbi, ia berdiri mematung, memperhatikannya penuh takjub dari pangkal hingga pucuknya. Kemudian kedua telapak tangan Hawa disentuhkan pada pohon qulbi, ia memejamkan pasang matanya seakan suatu sensasi menjalari seluruh tubuhnya. Seperti kehilangan kesadaran, tubuh Hawa merangkak naik ke atas pohonnya, Adam terkejut, seraya mengeraskan suaranya, melarang kekasihnya mamanjat. Namun, larangan Adam seperti tak terdengar olehnya tak dihiraukan samasekali.
Adam membelalakan biji matanya, sebab serasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya, Hawa memetik dua butir, buah qulbi dan dimakannya tampa ragu, tampak pasang mata Hawa terpejam menikmati kemanisan dan kelezatan buah qulbi. Adam menangis. Adam meratap. Menyesali diri karena telah membolehkan mekhluk yang dikasihi dan dicintanya menyentuh pohon larangan itu.
Tiba-tiba Hawa tersadar sontak ia menjerit dan langsung menangis sebab telah berkehianat pada Adam makhluk yang dipujanya, dirinya bukan hanya menyentuh pohon qulbi, melainkan memetik dan memakan buahnya pula. Hawa pingsan dan Adam segera mengambil tindakan, ia naik ke atas pohon itu serta menggendong tubuh hawa dengan dua lengannya, membawanya ke bawah.
Tiba-tiba langit surga murung, kian lama kian mendung tak terkirakan, angin datang membadai kemudian hujan mengguntur diikuti kilatan halilintar dan suara pertir bertalu-talu memekakan telinga.
Adam meratap duduk bersimpuh di hadapan tubuh Hawa. Adam sadar bahwa Hawa telah melakukan dosa besar karena memakan dua butir buah qulbi yang dilarang keras oleh Tuhan.
Tiada lelah iblis kembali datang membisiki telinga Adam tuk menyjerumuskannya dalam kehinaan, namun Adam tak mempedulikannya, hingga tiba-tiba sebuah sambaran cambuk malaikat mengenai kepala botak ibilis, ia terpelanting tubuhnya hitam jadi arang, namun iblis tak akan pernah mati hingga kiamat tiba, lagi-lagi kuping iblis dijewer malaikat dan dilemparkan ke luar pelataran surga. Iblis merintih kesakitan tubuhnya gosong terbakar.
Adam meratap pilu penuh derita sebab bila hawa dimukai Tuhan, maka sudah menjadi sesuatau yang pasti Hawa akan di buang dari surga seperti halnya iblis terkutuk. Dengan keyakinan penuh Adam menghampiri pohon qulbi, memanjat ke atasnya dan memetik sebutir buahnya, lalu ditelan bulat-bulat.
Seluruh malaikat menangis, taman surga berguncang hebat, lidah api menjulur-julur dari langit hingga menyentuh jagat surgawi. Api neraka meluap-luap guruh suaranya amat dahsyat, seperti hendak melumat jagat semesta.
Tuhan turun dari Ars-Nya yang agung, memurkai Adam dan Hawa, dan mereka diusir dari taman surga, dibuang ke tempat entah berantah, tempat yang paling primitif dan jahiliah, tempat itu bernama bumi.
©©©
EPILOG
Akulah sang Adam yang rela meninggalkan keindahan taman surga demi cinta sejatiku pada sang Hawa. Aku memilih dimurkai Tuhan daripada harus berpisah dengannya. Dan kalian anak cucu keturunanku yang kini hidup di muka bumi, aku dan kekasihku menunggu kalian di taman surga. Jangan dengarkan bisikan iblis makhluk terkutuk itu, dengarkanlah suara Tuhan yang hidup dalam nurani kalian, bila kalian dapat mengikuti nurani kalian maka kalian akan hidup abadi bersamaku dan ibu moyang kalian. Salam cinta dariku dan dari ibu moyang kalian. Adam-Hawa.

Selesai
Batuputri, 17 Juli 2015   


 
BIODATA PENULIS
Agus Hiplunudin, Pria Kelahiran 1986, cerpennya telah dimuat diberbagai media massa, kumpulan cerpennya yang telah terbit di antarang; “Lelaki Paruh Baya yang Menikah dengan Maut diterbitkan Morfalingus dan Kumpulan Cerpen “Edelweis Merbabu yang Merindu”.

Cerpen : Kisah Cinta Adam Hawa Karya Agus Hiplunudin Cerpen : Kisah Cinta Adam Hawa Karya Agus Hiplunudin Reviewed by Redaksi on Maret 03, 2019 Rating: 5

Tidak ada komentar