Apacapa #3 Literasi Komunitas Situbondo


Oleh :  Mohammad Farhan
Sebuah diskusi bersama Puthut EA, Kepala Suku Mojok.co
Dua belas tahun lalu, Puthut EA pernah membayangkan sebuah komunitas bernama Klinik Buku EA (KBEA). Sebelum akhirnya KBEA benar-benar lahir pada 2015. Tidak ada yang tahu persis apa arti EA yang dimaksud Mas Puthut. Boleh jadi dua huruf itu merupakan nama yang diambil dari nama ayah dan ibu atau orang tua dari ayah dan ibu. Sebagaimana Megawati Soekarno Putri, Agus Harimurti Yudhoyono atau Hatta Halilintar. Nama yang terakhir kalau bisa abaikan saja. Karena Anda pasti sudah tahu dia bukan putranya Bung Hatta.
Soal nama, barangkali Mas Puthut merasa itu tidak terlalu penting-penting amat. Karena yang lebih penting adalah substansi dari sebuah nama. Dan KBEA lebih dari sekadar nama. Ia adalah rumah bersalin bagi Mas Puthut.
Banyak ide kreatif yang Mas Puthut lahirkan melalui KBEA. Terutama setelah KBEA berganti arti singkatan menjadi Komunitas Bahagia EA. Sejumlah kegiatan lahir dengan spirit literasi yang dikemas membahagiakan. Menyenangkan sekaligus jenaka. 
Mulai dari media daring macam mojok.co, jombloo.co, minumkopi.co, dan pindai.org. Di bagian penerbitan ada Buku Mojok dan Mojok Store di bagian toko buku berbasis daring. Selain itu, KBEA juga sering mengadakan pelatihan menulis dengan beragam kelas: kelas menulis dan kelas digital. Pesertanya mencakup mahasiswa, aktivis, dan pegiat literasi serta komunitas literasi.
Sebagaimana KBEA di Jogja, Situbondo juga punya satu  rumah bersalin. Ia adalah Rumah Baca Damar Aksara. Kami menyebutnya RB. Melalui RB, muncul kantong-kantong komunitas baru macam: Komunitas Kampung Langai, takanta.id, Gerakan Situbondo Membaca, Komunitas Penulis Muda Situbondo, Sanggar Seni Nusantara Rythem dan Komunitas Literasi Sumberanyar. Mereka dibangun dengan semangat yang rata-rata sama: literasi.
Bedanya, masing-masing komunitas ini masih berjalan sendiri-sendiri. Keterhubungan antar komunitas tampaknya belum menuju pada kemesraan. Ada rasa kikuk, canggung, dan mboh apa yang mau diobrolkan ketika bertemu. Rasanya masih ada sekat. Ada semacam tembok tebal yang entah siapa membangunnya di antara komunitas-komunitas ini. Tapi, kami yakin tembok itu mampu kami robohkan bersama-sama. Wah, kok jadi sangar gini. Hehe.      
Nah, rencana kedatangan Mas Puthut ke Situbondo menjadi pelepas dahaga di tengah kemarau panjang. Kami menyambutnya dengan mengadakan sebuah acara diskusi santai. Kami menyebutnya Apacapa #3.
Acara apacapa #3 bersama Mas Puthut ini boleh jadi langkah awal dalam memahami cara-cara asyik mengelola komunitas. Pengalaman Mas Puthut yang mampu merekatkan beberapa komunitas itu kami harap dapat ditularkan di Situbondo. Harapannya, keberadaan komunitas-komunitas di Situbondo ini menjadi oase di tengah program-program pemerintah kota yang seringkali galau dan tak tahu arah jalan pulang. Siaaa kayak lagu aja.
Akhirnya, kami berharap acara ini dapat memantik kemesraan antar komunitas di Situbondo dengan orientasi gerakan yang sama: literasi.

Apacapa #3 Literasi Komunitas Situbondo Apacapa #3 Literasi Komunitas Situbondo Reviewed by takanta on Agustus 04, 2019 Rating: 5

Tidak ada komentar