Resensi: Muhammad Sang Revolusioner

 


Judul Buku: Muhammad Sang Revolusioner

Penulis: Maulana Muhammad Ali

Penerbit: Turos Pustaka

Tahun Terbit: I, Februari 2020

Tebal Buku: 11x21 cm/384 Halaman

ISBN: 978-623-7327-37-0

Menangkal Wacana Orientalis

Oleh: Zainul Kholil RZ*

Tidak sidikit di era mutakhir ini yang menulis biografi Nabi Muhammad Saw. Mulai yang bersifat inklusif, artinya menelaah tata cara Nabi membangun rumah tangga dan keteguhan hati, hingga yang ekslusif, dalam artian wacana lengkap prihal Nabi Muhammad Saw. dalam mendakwahkan Islam sebagai agama yang mutlak benar. Semua narasi yang dihidangkan diracik dengan diksi-diksi menyentuh kalbu pembaca. Tidak heran bila membaca biografi Sang Kekasih Alam akan ada sesuatu yang hangat keluar dari pelupuk mata lalu diusap tanpa sengaja. Seketika akan bersikap sebiasa mungkin, padahal rohani masih terenyuh akan cerita-cerita Nabi Muahmmad Saw. yang penuh ispirasi dalam mengemban dan menjaga risalah sebagai agama penyelamat uamat manusia.

Nasionalisme Nabi Muhammad Saw. dalam menyuarakkan dan menyebarkan Islam tidak diragukan lagi. Impilkasi Nabi Muhammad Saw. di setiap peristiwa tidak bisa diduplikasi oleh literatur-literatur yang tidak kredibel dan kompeten dalam membenarkan perjuangan Nabi Muhammad Saw. Inilah yang menjadikan insan penutup semua Nabi menjadi inkomparalel, meskipun harus dibuktikan dengan teori ilmiah ataupun teks-teks yang masih berhamburan hingga saat ini.

Barangkali inilah yang hendak diverifikasi, Maulana Muhammad Ali, dalam bukunya “Muhammad The Prophet—Muhammad Sang Revolusioner.” Buku ini hadir dalam waktu yang tepat, yakni dimana hedonisme kian merajalela, tidak terbendung. Buku ini sangat kognitif terkait keterlibatan Nabi Muhammad Saw. dalam setiap momennya, baik yang menegangkan tatkala berhadapan dengan musuh ataupun membahagiakan bersama para sahabat.

Buku yang sangat detail tentang kepersuasifan Nabi Muhammad Saw. dalam mengajak umat manusia penyembah berhala (jahiliyah). Zaman yang tidak ada pengetahuan dimana keyakinan mendominasi segala lini kehidupan, kebiadaban dan ketidakprimanusiaan menjadi kebiasan disetiap siklus kehidupan yang berjalan, bahkan mengakar kuat meskipun Nabi Muhammad Saw. ada ditengah-tengah mereka. Kita memahami bahwa Nabi Muhammad Saw. diutus untuk menyempurnakan akhlak serta memfinalisasikan agama Islam sebagai petunjuk menuju siratal mustaqim.

Mobilisasi Nabi Muhammad Saw. dijelaskan dalam buku ini, dalam menggerakkan metode dakwahnya, yakni sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, yang terus sekarang digalang oleh genarasi muda di berbagai plat form luring ataupun daring. Ini membuktikan kredibilitas Nabi Muhammad Saw. tidak main-main, kompetitur pemudah sekarang perlu mendapat lirikan negara. Sehingga sangat dimungkinkan kesalahan atau kekeliruan kecil terjadi, sebab yang mendidik Nabi Muhammad Saw ialah Allah Swt. memalui malaikat Jibril.

Secara eksplisit, Maulana Muhammad Ali, hendak mengajak pembaca mengkaji kembali sirah Nabi Muhammad Saw. yang terkadang terdistorsikan oleh beberapa oknum guna memenuhi hasrat finansial. Polemik inilah yang kerap melahirkan statement bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah manuisa biasa dan semua keajaiban yang terdapat padanya hanya ilmu hitam. Tidak dapat dielakkan lagi, bahwa persepsi ini melahirkan konflik dan fitnah dalam internal Islam sendiri sebab sengaja dipicu oleh beberapa sekte tertentu.

Bukan hanya itu yang dihadirkan, Maulana Muhammad Ali, dalam buku yang lumayan tebal ini. Secara tersirat buku ini ingin menginformasikan dan menegaskan bahwa Nabi Muhammad Saw. sangat menjaga populisme Islam. Ini bagian dari retorika Nabi Muhammad Saw. dalam menggalangkan serta menentaskan persoalan dan polemik historis. Barangkali, apa yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. juga bisa dieksekusi pemimpin negeri yang penuh keanekaragaman, dari suku, bahasa hingga budaya, dari elitis, kapiitalis, dan marxis dirangkul dalam Bhineka Tunggal Ika. Gerakan Nabi Muhammad Saw. ini bisa menjadi uswah bagi nahkoda negara.

Dengan begitu, hakikat dan esensi sebagai pemimpin sejati terpenuhi dengan menampakkan kapabilitas dan kredibilitas seorang pemimpin. Inilah yang ditunggu-tunggu oleh segenap elemen negara. Sebab jika tidak ada pembuktian kongkret atau nyata, maka statemen pemimpin ini-itu akan tersiar tak terkontrol.

Maka dari itu, secara praksis, buku ini sangat layak untuk dijadikan referensi dalam menambah wawasan tentang kenabian. Begitupun secara empiris, substansi buku juga sesuai dengan realita sejarah bagaimana kaum Quraisy sangat vadalistik dengan gerakan Nabi Muhammad Saw. yang mengatasnamakan Islam, meskipun pada akhirnya Islam dicap agama imajinatif dan intoleran terhadap teologi lain. Sebab pernyataan mereka “kaum orientalis” selain agama Islam (kala itu) keliru bahkan sesat-menyesatkan.

 

)*Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman Annuqayah Guluk-guluk, Sumenep, Jawa Timur.

Resensi: Muhammad Sang Revolusioner Resensi: Muhammad Sang Revolusioner Reviewed by Redaksi on Agustus 17, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar