Devi, Kalender Patennang, dan Ikhtiar Merebut Kekuasaan
Penulis: Ichsan
Deviana punya cerita
menarik. Bukan tentang cintanya, yang tentu saja tak menarik sama sekali,
melainkan tentang hari-hari yang ia sebut dengan hari perjuangan anak-anak muda
Situbondo. Perjuangan merebut kekuasaan. Koordinator tim relawan Mas Rio itu, bercerita
tentang aktivitasnya bagi-bagi kalender patennang kepada masyarakat Situbondo.
Devi megingat betul komentar
orang-orang yang dikunjunginya. Termasuk cerita pada suatu siang yang terik di
Besuki. Pada saya ia bercerita demikian.
"Kamu tahu, San.
Pas di sana, ada salah satu relawan caleg dari PKS yang minta kurang lebih 100
kalender. Katanya, selain mau membagikan kalender Mas Rio pada warga sekitar
rumahnya, dia juga sekalian mau mempromosikan caleg jagoannya,San. Beremmana
itu haha?"
Melihat Devi tertawa
lepas, saya meresponsnya dengan santai saja. Begini.
“Itu simbiosis mutualisme,
Dev. Timnya si caleg itu ngenalin calegnya tanpa perlu bawa logistik, sementara
kamu ga perlu door to door untuk ngenalin Mas Rio di sana. Karena sudah dibantu
orang tersebut,” jawab saya.
Devi malah makin tertawa.
Setelah menyeka air matanya, ia kemudian melanjutkan ceritanya yang lain.
"Ada lagi, San. Mirip-mirip
si. Dia ini caleg dari partai PAN. Dia mau lo blusukan ke rumah warga untuk
membagikan kalender Mas Rio, sekaligus mau mengkampanyekan dirinya pada warga.
Ini lebih dahsyat lagi menurutku, San."
“Buh kalau ini sih bombastis!
Setahuku dari dulu ga ada ya caleg yang mau begitu. Apa ini artinya caleg tersebut
melihat animo yang cukup besar dari masyarakat Situbondo terhadap Mas Rio, ya? Sehingga
ia bersedia pasang badan untuk turun langsung menyebar kalender Mas Rio kepada
masyarakat. Gampangannya makle olle
barokahna Mas Rio hahaha,” lanjut saya.
Selanjutnya, Devi
terkesan betul dengan kerelawanan orang satu ini. Ia memulai ceritanya dengan
sebuah pertanyaan.
"Kamu tau Bakwan
Sugik, gak?"
"Iya tau."
Jawabku.
"Nah, Pak Sugik
itu salah satu relawan Mas Rio yang berhasil membagikan seribu biji kalendernya
Mas Rio, San. Setiap harinya, dia pasti bawa kalender tuh di rombongnya. Dia
bagikan kalender itu pada orang yang sedang membeli bakwannya. Keren ga
sih?"
Devi melanjutkan.
"Dia melakukan itu
secara sukarela, San. Katanya, dia itu sangat suka dengan gayanya Mas Rio, baik
dari segi penampilan maupun kepribadiannya. Pernah suatu hari dia berkesempatan
ngobrol dengan Mas Rio di kantor, dan dia menilai, sosok Mas Rio adalah sosok
panutan, sebab orangnya menaruh perhatian pada anak muda dan pemilik UMKM.
Itulah yang memicu Pak Sugik dengan senang hati membagikan kalender Mas Rio
pada pelanggannya," jelas Devi.
Mendengar cerita itu, saya pun ikut merasa perasaan itu. Memang
benar, Mas Rio adalah sosok panutan. Sosok yang bagi saya dan Devi, sangat
cocok menjadi pemimpin di Situbondo. Gagasan yang segar dan pengalamannya banyak
dalam hal politik, kepemimpinan, hingga kewirausahaan memang patut ditebar di
Situbondo. Barangkali itu juga yang diharapkan oleh Pak Sugik dan relawan Mas
Rio lainnya.
Terakhir, Devi bercerita
tentang seorang relawan Mas Rio yang kecewa. Sebab ia tak kunjung dapat
kalender. Devi mengaku itu salahnya. Tapi bagi saya, itu adalah ekspresi dari
kecintaan orang kepada Mas Rio.
"Aku ngerasa
bersalah ke orang itu. Dia keluar dari grup WA relawan Mas Rio, karena
kalendernya tidak segera dikirim. Dia mempermasalahkan kalender yang lebih dulu
tersebar di daerah barat dan timur Situbondo, sedangkan dia sendiri posisinya
di daerah tengah, dan belum juga kebagian," curhat Devi.
***
Teman-teman, dari
cerita Devi di atas, saya melihat dukungan untuk Mas Rio semakin liat.
Orang-orang berbondong-bondong melibatkan diri hingga menjadi gelombang
perjuangan merebut kekuasaan yang kian membesar. Barangkali, semua sepakat bahwa kepada Mas Rio
semua harapan di dada masyarakat Situbondo itu digantungkan. Patennang!
Editor: Hans.
Tidak ada komentar