Resensi: Di Ambang Mitos dan Realitas Saranjana
Oleh: Fuad Najib Arrosyid
Saranjana diyakini merupakan sebuah kota gemerlap yang
ada di Kalimantan, keberadaanya dapat dilihat jelas oleh mereka yang katanya
terpilih. Kota gaib yang diselimuti seribu misteri dan penuh tanda tanya ini
konon berada di Kecamatan Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Kota ini memang tidak tercatat dalam peta masa sekarang. Namun keberadaanya
diyakini ada oleh masyarakat Kalimantan khususnya daerah Pulau Laut. Banyak kisah
mengenai Saranjana yang beredar di media sosial. Keberadaanya dibilang masih
abu-abu, sehingga tak sedikit orang yang mencoba langsung untuk membuktikannya.
Melalui buku berjudul Mencari Saranjana, sang
penulis yakni Gusti Gina menceritakan perjalanannya dalam mencari keberadaan
kota gaib ini. Penulis yang notabenenya sebagai seorang konten kreator muda
dari tanah Kalimantan, tergugah untuk menelisik kebenaran dari Saranjana ini. Dalam
bukunya, Gina mendatangi Pulau Laut dan bertemu narasumber dari berbagai
latarbelakang yang berbeda-neda.
Rasa penasarannya menjadi pemicu besar untuk melakukan
perjalanan menelusuri dua dimensi ini. “Mereka yang mencari Saranjana harus
siap dengan konsekuensinya, karena tidak semua yang ditemukan bisa diungkapkan,
dan tidak semua yang diungkapkan dapat diterima.” Lalu apa saja yang
didapat oleh Gina selama melakukan perjalanannya menelusuri keberadaan
Saranjana?
Perjalanan dimulai dari Jakarta menuju Desa Oka-Oka
yang memakan waktu cukup panjang. Desa tersebut memang diyakini sebagai pusat
pemerintahan dari kota gaib Saranjana. Sang juru kunci, Pua Bela mengatakan
bahwa wilayah Saranjana mencakup seluruh Kawasan Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru.
Memiliki sistem pemerintahan berbentuk monarki, penduduknya bervariasi, ada
manusia, jin, dan orang bunian. Penulis juga
mendatangi narasumber dari berbagai kalangan yang pernah bersangkutan dengan
Saranjana. Mereka memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai Saranjana, akan
tetapi memang secara garis besar mereka percaya akan keberadaan kota tersebut.
Penulis juga menggali keberadaan Saranjana dari
perspektif sejarah, khususnya melalui cerita rakyat dan legenda setempat. Arsip
sejarah mencatat melalui peta yang dibuat oleh Solomon Muller pada tahun 1845, mencantumkan
daerah di selatan Pulau Laut yang diberi nama “Tandjoeng Serandjana”. Lalu
terdapat beberapa legenda dan cerita rakyat berasal dari Kesultanan Banjar yang
dikaitkan dengan keberadaannya. Apakah itu semua mampu menjawab tanda tanya
besar mengenai kebenaran Saranjana? Entahlah, yang pasti Saranjana sudah
menjadi bagian dari budaya dan substansinya terletak pada ungkapan cerita.
Selama penelusuran, Gina beberapa kali sempat berharap
untuk diperlihatkan pemandangan Saranjana secara mimpi maupun nyata. Penulis
yang mencoba mencarinya saja tidak dapat melihat Saranjana secara langsung.
Hanya mereka yang terpilih sehingga dapat melihatnya. Lantas keberadaan Saranjana benar-benar ada atau
hanya sekedar mitos belaka?
“Saranjana memang tak bisa terlihat oleh mataku,
tapi dirasakan hatiku.”
(Gusti Gina).
Novel ini mengeksplorasi urban legend yang
menghadirkan nuansa mistis sekaligus investigatif. Atmosfer yang disajikan
cukup kuat sehingga pembaca seolah merasa hanyut dalam situasi cerita. Ditambah
lagi dengan deskripsi lokasi dan karakter yang mengajak pembaca untuk menyelami
misteri Saranjana. Melalui pengembangan karakter, pembaca dapat merasakan
perjuangan dan perasaan yang ada dalam diri tokoh, pembaca dibuat lebih
terhubung secara emosional. Kearifan lokal yang diangkat menjadi nilai tersendiri
dalam buku ini, penulis memperkenalkan budaya dan cerita rakyat Kalimantan
Selatan yang mungkin belum banyak dikenal secara luas oleh publik. Hal tersebut
memberikan poin penting dalam sisi edukasi dan pelestarian budaya lokal.
Sebenarnya ide yang disajikan dengan mengangkat salah
satu budaya lokal tersebut cukup menarik. Namun beberapa plot terasa biasa saja
bagi mereka yang suka dengan genre horor, hal itu membuat efek kejut dalam
cerita terkesan lemah. Pencantuman detail yang berlebihan dirasa mengganggu
alur jalannya cerita atau pembaca dapat hilang fokus dari cerita utama. Akhir kisah
dalam novel ini berusaha untuk mengungkap makna dari keseluruhan cerita, tetapi
hal itu terkesan terburu-buru, yang mungkin saja membuat pembaca tidak menemukan
jawaban dari misteri yang telah dibangun sepanjang narasi.
Secara keseluruhan novel ini menarik bagi pecinta
horor dan misteri. Tak hanya itu, pembaca dibuat untuk mengenal lebih dekat
dengan salah satu budaya lokal di Indonesia. Nuansa mistis yang dipadukan
dengan kearifan masyarakat setempat menjadi nilai tersendiri, membuat pembaca dapat
merenungkan batasan antara dunia nyata dan alam gaib.
Apakah penulis berhasil mengungkap tabir misteri
Saranjana? Cari jawabannya dengan membaca di setiap lembaran cerita. Atau ingin
merasakan sendiri pengalaman nyata dalam menelusuri Saranjana. Selamat
berspekulasi dan berimajinasi.
Info Buku
Judul Buku :
Mencari Saranjana
Jenis Buku : Horor
Fiksi
Penulis :
Gusti Gina
Penerbit : GagasMedia
Tahun Terbit :
Cetakan pertama, 2023
Tebal Buku : 242
Halaman
Harga :
Rp77.000
ISBN :
978-623-493-025-2
Tentang Peresensi
Fuad Najib Arrosyid, seorang remaja pria yang lahir di
Sukoharjo, 18 September 2004. Mendengarkan menjadi hobinya, baik itu musik,
cerita horror dan misteri, bahkan keluh kesah dari rekannya. Saat ini ia
menempuh pendidikan tinggi di Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta
dengan mengambil program studi Tadris Bahasa Indonesia.
Tidak ada komentar