Hutan Baluran dan Puisi Lainnya



hutan baluran

ada lagu dalam hutanku
suaranya melipir ke tiap retak tanahmu

lalu seseorang mengiris lirih batangnya
mencungkil akar yang tertanam berabad-abad
memunguti daun-daun hujaunya, atau yang rontok
dan berkelebatan sepanjang musim

tapi nyanyi gagu terekam di antara derai tangis anak-anak
pohon. dan tunas-tunas baru di rimbun belukar humus
sementara engkau penyaksi keinginan-keinginan sederhana
orang-orang bumi tepian, pergi sebelum penuh muatan.

tiada yang tersisa dari hutanku:

ranting-ranting kering,
patahan dahan kering,
sisa-sisa dahan kering,
dan ranahmu yang kering.

kendati tangismu berdebu
dan tak pernah kering.




membaca ayat

langit tetap membentang dan udara mengalir membasuh dada
sayup-sayup lantunan doa dari kubur sang patih menjelma kupu-kupu
gaib; terbang bergerombol di atas atap rumah-atap rumah
menyemai berkah dan keberuntungan tahun baru

tapi ada yang tak diucapkan ketika gerimis menyapu bumi
harum tanah bercampur aroma hujan adalah percakapan
rahasia yang terjadi tanpa ada yang mengetahui: di besuki
seperti hanya singgah sebelum siap diberangkatkan

sebab banyak yang tiada terduga:
bianglala kehilangan warna,
angin kehilangan semilir,
matahari kehilangan benderang

di sisi lain:
kunang-kunang kehilangan pijar
gemintang kehilangan kerlip
rembulan kehilangan cahaya

sungguh tak juga kumengerti:
ayat-ayat ini.



pada malam yang mati


pada malam yang mati
kupotret langit tanpa kaki tiga

klise cermin kitab suci
sesuatu tanpa warna

di argopuro kau menghapusku
sebelum tunai aku memelukmu

“tidak demikian, rengganis,
mengapa kau selalu menangis?”

mimpi-mimpi yang tak kita kenali
hampir sempurna disebut imaji

kubiarkan malam mati
tanpa pemakaman suci.




tentang perjalanan ini

dari barat aku datang menemuimu
angin mendorong langkah-langkah ini
gegas hendak menjumpaimu
sambil melambaikan tangan tanda rindu
sebelum berakhir di banyu putih
sebelumnya, melintas lembah paiton
menerawang laut lepas seolah sebatas langkah melangkah
debur ombak pelan mengekal dalam pandang
dan gugusan kapal bagai hendak mendekat padaku
membawakan bekal yang lupa kubawa
: hingga tiba-tiba tiba di besuki
kuseka keringat yang dipikul angin
lalu kuhapus sisa-sisa debu bus antarprovinsi
yang hendak dibawanya ke pulau ke pulau bali
dan kukabarkan tentang perjalanan ini

____________________

*) Penulis lahir di Jombang. Menggemari sastra dan kopi. Karya-karyanya pernah dimuat di beberapa media massa. Puisi-puisinya termaktub dalam antologi bersama Selasa di Pekuburan Ma’la (2019), Perjumpaan: Antologi Sastra Festival Sastra Bengkulu (2019), dan Segara Sakti Rantau Bertuah: Antologi Puisi Jazirah 2 (2019). Kini berkhidmat di SMAN 1 Panarukan.

*) foto oleh Alif Diska, siswa kelas XII IPS 2, SMA Negeri 1 Situbondo.
Hutan Baluran dan Puisi Lainnya Hutan Baluran dan Puisi Lainnya Reviewed by takanta on Februari 09, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar