Mara Marda: Keajaiban Datang Kemudian

Launching Mara Marda Institute, 10 Oktober 2020


Oleh:  Moh. Imron

Senang. Saya menulis ini dengan terpaksa. Di sebuah ruangan lantai dua, ketika cahaya matahari menyusup lewat jendela, memerah tanpa lelah. Terdengar bacaan selawat kemudian azan Asar, seperti sebuah rambu yang mengingatkan untuk berhenti sejenak, mengingatkan akan ibadah dan hal lain tentang waktu yang berjalan begitu ringkas—eh tiba-tiba sudah sore. Ya, tempat yang nyaman untuk berproses dan berkarya, sekretariat Mara Marda Institute (MMI).

***

MMI lahir tidak tepat waktu. Ketika saya bergabung, Situbondo kedatangan tamu, covid-19. Dan saya sudah menikah sehingga merasa gerak terbatas—alessan. Berbeda ketika masih membujang, sejak 2012 saya banyak menghabiskan waktu untuk belajar, bertukar pikiran dan bersenang-senang di komunitas Situbondo: Situbondo Breakin (Breakdance, Komunitas Penulis Muda Situbondo (KPMS), Kampung Langai Family, Backpacker Situbondo, Situbondo Photography Ponsel (Si Ponsel), Gerakan Situbondo Membaca (GSM), Desain Grafis Situbondo, Futsal dan Karang Taruna Desa.

Dengan berkomunitas saya mempunyai teman berbagai macam hobi, membangun lingkungan kreatif, bisa berbagi pengalaman, berpetualang, bersosial, dan melakukan kegiatan positif lainya. Yang tak kalah penting ialah mengenal Situbondo lebih dekat, baik budaya, alam dan manusianya.

Tahun 2015 – 2017 barangkali puncak kegiatan-kegiatan sosial kolaborasi lintas komunitas dari Besuki sampai Banyuputih. Seperti kegiatan penghijauan, kampanye anti narkoba, penggalangan amal untuk bencana, kreatifitas seni musik, bersih sampah di pantai dan gunung, penghijauan. Rupanya banyak sekali pemuda yang berbuat, berjuang dan berkontribusi untuk kemajuan Kabupaten Situbondo sesuai kemampuan dan bidangnya. Pun dengan MMI, membangun lingkungan kreatif di kalangan pemuda terutama tentang leadership and entrepreneur dan anggaplah juga menyambut Indonesia emas.

Barangkali Mara Marda Institute adalah perkumpulan yang tidak saya cari tapi secara tidak langsung datang sendiri dan membuat saya ingin banyak belajar di dalamnya.

Suatu hari, Anwar mengabari saya untuk bersama-sama menjadi tim panitia lomba logo yang diadakan oleh Mara Marda Institute. Mara Marda diinisiasi oleh Mas Rio—yang sebelumnya di tahun 2017 saya tak sengaja bertemu di Jember setelah menghadiri kegiatan literasi di Unej, saat itu sedang nongkrong di Café Mayway milik Mas Rio dan kebetulan kenal dengan salah satu kawan saya. Mas Rio kemudian menyuguhkan makanan dan kopi sembari ngobrol-ngobrol tentang Situbondo.

Diawali dengan sayembara lomba hingga terpilih logo utama, disepakati tim panitia pada tanggal 26 Agustus 2020. Juara 1 karya Bagas Ibnu Makki dan juara favorite karya Fara Ismi Fanisa.

Anwar dan saya sebenarnya tertarik untuk bergabung dengan komunitas ini. Kami tidak tertarik mengambil upah dari kegiatan lomba. Sisa dana yang dipakai untuk panitia lomba digunakan untuk membuat kaos Mara Marda yang nantinya bisa dipakai oleh anggota yang tergabung pada waktu itu. 

Pada 19 September 2020, saya berkumpul dengan MMI di kediaman Mas Rio, Trebungan. Mas Rio meminta saya untuk menjadi direktur pertama dengan alasan usia saya paling tua.

Meskipun saya sudah berkeluarga, tidak masalah. Saya mencoba mengatur waktu dengan baik. Tidak ada yang salah jika terus belajar di komunitas. Mengingat anggota Mara Marda rata-rata juga sudah berkeluarga dan mempunyai pengalaman di berbagai institusi atau lembaga. Jadi saya tidak perlu khawatir tentang kegiatan apa yang akan dikerjakan. Meskipun sebelumnya saya sempat kepikiran, kira-kira kegiatan MMI seperti apa? Terutama berkaitan dengan leadership and entrepreneur sebab saya tidak punya pengalaman tentang itu.

MMI di-launching sekaligus diskusi dengan tema “Inferiority Complex: Bangkit Bersama dari Keterbelakangan”, pada tanggal 10 Oktober di Cafee Suntree Situbondo dengan narasumber: Mas Rio (Rio Prayogo), Mas Lutfi (Marlutfi Yoandinas) dan Pak Ti (Tizar).

Kegiatan tersebut dilatarbelakangi dari hasil diskusi beberapa orang anak muda Situbondo yang seringkali mengalami kondisi tidak percaya diri (inferior) pada saat berkumpul di komunitas yang lebih besar. Rasa Minder atau ragu dengan apa yang dimilikinya, menjadi suatu penyakit yang kadang tidak disadari oleh anak muda. Dampaknya, potensi yang ada pada dirinya tidak dapat dikembangkan secara optimal. Kecemasan, keraguan dan khawatir yang berlebihan bisa menjadi kendala yang secara terus menerus menghantui anak muda.

MMI berkomitmen Mendorong anak muda Indonesia khususnya di Situbondo untuk Memiliki mentalitas kepemimpinan yang kuat (leadership), berdaya secara ekonomi (entrepreneur) dan Berjiwa Mandiri. MMI adalah rumah bagi anak muda Indonesia dalam melakukan pengayaan diri, berbagi Ide, gagasan, pengalaman, pengetahuan serta menjadi wadah untuk mengembangkan bakat dan minat anak muda.

Secara resmi MMI dilegalisasi pada April 2021 dengan Akte Pendirian Nomor 03 tanggal 07 April 2021 dibuat oleh Notaris Benny Hardianto Gunawan, S.H, M.KN dan sudah di Sahkan melalui Keputusan Mentri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor AHU0006205.AH.01.07. Tahun 2021

Diskusi MMI di masa covid-19 sering dilakukan melalui daring, sesekali bertatap muka, menyusun rencana kegiatan selama lima tahun ke depan.

Di tahun kedua dilanjut oleh Moh. Farhan—saat itu sudah mempunyai istri yang kedua—sejak Oktober 2021. Farhan juga sudah mempunyai anak perempuan, mempunyai usaha @madubaik dan menjadi sosok yang sering tersenyum dan dahagia.  Berbeda dengan Farhan beberapa tahun yang lalu, menjadi lelaki pemurung, kebahagiaanya sering terdegradasi dan tidak mempunyai arah pasti. Kesibukan baru di MMI rupanya membuat terhindar dari bayang-bayang masa lalu. Di MMI, ia merasa menjadi diri sendiri dan lebih produktif.

Di periode ketiga, Oktober 2022, MMI dikawal oleh seorang perempuan, berpengalaman di organisasi. Bella Dwi Indah Sari—sosok yang tidak asing bagi saya dan Namanya juga tidak asing bagi Farhan. Saya mengenalnya sejak tahun 2014 ketika Bella masih aktif di Forum Penulis Situbondo (Forpens) dan salah satu penulis antologi cerpen Anak Pasir.

Sejak kedua direktur itulah dan pengurus yang saling melengkapi, kegiatan MMI mulai tampak kegiatannya. Melalui program Leadership and Entrepreneur School (LES) yang mengangkat tema “Grab Your Success, Bigger Together ke desa-desa dan kampus. Saya melihat banyak pemuda berpotensi, kreatif, semangat dalam menggapai impiannya. Mereka adalah aset masa depan Situbondo.

Mas Rio selaku pembina MMI selalu menyampaikan bahwa semua orang punya keinginan. Sebab itulah, anak muda di Situbondo harus berhasil meraih mimpinya. Hambatan yang kerap dihadapi anak-anak muda di Situbondo yaitu ketidakpercayaan diri atau inferiority complex. Padahal, anak muda harus menyadari setiap potensi dalam dirinya. Setelah itu jangan takut untuk memulai. Lawan setiap rasa malas dan minder. Jangan malu. Apapun yang Anda usahakan dengan baik, jika terus tekun dan pantang menyerah, mimpi itu akan bisa diraih.

***

Pentingnya regenerasi, menggandakan agen kebaikan, kata Bella. Maka melalui kegiatan Gathering Marda Muda 24 Januari 2023 di Lokale Concept, tergabungnya pemuda-pemudi di MMI. Kegiatan LES dan kegiatan lainnya dilanjut Marda Muda. Bagi saya, para pemuda itu adalah sebuah keajaiban.

Dengan pengalaman yang dimiliki anggota MMI sebelumnya tinggal bagaimana mengayomi, kolaborasi, berbagi dan memfasilitasi Marda Muda. Saya merasa MMI lahir di waktu yang tepat. Bigger Together. []


Mara Marda: Keajaiban Datang Kemudian    Mara Marda: Keajaiban Datang Kemudian Reviewed by takanta on Agustus 07, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar