Ulas Buku : Renungan Tasawuf



Pandangan Buya Hamka Tentang Lailatul Qadar
Lailatul Qadar sering menjadi buruan banyak orang terutama menjelang akhir Ramadhan. Ya, setiap orang tentu ingin mendapatkan keberkahan dari malam ini yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan. Melalui buku ini, Buya Hamka memiliki pandangan lain tentang Lailatul Qadar. Menurut Buya Hamka Lailatul Qadar ialah malam Lailatin Mubarakatin. Malam yang diberkati, dan malam yang diperingati. Karena pada malam itulah mulanya turun Al-Qur’an ke dunia di dalam gua Hira, disampaikan oleh Jibril kepada Nabi kita Muhammad Saw (hlm 86).
Beliau pun menegaskan bahwa kita harus sering mencari dan mencoba menemukan malam Lailatul Qadar yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Shalat lima waktu, ditambah shalat nawafil (sunah) adalah pintu untuk memasuki Lailatul Qadar. Puasa Ramadhan lebih-lebih lagi, adalah pintu untuk memasuki suasana itu (hlm 88).
Buya Hamka juga menuturkan kisah Umar bin Khattab yang masuk Islam setelah membaca surat Thaha. Menurut Beliau keberkahan Lailatul Qadar tidak terbatas pada nilai ibadah yang melebihi seribu bulan. Tetapi juga kepada hidayah yang datang dan mengubah arah hidup seseorang (hlm 89).
Pada kisah lain, Buya Hamka menceritakan tentang seorang pemuda yang merayap malam-malam mencari perempuan yang akan diajaknya berbuat zina. Tiba-tiba dilihatnya di satu rumah lampunya terang dan kedengaran suara perempuan yang sedang bernyanyi dengan suara merdu. Dia tahu bahwa di rumah itu memang ada perempuan cantik tak bersuami. Pemuda itu lalu menyelinap masuk ke dalam rumah. Di muka kamar perempuan itu dia tertegun melihat rupa perempuan itu yang cantik dan mendengarkan suaranya yang merdu bernyanyi. Rupanya perempuan itu bukannya bernyanyi, melainkan membaca Al-Qur’an dengan khusyuk. Tepat di sebuah ayat, pemudah itu seakan tertohok oleh ayat tersebut, lalu dengan langkah lambat, dia pun meluncur turun kemudian pergi ke masjid seraya menyesali perbuatannya (hlm 91-92).
Melalui buku ini, secara tidak langsung Buya Hamka ingin menegaskan bahwa hidayah yang datang kepada seseorang dan membuat hidup orang itu kemudian berubah, termasuk salah satu keberkahan dari Lailatul Qadar.
Tidak hanya itu saja, kita juga dianjurkan untuk introspeksi diri dan melakukan evaluasi. Dengan melakukan introspeksi diri dan evaluasi itulah kita akan bisa mendapatkan berkah dari Lailatul Qadar. Buya Hamka lebih lanjut menjelaskan, ketika mendapat pertolongan dari seseorang, maka kita harus beryukur kepada Allah. Sebab, Dia telah menjadikan orang itu sebagai wasilah (perantara) datangnya pertolongan Allah. Sebaliknya, jika ada orang yang dengki, berbuat jahat, berlaku curang, membuat fitnah, mengarang dusta untuk mencelakakan kita, dendam kita hilang berganti dengan keinsyafan bahwa dia hanya alat saja dari Tuhan di dalam melangsungkan ujian kepada kita (hlm 95).
Buku ini cocok dibaca siapa saja, di dalamnya terdapat hikmah-hikah yang bisa di ambil sebagai pelajaran hidup. []

Info Buku
Judul Buku : Renungan Tasawuf
Penulis : Hamka
Penerbit : Republika
Terbit : 1, Januari 2017
Tebal : viii + 156 hal
Isbn : 978-602-0822-37-2



Biodata Penulis
Toni Al-Munawwar, pria yang hobi baca dan ngeblog.

Ulas Buku : Renungan Tasawuf Ulas Buku : Renungan Tasawuf Reviewed by takanta on Agustus 04, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar